NovelToon NovelToon
GODAAN RANJANG SANG SEKRETARIS

GODAAN RANJANG SANG SEKRETARIS

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Patahhati / Cerai
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.6
Nama Author: Na_Vya

Galang Aditya Pratama—seorang pengacara ternama yang dikhianati oleh sang istri hingga bertahun-tahun lamanya. Kemudian, Cinta Amara hadir di kehidupannya sebagai sekretaris baru. Amara memiliki seorang putri, tetapi ternyata putri Amara yang bernama Kasih tak lain dan tak bukan adalah seseorang yang selama ini dicari Galang.

Lantas, siapakah sebenarnya Kasih bagi Galang?
Dan, apakah Amara akan mengetahui perasaan Galang yang sebenarnya?


###


"Beri saya kesempatan. Temani saya Amara. Jadilah obat untuk menyembuhkan luka di hati saya yang belum sepenuhnya kering. Kamulah alasan saya untuk berani mencintai seorang wanita lagi. Apakah itu belum cukup?" Galang~

"Bapak masih suami orang. Mana mungkin saya menjalin hubungan dengan milik wanita lain." Amara~


***

silakan follow me...

IG @aisyahdwinavyana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Vya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22~

~KECEMASAN AMARA.

###

Hampir menjelang sore, Galang kembali ke rumah mami dengan Vanila yang ikut serta. Suasana di mobil terasa dingin lantaran sejak dari rumah hingga hampir tiba ke tempat tujuan, Galang tidak bersuara sedikit pun. Dia terlalu malas dan jengah berduaan seperti ini bersama istrinya.

Namun, demi Amara dia rela satu mobil dengan Vanila sebab ini adalah satu syarat yang diajukan lelaki itu. Vanila harus meminta maaf kepada Amara dan menarik kembali tuduhan keji yang tidak masuk akal tersebut hari ini juga. Tentunya masih ada persyaratan lainnya yang telah disepakati kedua orang itu.

Dalam hati, Vanila sebenarnya tidak sudi meminta maaf jika bukan karena terpaksa dan demi statusnya agar tetap menjadi istri dari seorang Galang Aditya Pratama.

'Tenang Vanila, ini hanya untuk sementara. Menuruti kemauan Galang adalah satu-satunya cara untuk tetap bertahan di sisinya. Tak masalah jika aku harus meminta maaf pada sekretaris murahan itu.'

Mobil Galang berbelok ke kiri dan masuk ke perumahan elite yang ada di kawasan Jakarta Timur. Dia melirik sekilas Vanila yang duduk di sebelahnya dengan bersedekap dada dan pandangan lurus ke depan.

"Ingat ini. Di rumah Mami kamu harus menjaga sikap. Hal pertama yang harus kamu lakukan yaitu meminta maaf kepada kedua orang tuaku dan kepada Amara. Tarik kembali ucapanmu yang enggak berdasar itu. Karena ulahmu, sekarang ini Amara demam dan tertekan." Galang mengulang perkataannya sekali lagi, dengan penuh penekanan dan perintah yang tak mau dibantah.

Merasa kesal lataran Galang terus menekannya, Vanila memilih menanggapinya dengan gumaman saja. Menolak pun sudah tidak ada gunanya. Ini adalah sesuatu yang harus dia terima dan lakukan kendati dia tak menyukainya.

Tepat di gerbang rumah tinggi itu, Galang membawa mobilnya masuk saat penjaga membukanya lebar-lebar. Dia lantas, menghentikan mobilnya dan memarkirnya di halaman.

Membuka sabuk pengaman lantas memerintah, "Turunlah! Temui orang tuaku dan Amara." Kemudian Galang keluar lebih dulu dan segera berjalan ke pintu utama.

"Si*al! Aku paling benci diperintah begini." Vanila mengumpat namun tak urung dia gegas melepas sabuk pengaman dari tubuhnya, lalu turun dari mobil.

*

*

Begitu masuk, tempat pertama yang dituju Galang adalah kamar tamu. Dia ingin mengecek kondisi Amara apakah sudah sadar atau belum. Lelaki itu sangat mencemaskan sekretarisnya, karena dialah Amara menjadi pelampiasan kemarahan Vanila.

