NovelToon NovelToon
Tumbuh Di Tanah Terlarang

Tumbuh Di Tanah Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Nikahmuda / Poligami / Duniahiburan / Matabatin
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Aruna telah lama terbiasa sendiri. Suaminya, Bagas, adalah fotografer alam liar yang lebih sering hidup di rimba daripada di rumah. Dari hutan hujan tropis hingga pegunungan asing, Bagas terus memburu momen langka untuk dibekukan dalam gambar dan dalam proses itu, perlahan membekukan hatinya sendiri dari sang istri.

Pernikahan mereka meredup. Bukan karena pertengkaran, tapi karena kesunyian yang terlalu lama dipelihara. Aruna, yang menyibukkan diri dengan perkebunan luas dan kecintaannya pada tanaman, mulai merasa seperti perempuan asing di rumahnya sendiri. Hingga datanglah Raka peneliti tanaman muda yang penuh semangat, yang tak sengaja menumbuhkan kembali sesuatu yang sudah lama mati di dalam diri Aruna.

Semua bermula dari diskusi ringan, tawa singkat, lalu hujan deras yang memaksa mereka berteduh berdua di sebuah saung tua. Di sanalah, untuk pertama kalinya, Aruna merasakan hangatnya perhatian… dan dinginnya dosa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TDT 8

Aruna menatap Raka dengan lembut, sambil menyendokkan sayur ke piringnya sendiri. “Boleh aku tahu,” katanya pelan namun penuh rasa ingin tahu, “apa yang sebenarnya membuat kamu jadi ragu sama calonmu itu?”

Raka tampak sedikit kikuk. Ia menunduk, mengaduk nasinya dengan sendok. “Wah... kok jadi curhat ya di tengah makan siang begini?” gumamnya sambil tertawa kecil, menutupi rasa malunya.

Aruna ikut tertawa pelan, lalu meletakkan sendoknya. “Tidak apa-apa, Raka. Siapa tahu, aku bisa kasih kamu sudut pandang lain. Anggap saja ini bukan cuma makan siang, tapi jeda hidup yang hangat,” ujarnya, matanya menyiratkan ketulusan.

Raka tersenyum kecil, lalu akhirnya mulai membuka isi hatinya. “Rita itu... cantik, iya. Pintar juga. Tapi... makin ke sini aku merasa seperti bukan jadi diriku sendiri saat bersamanya.”

Aruna mengerutkan alis, mendengarkan.

“Dia terlalu mengatur,” lanjut Raka, nadanya pelan namun jelas. “Dari hal-hal sepele seperti cara aku berpakaian sampai siapa teman-temanku, dia harus tahu. Semuanya harus sesuai versinya. Belum lagi... dia terlalu menuntut soal materi. Setiap kali kita bicara masa depan, yang dibahas selalu rumah besar, pesta mewah, atau liburan mahal. Rasanya... semua tentang citra, bukan isi.”

Aruna mengangguk pelan, tetap fokus mendengarkan.

“Dan yang lucu,” Raka tersenyum miris, “dia bahkan nggak bisa masak. Bukan karena aku butuh istri yang jago masak, tapi lebih ke... dia nggak punya ketertarikan sama sekali sama hal-hal rumah tangga. Padahal, bagiku, hal-hal kecil itu justru yang bikin hangat sebuah keluarga.”

Aruna menghela napas. “Itu bukan hal sepele, Raka,” katanya pelan. “Kalau kamu sudah merasa seperti kehilangan dirimu sendiri, berarti kamu sedang mencoba bertahan di tempat yang salah.”

Raka menatap Aruna sesaat, seolah merasa dipahami sepenuhnya tanpa perlu menjelaskan lebih banyak. Ada ketenangan dalam nada suara Aruna, bukan menghakimi, hanya hadir sebagai seseorang yang mengerti.

Dan makan siang yang awalnya terasa canggung, berubah menjadi obrolan yang dalam tentang pilihan hidup, tentang ketulusan, dan tentang kejujuran terhadap diri sendiri.

Aruna meletakkan sendoknya perlahan, lalu menatap Raka dengan penuh pertimbangan. Ia tidak tergesa menjawab, seolah ingin merangkai kalimat sebijak mungkin. Suaranya terdengar tenang, namun sarat makna.

“Raka, kalau aku boleh bicara sebagai seseorang yang mencoba memahami pikiran manusia,” katanya dengan senyum kecil, “aku tidak akan langsung menyarankan kamu untuk meninggalkan atau mempertahankan hubungan itu. Tapi... aku akan mengajakmu untuk melihat ini dari sisi yang lebih jernih.”

