A B I D

"Guys" sapa Abid.

Ini sudah sore menjelang Maghrib. Abid serta temannya yang lain benar benar menginap di villa milik Bu Jihan. Adik Abid dan adik Balqis juga ikut menginap disana.

"Eh, udah bangun" sapa Fany.

"Lo kenapa sih Bid?" tanya Tio.

"Auk tuh.. muka gak ngenakin banget sumpah" sahut Eldi.

"Kayak orang kebelet boker" sambung Jefri.

"Hahahah" mereka tertawa.

"Gue..." Abid menghentikan ucapannya lalu menunduk.

"Kenapa woi?! Penasaran abang" ujar Rangga.

"Abang abang la dokon. Bang ojek iya" sahut Heon.

"Asemm" balas Rangga. Mereka tertawa lagi. Kecuali Abid.

"Lu nape si bid?" tanya Jefri.

"Gue gak enak sama kalian. Gue.. gue udah bohongin kalian. Gue minta maaf" ujar Abid. Mereka semua menatap Abid.

"Kebohongan? Tentang apa?" tanya Rangga.

"Ingatan" jawab Abid.

"Ingatan?" beo Eldi.

"Gue gak pernah hilang ingatan. Gue ingat semua kejadian. Kejadian waktu itu, dimana gue di celakai dengan sengaja sama Shelia. Gue ingat"

"Terus kenapa selama ini lo bilang gak ingat, bahkan lo bilang lo lupa ingatan??!" tanya Tio.

"Ya gue fikir kalau gue bilang gue lupa ingatan kalian pasti juga bakal lupain kejadian itukan"

"Di RS juga lo pura pura lupa?" tanya Heon.

Abid mengangguk. "Sorry" ujar Abid.

"Jadi.. sekarang. Lo masih ada rasa sama Shelia?!" tanya Rangga.

"Gue gak tau" jawab Abid.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa" teriak seseorang dari dapur.

"Suara apa woi?!" tanya Eldi. Mereka saling pandang lalu berlari menghampiri tempat kejadian.

Terlihat Avi yang memegang lengannya. Juga ada bercak merah di lantai. Ditempat itu hanya ada Avi dan Devi. "A- apa yang terjadi?!!" tanya Abid.

Abid samperin Avi dan langsung mengarah ke lengan yang dipegangnya. "Tolong ambilin laptop gue" pinta Abid.

Fany berlari mengambil laptop Abid. "Gue aja" ujar Rangga saat laptop sudah turun. Rangga tau kalau Abid ingin mengecek cctv di villa ini.

Teman teman Abid kecuali Jefri dan Heon merupakan peretas terbaik. Mereka sangat ahli di bidang teknologi.

"Udah?" tanya Abid.

"Bentar" jawab Rangga. Rangga masih berkutik dengan cepat.

Jefri mendekat ke Avi. "Bid, ini darah darahan" ujar Jefri.

"Ngaco" jawab Abid.

"Gue serius" Abid menatap Avi. Avi cengengesan.

"Hehe" Abid langsung menjatuhkan dirinya di kursi.

"Gini nih kalau punya adek laknatnya subhanallah" ujar Abid.

"Sabar Eldi sabar. Sabar kan Eldi ya Allah. Jangan hujat El jangan hujat" kata Eldi menutup matanya sambil mengelus dada.

Teman temannya tertawa melihat perkataan Eldi. "Ngga, udah gak usah dilanjutkan" suruh Abid ketika melihat Rangga masih berkutat dengan laptopnya. Rangga terlihat serius. Abid menghampirinya.

Rangga menunjukkan depan dan belakang villa. Ada beberapa orang berpakaian serba hitam. "Apalagi ini? Siapa yang tau kita disini?!" tanya Abid kesal. Teman temannya pun ikut menghampiri.

"Lion king" ujar Heon. Mereka menatap Heon.

"Lion king?" Beo Eldi.

"Ah gue lupaa! Jordan baru pindah disebelah apartemen gue" ujar Heon.

"Jordan?" tanya Tio.

"Tangan kanan Tama. Tanya lagi siapa Tama? Tama leader Lion king" jelas Jefri.

"Ooo" Tio cengengesan.

"Terus kenapa?" tanya Abid.

"Tetangga depan apartemen gue itu samperin gue. Ngasih makanan. Nah dia liat gue lagi kemas kemas. Dia tanya gue mau kemana. Ya gue jawab ke Bali" jelas Heon.

"Berarti, Jordan nguping?" tanya Tio.

"Bisa jadi" jawab Abid.