Senyum di bibirnya terbit kala memandang perempuan yang dia cemaskan sejak tadi sedang minum air lemon dibantu oleh mami Sarah. Amara duduk bersandar di kepala ranjang, dengan mami yang masih setia menemani.

Kecemasannya berganti dengan perasaan lega sekaligus bahagia. Pikiran buruk seketika enyah ketika dia bisa menatap senyum Amara. Senyum dari perempuan yang ingin sekali dia lindungi. Ingin dia dampingi dan ingin dia kasihi.

Entah sadar atau tidak. Perasaan tersebut muncul begitu saja di benak Galang. Ah, kenapa dia berubah menjadi lelaki yang murahan begini—rutuknya dalam hati.

"Pak?"

Galang terhenyak dari tempat dia berdiri kala suara lemah Amara menyapa pendengarannya.

"Galang? Sejak kapan kamu di situ?" tanya mami yang ikut-ikutan menoleh.

Karena terlalu bingung dia hanya menampilkan senyum kikuk. Lantas, berjalan menghampiri mami dan Amara..

"Barusan, Mom. Galang baru aja masuk," jawabnya setelah berhasil mengusir rasa gugup yang tak masuk akal tersebut. Untuk apa dia gugup? Aneh.

Mami mengangguk saja dan memilih melanjutkan membantu Amara makan.

"Kamu makan, Ra. Habis itu minum obat. Tadi Aldo uda kasih obat pereda nyeri dan pusing," kata mami sembari menyendokkan nasi.

Diperlakukan demikian, Amara menjadi tidak enak.

"Biar saya saja, Nyonya. Saya bisa sendiri," tolaknya secara halus dan sopan. Tak bermaksud menyinggung perasaan mami.

Mami tersenyum, lantas menyerahkan piring berisi makanan sehat itu ke tangan Amara. "Ya udah. Kamu makan dulu. Mami mau suruh Bi Ratna buatin jus sama puding." Beliau berdiri dan menatap sekilas putranya yang sedari tadi berdiri di belakangnya.

"Ka—" Mulut mami kembali mengatup ketika hendak bicara kepada Galang. "Mau apa dia ke sini?" tanyanya sinis memandang seseorang yang baru saja masuk.

Secepat mungkin Galang menengok ke belakang, kemudian menatap ke arah mami lagi. "Vanila ke sini mau minta maaf sama Mami dan Amara," ucapnya memberi jawaban.

Mami mendengkus malas, sementara Amara yang hendak menyendokkan nasi ke mulut seketika berhenti. Pandangannya langsung teralihkan.

Vanila berjalan menghampiri mami yang menatapnya tajam dengan raut muka menyesal. Seakan-akan dia sangat merasa bersalah dan ingin sekali meminta maaf.

"Mom," sapa Vanila begitu berdiri di depan mami, sedangkan yang disapa cuma membuang muka.

Istri Galang itu berdecih dalam hati, seumur hidupnya dia tidak pernah sekali pun meminta maaf kepada siapa pun. Andai saja tidak terpaksa, Vanila tidak akan pernah melakukannya.

Di ranjang tidur, Amara bergeming. Menatap nyalang perempuan yang beberapa jam yang lalu menampar dan menuduhnya. Mungkin karena trauma, refleks jemari Amara menyentuh pipinya yang masih terasa panas.

*

*

"Mami enggak sudi dia minta maaf. Mami enggak akan mau nerima dia lagi sebagai menantu mami." Usai mengucap dengan nada menyindir dan pedas, mami gegas pergi dari kamar, beliau tidak menghiraukan menantunya yang sudah payah berakting menangis.

"Aku udah meminta maaf, tapi kenapa Mami masih membenciku," isak Vanila, menyeka air mata yang menetes dengan punggung tangan.

"Mungkin Mami tahu, kalo permintaan maafmu enggak tulus," jawab Galang santai menanggapi keluhan sang istri. "Sekarang minta maaflah kepada Amara." Menunjuk Amara yang termangu di tempatnya.