Raka menatapnya. Fokus.

“Setiap hubungan punya dua sisi. Ada sisi di mana kita merasa nyaman karena sudah terbiasa, dan ada sisi lain yang menantang kita untuk jujur pada diri sendiri. Pertanyaannya adalah... apakah kamu melihat dia sebagai seseorang yang akan nyaman bersamamu, atau justru menjadi beban dalam kehidupanmu sendiri?”

Raka masih diam. Mendengarkan dalam-dalam.

“Rita mungkin punya kelebihan yang kamu sukai, mungkin juga dia cocok secara sosial, atau keluarganya sesuai harapanmu. Tapi jika dalam perjalanan ini kamu mulai merasa lelah menjadi versi yang dia inginkan, itu bisa jadi sinyal penting. Karena dalam pernikahan, kelelahan itu akan membesar, dan menjadi masalah.”

Aruna menunduk sejenak, lalu kembali menatapnya. “Tapi, jangan pula buru-buru memutuskan hanya karena emosi sesaat. Coba tanyakan pada dirimu, Apakah aku bisa hidup bersamanya di saat paling sederhana, tanpa tuntutan apapun? Kalau jawabannya ragu, kamu mungkin sedang mencintai idenya, bukan orangnya.”

Raka mengangguk pelan. Wajahnya serius, tapi hatinya berdesir. Ada rasa hangat yang muncul bukan karena dia mendapatkan solusi, tapi karena merasa dimengerti. Aruna tidak membenarkan, tidak juga menyalahkan. Ia netral... namun menyentuh.

Dan saat Aruna kembali tersenyum, ringan namun tulus, Raka mulai menyadari di hadapannya sekarang bukan hanya seorang pemilik kebun, tapi wanita yang punya kedalaman, ketenangan... dan entah kenapa, pesonanya makin sulit diabaikan.

Raka meletakkan sendoknya dan menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, matanya menatap Aruna sejenak sebelum berkata dengan tulus, “Terima kasih.”

Aruna mengernyit pelan, sedikit tersenyum. “Untuk makan siangnya? Atau... untuk jadi tempat curhat mendadak?”

Raka tertawa kecil. “Keduanya. Aku nggak nyangka bisa bicara sejauh ini apalagi denganmu.”

Aruna menyambut senyumnya dengan lembut. “Tak perlu berterima kasih, Raka. Kadang, kita memang cuma butuh seseorang yang cukup tenang untuk mendengar, bukan yang buru-buru memberi jawaban.”

Ia menambahkan, sambil mengangkat cangkir tehnya, “Lagipula, curhatan tadi sepertinya lebih nikmat dari menu hari ini.”

Raka terkekeh pelan. Entah mengapa, hatinya terasa lebih ringan...dan tatapan matanya pada Aruna kini berbeda ada rasa nyaman, ada respek, dan pelan-pelan... tumbuh sesuatu yang lain.

Setelah itu, Raka melihat sekilas ke jam tangannya, lalu bangkit dari kursinya dengan gerakan sopan.

“Aku pamit pulang dulu, Bu. Masih ada beberapa laporan yang harus aku susun dan kirim ke pusat hari ini juga,” ujarnya.

Aruna mengangguk mengerti, meski ada sedikit rasa sayang melepas momen itu begitu cepat. “Tentu, pekerjaan tetap yang utama. Hati-hati di jalan ya, Raka.”

Raka tersenyum sambil meraih tasnya. “Terima kasih, dan... sekali lagi, untuk semuanya.”

Tatapan mereka saling bertaut sebentar. Bukan tatapan biasa, tapi seolah ada percikan yang mulai tumbuh di antara diam dan sisa waktu makan siang itu.

1
ovi eliani
thor blm up ya
ovi eliani
mantap, lebih baik di cintai laki 2 yg tulus sepertih raka, dr pada mencintai bagas yg tak tau arah kehidupan.
xia~xiaoling
masya'allah thor..tata bahasanya mendalam menyentuh ngena banget d hati..thor km org yg puitis..pinter bikin sajak..
prosanya sip...mkin skbma novel mu thor
Dee: Masya Allah, makasih banyak ya Kakak 🌸🙏 Komentarmu bikin semangatku nulis makin menyala. Aku senang banget kalau tulisanku bisa menyentuh hati pembaca. Doain semoga ke depannya aku bisa terus konsisten berkarya dan bikin karya yang lebih baik lagi. Terima kasih sudah membaca dan mendukung 🙏💖
Kalau tertarik silakan baca karya2ku yg lain...
total 1 replies
R 💤
Hallo Thor, aku mampir 👋🏻👋🏻👋🏻
Dee: Hai Kakak... 😄
Terima kasih sudah mampir dan baca Tumbuh di Tanah Terlarang! 👣🌿
Semoga ceritanya berkesan ya. Jangan lupa tinggalkan bintang dan komentar kalau suka 💬✨
Kalau kamu tertarik, boleh juga intip karya-karya aku yang lain...