"Fany, ajak Devi Avi Balqis Ulfa masuk ke kamar. Kunci rapat rapat. Jangan keluar" suruh Abid. Fany mengangguk lalu pergi.

"Jadi mau diajak gelut ini?" tanya Tio.

"Kita belum tau niat mereka apa" jawab Jefri.

"Balas dendam again" sahut Abid.

"Ya kali kita baku hantam lagi weekend gini?!" keluh Eldi.

"Sabar sabar. Masih ada banyak hari untuk keliling. Kita awali baku hantam dulu. Pemanasan." ujar Heon.

"Ah gagal liat cewek pake bikini gue" kata Rangga.

"Anjim. Kagak ada akhlak Rangga" cibir Abid. Rangga tertawa.

"Kita bagi tugas. Gue sama Jefri belakang. Heon sama Rangga depan. Tio Eldi pantau monitor sekaligus jaga lima cewek di sini" suruh Abid.

"Oke siap" jawab mereka serentak.

"Pake atribut penyamaran" mereka bergerak menuju kamar mengganti pakaian.

_______

"Cari siapa bang?" tanya Jefri. Dia dan Abid memakai baju serba hitam ada lambang transparan dibaju itu, lambang black blood.

Mereka juga pakai masker, earpiece serta ada senjata di balik baju mereka.

"Pemilik villa" jawab seseorang cuek.

"Mau untuk apa?" tanya Jefri lagi. Jefri mengalihkan perhatian pria ini. Sedangkan Abid dibelakang, sudah memulai baku hantamnya tanpa menimbulkan suara.

"Untuk apa? Anda siapa bertanya?" balasnya.

"Saya siapa? Saya anggota villa ini" jawab Jefri matanya mengarah ke belakang setelah aba aba Abid.

Tiba tiba pria ini berbalik, pandangan yang dilihatnya adalah teman temannya yang sedang mengerang kesakitan. Matanya mencari, siapa yang melakukan semua ini?

Abid lompat dari atas pohon.

Dia langsung berada di belakang pria ini sambil menodongkan pistol kearah kepalanya. Abid mengode Jefri untuk membuka masker pria ini.

"Jordan" ujar Jefri. Abid tersenyum miring.

"Lo mau minum kopi atauu.. minum darah lo sendiri?" tanya Abid. Suaranya berbeda dari biasanya. Suara lebih berat dan sangat sangat menunjukkan ke macho-annya.

"Lo Abid kan?!" tanya Jordan.

"Bingo" jawab Abid.

"Apa mau lo?" tanya Abid gantian.

"Habisin nyawa lo" ujarnya. Abid tertawa receh.

"Jangan banyak bacot. Sebelum lo habisin nyawa gue, gue yang bakal habisin nyawa lo" bisik Abid. Jefri tersenyum mengejek.

Dari aba aba Abid. Jefri langsung menendang, memukul Jordan tanpa ampun. Sedangkan Abid masih menodongkan pistol kearah kepalanya.

Jefri terus menerus menyerangnya tanpa memberikan Jordan kesempatan. Setelah melihat Jordan lemah, Jefri menghentikan aksinya.

"Kalau mau intai orang, yang bener! Jangan sampe ketauan. Liat liat juga yang di intai siapa, jangan sampe jadi bumerang buat lu" ceramah Abid.

"Ba- bacot lo!" Abid tersenyum remeh.

"Udah lemah masih aja ngibarin bendera perang. Apa perlu, peluru ini bersarang di otak lo?" bisik Abid. Jordan tidak menjawab.

Abid menendang lutut Jordan, Jordan terjatuh. Dia tidak kuat untuk melawan sekarang.

"Lo boleh ganggu gue, tapi jangan sekarang. Gue juga butuh liburan, capek gue ketemu musuh, ketemu muka muka kalian. Eneg gue eneg!"

"Udah sekarang, mending lu balik ke habitat lo. Bilang sama bos lo, kalau Abid tangan kirinya kena gores pisau, deal?!" Jordan mengangguk lemah.

Srett...

"Abidd" panggil Jefri.

"Kan emang kena pisau" kata Abid sambil melihat lengannya.

Bukan.

Bukan dia yang menggoreskannya, tapi anak buah Jordan yang dibelakang.

Abid melepaskan Jordan lalu berdiri.

"Biarin aja mereka," kata Abid lalu pergi.

Bugh

Bugh

Jefri menendang satu anak buah Jordan, sekaligus Jordan.

Abid cengengesan melihat Jefri. Dia berbalik, "Udah ayok" Abid menarik Jefri.