"Sa-saya? Em, enggak perlu, Pak. Saya udah melupakan kejadian itu. Jadi Nyonya Vanila enggak perlu meminta maaf." Amara menolak, bukan menolak permintaan maaf dari Vanila. Melainkan dia merasa tidak pantas jika istri dari atasannya meminta maaf kepada bawahan seperti dirinya.

"Itu perlu, Amara. Karena istri saya udah berlaku kasar dan main asal tuduh," sela Galang. "Van." Seakan dia menginterupsi Vanila yang tak ada pergerakan sama sekali.

Memutar bola matanya ke atas, Vanila segera maju dan mengulurkan tangan. "Saya minta maaf sama kamu. Saya menarik ucapan saya tadi. Maaf," ujarnya yang tentu saja tidak bersungguh-sungguh.

"Amara ...." Panggilan Galang sontak membuat Amara jadi serba salah.

"Saya memaafkan Nyonya," ujar Amara seraya membalas uluran tangan Vanila.

"Terima kasih, Amara." Vanila menarik sudut bibirnya dengan tatapan mengejek. 'Sekretaris murahan!' umpatnya dalam hati.

Galang tersenyum puas karena telah berhasil membuat Vanila mau menuruti dirinya. Masih ada kesepakatan lainnya yang akan dilakukan Vanila untuknya. Pembalasannya belum berakhir sampai di sini. Istrinya itu harus menanggung semua kesalahan yang sudah diperbuat.

Jangan pikir, jika Galang tidak akan menceraikan Vanila setelah apa yang terjadi. Persyaratan yang diajukan hanyalah kedok baginya. Bahkan surat perceraian sudah diurus malam itu juga, ketika pertama kali pengacara itu mengetahui keburukan Vanila.

"Kamu lanjutkan makan saja. Saya akan keluar sebentar," ucap Galang yang lantas memerintah Vanila. "Ayo."

Keduanya meninggalkan Amara sendiri di kamar. Memberikan waktu bagi ibu dari Kasih tersebut beristirahat.

"Mereka orang-orang baik. Pak Galang, Nyonya Sarah," gumam Amara sendu. Bola matanya memanas saat mengingat kenyataan yang menyebabkan dirinya pingsan.

Yah, Amara pingsan lantaran menyadari sesuatu yang membuatnya kepikiran. Bukan karena tekanan atau tuduhan Vanila. Gadis itu ketakutan dan cemas apabila Galang mengetahui fakta yang sebenarnya.

"Apa mereka akan tetap baik seperti ini? Saat mereka tahu siapa Kasih? Ya Tuhan ... aku harus apa? Apa mereka akan mempercayai aku?" lirihnya diiringi helaan napas berat.

###

tbc...

1
Vitriani
Lumayan
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
nah gini dong lang, jgn oon
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
gk heran sii..secara pergaulan vanilla begitu
Masumi Hayami
ini serius udah END?
Atau penulis nya udah keabisan ide utk kelanjutannya?
sayang klo ga sampe abis n ending yg entah itu happy or sed ending.
setidaknya di selesaikan dulu sampe finish. jangan ngegantung.
sri lestari
bagusan
Dewa Dewi
kapan Kasih bahagianya thor? bukannya sembuh malah dikasih penyakit lain.... kayanya author punya dendam sama Kasih
Dewa Dewi
😭😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
kasian Kasih 😭😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
makin posesif aja Galang
Dewa Dewi
ini udh abis apa blm thor? kok ceritanya masih gantung ya? Kasih blm sembuh juga .... berharap ada lanjutannya trs Kasih sembuh dr sakitnya
Dewa Dewi
instruksi kali thor
Dewa Dewi
Aldo lucu bgt😁😁😁😁
Dewa Dewi
😭😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
Kasih pinter bgt 👍👍
Dewa Dewi
gitu dong Lang jadi cowok tuh harus tegas
Dewa Dewi
rasain lu Vanila
Dewa Dewi
👍👍
Dewa Dewi
Kasih pinter bgt 👍👍
Dewa Dewi
dasar pasangan biadab 🤬🤬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!