NovelToon NovelToon
Tawanan Tuan De Santis

Tawanan Tuan De Santis

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Damien De Santis merupakan pembuat senjata dengan spesifikasi luar biasa. Dia jadi pemasok beberapa organisasi mafia Italia. Namun, dirinya dibuat jengkel, saat berurusan dengan Patrizio Mazza. Damien yang hilang kesabaran memutuskan menghabisinya, kemudian membawa pergi adik tiri pria itu yang bernama Crystal Guida Mazza.

Crystal dijadikan tawanan, hingga rahasia besar tentang gadis itu mulai terkuak. Damien bahkan rela melindungi, setelah mengetahui jati diri Crystal yang ternyata akan sangat menguntungkannya.

Siapakah sosok Crystal? Mengapa dia jadi incaran mafia lain? Lalu, apa alasan Damien mati-matian melindungi gadis itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dibayar Dengan Darah

"Pria itu mengincarku," ucap Damien, seraya menggenggam erat pisau di tangan kanan.

"Dia pasti tahu Anda sudah menghabisi Patrizio. Selain itu, Anda juga membawa Crystal dari sana. Dua alasan tersebut bisa jadi faktor utama untuk membalas dendam."

"Seberapa besar dia menginginkanmu?" Damien mengalihkan perhatian pada gadis cantik, yang berdiri tak jauh darinya.

"Mungkin sama seperti para produsen senjata lain," jawab Crystal enteng. "Mereka mengincar buku milik ayahku yang dianggap hilang. Mereka pikir, buku itu ada padaku."

"Lalu, di mana buku itu?" tanya Damien, seraya menatap sepenuhnya pada Crystal yang terlihat sangat tenang.

"Kau juga menginginkannya, Tuan?"

"Bukan hal penting seberapa besar aku menginginkan buku itu. Namun, kau meminta perlindungan dariku. Sudah sepatutnya dirimu bersikap lebih terbuka. Kurasa, itu bukan sesuatu yang salah." Nada serta raut wajah Damien tampak sangat serius, saat berkata demikian.

Crystal tersenyum, diiringi tatapan penuh isyarat. Gadis itu tak mengatakan apa pun, selain menurunkan sedikit tubuh sebagai tanda penghormatan. Entah apa maksudnya bersikap demikian. Setelah itu, dia berlalu dari sana.

"Gadis aneh," gumam Damien, seraya memicingkan mata.

"Kurasa, dia ingin bicara berdua dengan Anda, Tuan," ucap Santiago.

"Kau benar-benar hebat, Santiago." Damien menggeleng samar, diiringi senyum aneh. Pria itu melanjutkan sarapan yang tertunda.

Begitu juga dengan Santiago. Hingga santap pagi selesai, tak ada perbincangan berarti antara dirinya dengan Damien.

Hari merangkak menuju siang. Cahaya mentari terasa cukup terik, membuat wilayah Toskana jadi terang benderang.

Damien berdiri dekat jendela, sambil mengisap rokok. Tatapan pria tampan itu menerawang jauh, pada pemandangan indah yang terhampar luas bagai tak terbatas.

Sesaat kemudian, Damien menggumam pelan ketika merasakan sentuhan lembut yang menjalar dari perut ke dada. "Kau mulai berani," ucap pria 30 tahun tersebut dingin.

"Bukankah kau menyukainya?" Crystal berbisik lembut di telinga sebelah kanan Damien, kemudian membenamkan wajahnya di pundak bagian belakang pria itu. Dia bernapas pelan dan teratur, seperti tengah mengendalikan sesuatu dalam dada.

"Apa kau ingin mendengar sesuatu?" tawar Crystal, sesaat kemudian.

"Tentang apa?" tanya Damien, tanpa mengubah sikap berdiri. Dia juga tak mengalihkan pandangan dari objek yang tengah diperhatikannya sejak tadi.

"Tentang kisah kelam, pada malam di mana keluargaku dibantai," jawab Crystal pelan, seraya melepaskan dekapan.

"Bukankah kau sudah menceritakannya?" Damien mematikan sisa rokok dalam asbak kecil yang digenggam, lalu menoleh pada Crystal yang berpindah posisi ke dekat dinding, lalu berdiri sambil menghadap padanya.

"Itu hanya sebagian kecil. Aku bahkan tak menceritakan ini pada Tuan Alessio."

Damien memicingkan mata, lalu meletakkan asbak yang dipegangnya di meja. Dia berdiri di sisi sebelah kiri jendela yang terbuka lebar, sambil menyandarkan lengan dan menghadap Crystal yang juga melakukan hal serupa.

"Begitukah?" Damien menaikkan sebelah alis, menandakan keraguan atas ucapan Crystal.

