NovelToon NovelToon
Sang Penerus (Pendekar Naga Petir) 2

Sang Penerus (Pendekar Naga Petir) 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:24.1k
Nilai: 5
Nama Author: kelana syair( BE)

perjuangan seorang pemuda untuk menjadi lebih kuat demi meneruskan wasiat seorang pendekar terdahulu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 Akhir pertarungan.

Nyai Sangguh merasakan sakit luar biasa. Pipinya terasa panas dan bibirnya mengeluarkan darah karena pecah oleh pukulan keras Andini tadi. Kejadian itu membuatnya merasa berang.

"Bangsat busuk! Siapa yang telah berani mencampuri urusanku?" teriak Nyai Sangguh seraya berdiri dengan tubuh sempoyongan.

Nyai Sangguh lalu menatap ke arah Barata dan di sana ia melihat seseorang bertubuh kecil sedang menatap ke arahnya.

"Bukankah dia anak kecil yang bersama Barata waktu itu? Kenapa tiba-tiba pancaran tenaganya melonjak naik kuat seperti ini?" bisik Nyai Sangguh sambil menyeka darah dari bibirnya.

Nyai Sangguh langsung dibuat terkejut begitu merasakan kekuatan yang sebenarnya pada gadis kecil di hadapan Barata itu. Ia baru tahu kalau gadis itu ternyata berada di tingkat yang sama seperti dirinya. Mengetahui hal itu, Nyai Sangguh pun seketika menjadi panik.

"Kenapa jadi begini? Sepertinya rencanaku untuk mencari tumbal persembahan akan gagal malam ini," ucapnya dengan wajah menegang.

"Hai, orang tua! Kau harus membayar perbuatanmu pada tuanku!" teriak Andini sambil merundingkan tangannya ke arah Nyai Sangguh.

Setelah berkata seperti itu, Andini pun tiba-tiba menghilang dari hadapan Barata. Tahu-tahu ia sudah muncul di depan Nyai Sangguh. Tentu saja hal itu membuat wanita itu terbelalak.

"Kau...!"

Hiiiaaaat.... deees...! Pukulan keras pun mendarat di perut wanita tua itu. Nyai Sangguh pun terlempar sambil menjerit merasakan perutnya sakit seperti kena palu godam.

Aaaakhh...! Teriakan Nyai Sangguh terdengar melengking.

Tapi Andini tidak hanya berhenti di situ. Dia melesat mengejar Nyai Sangguh dan memberikan pukulan dan tendangannya secara bertubi-tubi padanya.

Deees....! Deees.... Desss....! Puluhan bahkan ratusan hantaman mendarat tepat di tubuh wanita tua itu. Pada serangan terakhir, Andini memberikan tendangan yang cukup keras kepadanya.

Hiiiaaaat.....! Dess...! Gedebuuk...! Nyai Sangguh terlempar berguling-guling merasakan sekujur tubuhnya remuk redam.

Nyai Sangguh muntah darah kental. Tak sanggup lagi untuk berdiri, bahkan untuk bergerak sedikit pun sulit.

Andini menatap tajam wanita itu dengan tangan mengepal keras. Seakan belum puas menghajarnya.

Ki Pasung yang saat itu sedang menghadapi Dewi Maut Penyebar Kematian, tidak bisa berbuat apa-apa melihat istrinya terdesak. Ingin menolongnya jelas tidak mungkin karena pergerakannya dikunci oleh wanita itu.

"Kau tidak perlu urusi istrimu, Ki. Pikiran saja nyawamu," kata Dewi muka pucat saat melihat Ki Pasung mengalihkan pandangan ke arah Nyai Sangguh.

"Bisa celaka jika aku tidak segera pergi dari sini," batin Ki Pasung sambil menghindari serangan selendang Dewi muka pucat yang terus datang ke arahnya.

Ki Pasung berpikir keras mencari cara supaya dapat keluar dari tempat pertarungan itu. Karena ia tahu dirinya tidak akan mungkin bisa menang menghadapi Dewi muka pucat, setelah pedang lingkar kematiannya tidak mampu menggores tubuhnya.

Ki Pasung yang perhatiannya terbagi menjadi tidak fokus dalam pertarungan itu, sehingga dalam satu kesempatan, serangan Dewi muka pucat pun tepat mengenainya.

Deees....! Selendang Dewi muka pucat berhasil dengan telak menghantamnya tepat di bagian dadanya.

Aaakh...! Teriakan kesakitan terdengar dari mulutnya. Ki Pasung jatuh terlentang dengan dada menghitam akibat terkena hantaman selendang itu.

Ki Pasung berusaha berdiri walaupun dadanya terasa terbakar. Ia menyeka darah dari bibirnya.

Dewi Maut Penyebar Kematian melotot tajam mengingat Ki Pasung telah menyerang dirinya habis-habisan. Wanita muka pucat yang tidak mengenal kata ampun itu memutuskan untuk melenyapkan Ki Pasung selamanya agar di kemudian hari tidak menjadi duri.

"Ki Pasung, sudah saatnya kau mati malam ini... hiiiaaaat..!" Wuuuus.... Selendang Dewi Maut Penyebar Kematian meluncur ke arahnya traap.... traaap....! Selendang itu membungkus tubuhnya dengan rapat. Ki Pasung mencoba untuk melepaskan diri tapi tidak berdaya. Semakin ia bergerak, semakin kencang lilitan selendang itu.