Salam hangat dari author,
DeeMar 🖋️
total 1 replies
R 💤
Aruna lagi puber kedua gak sih, hehe
Dee: Haha bisa jadi~ makasih udah nangkep vibe-nya Aruna 😄 Jangan bosan sama tingkah dia ya!
total 1 replies
ovi eliani
aduhhhh aku bacanya kurang semangat thor, sesuatu yg sdh retak mungkin dapat di satukan tapi masih terlihat garis nya, itu yg di radakan aruna, jadi ikutan lelah bacanya
ovi eliani
wah drama tarik ulur ini, yg ada nanti akan lebih menyakitkan lg tinggalkan masa lalu aruna raih masa depam nooo raka udah nunggu. cicil kopernya sama raka satu satu jadi klo udah selesai cepat berangkat...
Daniah A Rahardian: Aruna plis, koper udah dicicil, hati Raka juga udah dicicil buat kamu 😭 tinggal kamu aja tuh yang ngaret terus! Gaskeun!
total 1 replies
ovi eliani
mau up lg song seru nih
Daniah A Rahardian
wow.. pedas sekali omonganmu Bagas😱
ovi eliani
aku bacanya gemes, karena hati ku tidak seluas aruna ngalah muluh, jd lah wanita yg tegas aruna, untuk apa rumah tangga di jalani tp tidak ada kebahagian di dalam pernikahan, sdh hampir 20 tahun ber rumah tangga apa tidak ingin kehadiran buah hati, hanya pernikahan dingin dan hampa , ayolah bikin cerita yg bikin greget up berikutnya ada ketegasan dan keputusqn aruna buqt bagas mungkin sebuah ancaman yg membuqt bagas berpikir, hanyq semua sarqn thor terima kasih
Dee: Itulah seni menulis membangkitkan rasa kesal, gemas, bahkan marah. Kalau ceritanya datar-datar saja, ujung-ujungnya pembaca sudah bisa menebak akan berakhir bahagia. Tapi dalam cerita ini, semuanya masih penuh teka-teki😊
total 1 replies
Daniah A Rahardian
Sabar itu ada batasnya, Mas Bagas......
ovi eliani
baru tau bagas , rumput tetanga pada hijau, makanya jgn masuk hutan terus, sekali2 lihat rumput tetanga, semangat aruna panas in aja terus bagas biar tau rasa. untuk raka slow men...klo jodoh ngak kemana, semangatbthor up lg dong kurqng bacanya
Daniah A Rahardian
Mulai panas.... perlu AC nih...😄👍
ovi eliani
jgn pernah membuat hati seorang istri menjadi lelah karena lelahnya wanita adalah suatu kehancuran semangat thor
Dee: Terima kasih atas komentarnya, Kak Ovi. Ungkapan yang sangat dalam dan penuh makna. Saya setuju bahwa kelelahan seorang wanita, apalagi seorang istri, dapat berdampak besar pada semangat dan keharmonisan. Semoga cerita ini dapat terus memberikan pesan dan refleksi yang berarti.
total 1 replies
ros
ceritanya menarik 👍
Dee: Terima kasih Kakak, yg selalu setia ngikutin cerita aku, semoga terhibur ya...
Jangan lupa komen dan likenya 💖🙏🏻
total 1 replies
ovi eliani
nah mulai tumbuh benih benih ngak taulah , up doble thor karena bacanya kurang terus semangat thor terima kasih.
Daniah A Rahardian
Fix, kisah ini cocok jadi sinetron jam 7 ‘Cinta Terlarang Tapi Bikin Nagih’."
Dee: iya, bisa... bisa😄
total 1 replies
ovi eliani
ceritanya ringan menarik untuk dibaca
ovi eliani
cie cie istri orang senangnya, semangat raka pilih yg terbaik buat mu , tp statusnya jgn istri orang juga , jawabannya ku tunggu janda mu. semoga entar sore atau malam up lg, senang banget bacanya semangat thor..
Dee: Ditunggu ya... aku usahain bisa up tiao hari, tadi nonton bola dulu hhee...
total 1 replies
ovi eliani
belum up thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!