"Kau boleh percaya atau tidak. Namun, aku mengatakan yang sebenarnya," ucap Crystal pelan. "Aku berpikir bisa menghadapi ini seorang diri. Akan tetapi, tak semudah kukira."

"Untuk apa?" tanya Damien tak mengerti.

Crystal tersenyum lembut, lalu beranjak ke hadapan Damien sehingga hanya menyisakan sedikit jarak. "Biar kuceritakan satu hal padamu, Damien De Santis."

Crystal menghadapkan tubuh ke luar jendela, melakukan apa yang tadi Damien lakukan sebelum dirinya masuk ruangan itu. Tatapan gadis cantik tersebut menerawang jauh.

"Pada malam kedua setelah pembantaian, aku melihat ada empat pria masuk ke rumah. Mereka mencari sesuatu. Aku bisa mengenali tiga dari empat pria tersebut. Namun, satu lagi entah ke mana," tutur Crystal, dengan tatapan seperti tadi.

"Bagaimana kau bisa memastikan keempat pria itu? Maksudku, mereka tidak melihatmu sama sekali?" Damien menatap keheranan.

Crystal menggeleng, sambil menoleh dan tersenyum. "Itu rumahku. Aku penguasanya."

Crystal kembali melayangkan tatapan ke luar jendela. "Jujur saja, ayah memperlakukan kami secara berbeda. Ambra dianggap terlalu lemah. Dia tidak tertarik dengan pekerjaan ayah. Kakakku lebih senang menghias kamar dengan unicorn. boneka barbie dan nuansa merah muda yang sangat konyol. Itulah kenapa ayah melatihku setiap saat. Mungkin, sebenarnya dia berharap aku adalah anak laki-laki." Gadis cantik bermata biru itu tertawa getir.

"Lalu, apa yang terjadi?"

Crystal menghadapkan tubuh pada Damien. "Entahlah. Namun, aku yakin mereka ada kaitannya dengan pembantaian terhadap keluargaku. Keempat pria itu pasti mengetahui sesuatu."

"Kau mengenali mereka?" Damien menatap serius.

"Salah satunya adalah Guillermo Mazza. Kupastikan dia ada di sana."

Crystal makin mendekat sehingga tak ada jarak di antara mereka. Dia meraba perlahan dada Damien, sambil menggigit bibir bawahnya. "Aku senang karena kau telah menghabisi Patrizio. Walaupun terlihat bodoh, tapi pria itu sangat licin dan sulit disentuh."

"Kau ingin membalas dendam?" Damien memicingkan mata.

"Apa yang akan kau kulakukan, saat melihat keluargamu dibantai secara brutal? Kau hidup sebatang kara setelah kejadian itu. Apa kau masih bisa tidur nyenyak?"

Damien menatap tajam Crystal. "Apa yang kau inginkan?" tanyanya pelan dan dalam.

"Kematian para penjahat itu," jawab Crystal lugas, lalu tersenyum aneh. "Aku akan memberikan apa pun yang kau inginkan, termasuk buku panduan milik ayahku. Namun, kau harus membayarnya dengan darah mereka."

"Siapa target pertamamu?"

"Saviero Mazza," jawab Crystal penuh penekanan. "Habisi dia untukku," ucapnya lagi, kemudian mencium lembut bibir Damien.

1
Aurizra Rabani
kyanya ada yang sengaja nabrak deh
Aurizra Rabani
pinjamin cd mu atuh ceu, kasian tar masuk angin 🤣🤣🤣
Anellakomalasari: 𝚃𝚎𝚛𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚔𝚎𝚛𝚊𝚖𝚊𝚝, 𝙼𝚊𝚔
total 1 replies
Aurizra Rabani
lanjut
Aurizra Rabani
Eleanor patuh nya kebangetan
Aurizra Rabani
crystal ngompol haist pesing dong 🤭
Anellakomalasari: 𝙳𝚒𝚝𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚢𝚊, 𝙼𝚊𝚔. 𝙱𝚎𝚋𝚊𝚜𝚒𝚗 𝚊𝚓𝚊
total 1 replies
Aurizra Rabani
wow bab awal sudah berdarah darah,...
Titik pujiningdyah
jangan2 isinya bumbu dapur
Aurizra Rabani: itu alat cukur bu
Anellakomalasari: 𝚂𝚎𝚙𝚎𝚛𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚝 𝚊𝚕𝚊𝚝 𝙺𝙱, 𝙼𝚊𝚔
total 2 replies
Titik pujiningdyah
aiiih!!!
Shanty Yang
masuk dalam antrian daftar baca dulu ya thor 🥰❤️😘
Anellakomalasari: 𝚂𝚒𝚊𝚙, 𝙺𝚊𝚔
total 1 replies
Titik pujiningdyah
asal gk dijadikan santapan buaya masih aman
Dunia hiburan
Luar biasa
Anellakomalasari: 𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑, 𝙺𝚊𝚔
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!