Dan pada akhirnya terdengar teriakan keras dari mulutnya, aaaaa....! yang disusul kemudian dengan patahnya tulang belulangnya kraaak.....!.. kraaak.. dan jeritan itu hilang seiring nyawa Ki Pasung lepas dari raganya.

Dewi Maut terlihat puas setelah menghabisi nyawa orang tua itu. Julukan Dewi Maut Penyebar Kematian memang sepadan dengan sifatnya yang tidak mengenal ampun.

Tak lama kemudian, jeritan dari Nyai Sangguh pun terdengar melengking setelah Andini melepaskan pukulan Lembur Gunungnya.

Barata menggelengkan kepalanya melihat sikap Andini dan Dewi Maut Penyebar Kematian yang tidak jauh beda. Keduanya sama-sama kejam dan tidak mengenal ampun. Tapi yang menjadi pertanyaan dalam hatinya adalah, bagaimana Andini bisa sekuat itu dan tiba-tiba melewati dirinya.

"Apakah mungkin Andini bertambah kuat karena Mustika Langit Putih yang masuk ke dalam tubuhnya sore tadi, atau ada hal lain lagi?" batin Barata bertanya-tanya.

"Tuan, aku sudah berhasil menghabisi Ki Pasung. Apakah masih ada tugas untukku?" tanya wanita muka pucat.

"Tidak ada, Dewi muka pucat. Sekarang kau boleh pergi," ucap Barata.

"Baik, Tuan," jawab Dewi muka pucat kemudian melesat dan hilang dalam kegelapan.

Setelah Dewi muka pucat itu pergi, Andini pun sampai di hadapan Barata. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sesuatu.

"Tuan, di mana bibi muka pucat? Kenapa aku tidak melihatnya lagi?" ucapnya.

"Dia sudah pergi, Andini, baru saja," jawab Barata singkat.

"Aku tidak mengerti, kenapa dia membantu kita tadi?" tanya Andini ingin tahu, karena waktu itu Barata tidak mengatakan padanya kalau wanita muka pucat sudah tunduk pada dirinya.

"Yang jelas, sekarang dia sudah menjadi teman kita. Mungkin lain kali kau dapat berbincang-bincang dengannya," jawab Barata.

"Rupanya begitu. Kenapa tuan tidak ngomong dari kemarin?" ujar Andini.

"Sudah. Lebih baik kita masuk ke dalam. Soal itu tidak perlu diperdebatkan," ucap Barata lalu melangkah masuk ke dalam.

Melihat pertempuran sudah usai, Ningrum dan para pengawalnya segera keluar rumah untuk melihat keadaan Barata.

"Apakah kamu tidak apa-apa, Barata!?" tanya Ningrum cemas.

"Aku tidak apa-apa, Ningrum. Hanya butuh istirahat saja," ucap Barata.

"Kalau begitu, mari kita masuk," ucap Ningrum.

Barata dan Andini pun lalu masuk ke dalam. Sedangkan Ningrum terlebih dahulu memerintahkan kepada pengawalnya untuk menguburkan tubuh Nyai Sangguh dan Ki Pasung.

Malam itu, Desa Rejosari menjadi aman setelah Ki Pasung dan Nyai Sangguh berhasil dibunuh. Barata yang kelelahan kemudian masuk ke dalam kamarnya untuk merebahkan diri.

Malam pun terus berjalan. Bulan merah yang tadi muncul kini mulai berangsur-angsur menghilang. Dan tidak lama kemudian, bulan merah menjadi bulan purnama biasa dan kelap-kelipnya bintang pun sudah terlihat jelas di langit.

****

Di perguruan Bambu Kuning, Rogodaru memerintahkan kepada para muridnya untuk melakukan penyelidikan ke perguruan Atas Angin. Ketua Bambu Kuning tersebut belum percaya sepenuhnya kalau perguruan itu mendapatkan perlindungan dari siluman ular putih seperti yang ia dengar.

Untuk memastikan benar tidaknya perguruan Atas Angin mendapatkan perlindungan dari siluman ular putih, Rogodaru sang ketua perguruan segera memerintahkan Ki Saba Langit dan beberapa orang berangkat ke sana untuk melakukan penyelidikan. Jika memang terbukti perguruan tersebut mendapatkan perlindungan dari siluman ular putih, maka dia akan meminta bantuan pada perguruan Lembah Guntur dan perguruan Lonceng Merah.

1
Ariel Yono
Lanjutkan
Ariel Yono
lanjutkan
Ariel Yono
makasih Thor
Ariel Yono
mantap
Ariel Yono
oke
Ariel Yono
maju terus
Ariel Yono
lanjutkan
Ariel Yono
mencurigakan
prahara
hancurkan... hancurkan
prahara
makasihh min
prahara
teruskan
rio
lanjutkan
rio
lanjut
Ronaldo vs Messi
mantap lah
Ronaldo vs Messi
maju terus
xio zhou
lanjutkan thord
xio zhou
lanjutkan.
Batsa Pamungkas Surya
penguntit ternyata kalah lihai
Ronaldo vs Messi
lanjutkan
xio zhou
lanjutkan k
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!