Pengantin Yang Ditukar

Edgar dan Vie kembali bersama ke ruang rawat Linka. Edgar juga memesan makanan yang manis agar lidah Linka tidak merasakan pahit. Ia juga membeli jus buah kesukaan Linka yaitu jus alpukat.

Sementara itu, sekertaris Fatin berhasil menenangkan Linka agar tidak bekerja dulu sebelum ia benar-benar sembuh. Begitu melihat kedatangan Vie dan Edgar bersamaan, membuat Linka merasa ada sesuatu yang mengganjal dihatinya. Rasanya tidak ia tidak rela melihat Edgar berdua-duaan dengan Vie.

"Linka. Aku membelikan kamu kue dan jus kesukaanmu. Di makan ya..! Atau kamu mau minum jus buah dulu?" tawar Edgar namun wajah Linka terlihat berbeda saat Edgar menatapnya.

"Berikan saja kepada staf ku, aku mau tidur...! Aku sudah kenyang makan makanan rumah sakit," bohong Linka padahal yang makan makanan rumah sakit miliknya adalah sekertaris Fatin.

Melihat piringnya kosong semua plus buah dan kuenya, Edgar jelas tidak percaya. Ia tetap menyuapi kue untuk Linka.

"Kamu tidak bisa menipuku. Aku tahu bukan kamu yang makan makanan itu. Makan kue ini atau aku akan menghukummu, aa..!" titah Edgar membuat Linka membuka mulutnya.

Sekertaris Fatin dan Vie mengatupkan bibir mereka menahan tawa melihat adegan menggelikan itu. Edgar sedikit mendekatkan wajahnya karena ingin berbisik pada Linka.

"Apakah kamu cemburu pada staf mu, Vie, sayang?" tanya Edgar dengan sedikit menggoda Linka lalu mundur lagi untuk melihat wajah cantik Linka yang masih cemberut.

"Berarti dugaanku benar."

Edgar mengusap sisa krim di sudut bibir Linka dengan jempolnya lalu menyedot jempolnya itu. Linka menundukkan wajahnya karena merasa malu.

"Kenapa dia membuatku merasa serba salah seperti ini?" batin Linka.

Setelah potongan kue pertama dihabiskan Linka, kini giliran Edgar menyodorkan jus alpukat kesukaan Linka. Hati Linka menghangat karena Edgar masih ingat dengan minuman kesukaannya. Linka menyedot minumannya sambil menikmati sensasi rasa manis dan segar karena jusnya tidak begitu dingin.

"Linka. Aku dan pamanmu sudah membicarakan tentang pernikahan kita. Pamanmu tidak ingin kamu menjanda terlalu lama karena akan menimbulkan fitnah.

Apakah kamu mau kita menikah denganku secepatnya?" tanya Edgar begitu frontal membuat Linka tersedak karena lamaran Edgar begitu mendadak menurutnya.

Uhukk...uhukkk..

"Tidak mungkin secepat itu Edgar. Banyak yang harus aku urus. Lagi pula kalau kamu ingin menikahiku lebih cepat itu berarti Aslan makin menyimpulkan tentang kecurigaannya kalau diantara kita punya affair," imbuh Linka.

"Dia yang sudah membuka jalan untuk kita kembali bersama, Linka. Kenapa kita tidak membuktikannya sekalian saja kecurigaannya itu," ucap Edgar enteng.

"Maafkan aku Edgar. Sepertinya aku tidak bisa melakukan itu karena banyak sekali hal yang harus aku urus. Aku tidak mau memikirkan tentang kebahagiaanku saat ini. Jadi, aku mohon pengertianmu,". Ucap Linka tidak serta merta menerima pinangannya Edgar.

"Linka. Aku tahu kamu wanita kuat. Tapi, kamu butuh seorang pria yang melindungi kamu. Menikahlah denganku Linka...! dengan begitu orang-orang di luar sana tidak akan pernah menindas mu," pinta Edgar penuh permohonan karena memikirkan bisnis besar yang dijalani Linka butuh perhatiannya juga.

Linka membenarkan perkataan Edgar. Ia juga tahu kalau saat ini dirinya sedang berada ditepi jurang. Tinggal sekali di dorong, ia akan jatuh. Entah ia bisa bangkit kembali dan selamat ataukah tenggelam bersama dengan ratusan orang yang hidup bergantung pada perusahaannya.

Linka merenung sesaat. Ia menangis mengenang beberapa hal yang ia lalui. Walaupun ia menangis darah sambil meratapi nasibnya, tetap saja keadaan hanya berjalan di tempat dan keadaan tidak bisa berubah secepatnya.

Kedua sahabatnya yang ikut mendengar perbincangan keduanya memohon doa kepada Allah agar dilembutkan hati Linka untuk menerima pinangannya Edgar.

"Beri aku waktu Edgar...! Biarkan aku meminta petunjuk kepada Allah dengan sholat istikharah. Jika kamu baik buatku, insya Allah, jalan kita akan permudahkan, jika tidak, tolong menjauh lah dari hidupku," pinta Linka membuat Edgar hanya bisa menarik nafas berat.

"Tidak apa Linka. Aku senang caramu memberikan keputusan dengan melibatkan Allah sebagai jawaban. Aku akan menunggu jawabanmu.

Mungkin dua atau tiga hari lagi aku akan kembali ke New York karena ada pekerjaan ku di sana. Setelah urusan bisnis ku selesai aku akan kembali lagi ke sini," ucap Edgar.

Mendengar Edgar mau pergi, hati Linka menjadi sedih. Ia merasa takut kehilangan lelaki itu. Namun ia tetap menjaga kehormatannya sebagai wanita yang beradab.

"Ya Allah Linka, timbang terima saja pinangan tuan Edgar, apa susahnya. Jika kamu tahu perusahaan milikmu sendiri sedang kacau saat ini, rasanya kamu tidak akan berpikir dua kali untuk menjadi istri si tampan itu.

Kalau aku jadi kamu, aku tidak akan menunda hal baik ini," batin Vie begitu kecewa dengan sikap Linka yang terlalu menjaga image. Begitu juga dengan sekertaris Fatin yang juga tidak bisa berbuat apa-apa karena sangat hafal kerasnya hati Linka.

...---------------- ...

Kepergian Edgar yang sedang meminjam tangan para relasinya untuk menanam saham mereka di kedua perusahaan Linka. Baik itu perusahaan mendiang ayahnya maupun perusahaan milik Linka sendiri. Ia ingin membantu Linka secara diam-diam.

Setelah kesehatannya benar-benar pulih, Linka sudah kembali ke perusahaannya. Penjelasan sekertaris Fatin dan juga Vie tentang masalah baru, diterima Linka sebagai ujian tambahan. Keyakinannya pada Allah makin bertambah bahwa Allah sedang menaikkan derajatnya dengan menambahkan ujian padanya.

Hanya sholat lima waktu dan juga sholat sunah tahajud menjadi kekuatan Linka untuk memulihkan batinnya. Itulah sebabnya ia enggan bicarakan kisah hidupnya pada orang yang lebih profesional seperti psikolog. Kedua sahabatnya yang tadi sangat kuatirkan mental Linka, kini hanya bisa berdoa agar Linka tetap kuat.

Kini Linka sedang melakukan sesuatu. Hal pertama yang dilakukannya adalah mendatangi putri presiden yang mengklaim gaunnya sudah ada tiruannya dan meminta ganti rugi.

Padahal kalau ia batalkan saja, mungkin Linka tidak keberatan. Justru yang jadi masalah, putri presiden itu meminta uang ganti rugi seharga gaun yang ditaksir dua miliar. Linka yang tidak mau dibodohi oleh putri presiden itu menentang keras keinginan putri presiden yang angkuh yang bernama Nina itu.

"Pernikahanku akan berlangsung satu bulan lagi. Aku tidak punya banyak waktu untuk memesannya. Aku minta ganti rugi seharga gaun pengantin yang kamu hargai itu," ucap Nina sinis.

"Aku akan ganti, tapi tunjukkan buktinya kepadaku gaun tiruan itu yang sama seperti hasil rancanganku. Kamu tahu dari mana kalau itu tiruan?" selidik Linka membuat Nina gugup.

"Aku harus melindungi narasumber ku. Yang jelas gaun pengantin milikku sudah digunakan oleh sahabat ku sendiri," ucap Nina yang langsung memperlihatkan foto sahabatnya yang mengenakan gaun pengantin yang sama persis seperti rancangan Linka walaupun ada beberapa detail yang tidak begitu mirip.

"Aku akan gulirkan kasus ini ke ranah hukum karena gaun ini telah menjiplak hasil ciptaan aku. Jika perancang gaun itu tidak menunjukkan batang hidungnya maka aku akan menuntut mu tiga kali lipat dari seharga gaun milikku," tantang Linka serius dan tegas.

"Jangan main-main denganku Linka...! Kamu tahu siapa aku bukan? Jika aku mau, aku bisa meratakan bangunan perusahaanmu itu...!" ancam Nina penuh intimidasi pada Linka yang tak pernah gentar.

"Silahkan tuan putri presiden...! Jika kamu bukan putri presiden, kau tidak ada apa-apanya dihadapan rakyat Indonesia dengan kelakuanmu yang arogan itu," ucap Linka lalu meninggalkan kediaman Nina.

"Sialannn....! Aku akan membuatmu jatuh miskin Linka...!" pekik Nina seraya mengambil vas bunga yang ada di hadapannya di lemparkan ke arah Linka yang baru saja menutup pintu kamarnya itu.