NovelToon NovelToon
EXONE Sang EXECUTOR

EXONE Sang EXECUTOR

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Dunia Lain
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aegis zero

Seorang penembak jitu tewas kerena usia tua,dia mendapatkan dirinya bereinkarnasi kedunia sihir dan pedang sebagai anak terlantar, dan saat dia mengetahui bahwa dunia yang dia tinggali tersebut dipenuhi para penguasa kotor/korup membuat dia bertujuan untuk mengeksekusi para penguasa itu satu demi satu. Dan akan dikenal sebagai EXONE(executor one) / (executor utama) yang hanya mengeksekusi para penguasa korup bahkan raja pun dieksekusi... Dia dan rekannya merevolusi dunia.



Silahkan beri support dan masukan,pendapat dan saran anda sangat bermanfaat bagi saya.
~Terimakasih~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aegis zero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

dragon lord

Setelah lima hari berlalu dan kondisi kota mulai stabil, Arya dan Dina pun berangkat menuju kota Zerio.

Di gerbang kota, Terza bersama para warga melambaikan tangan.

"Selamat jalan, Exone. Semoga kalian berhasil," ujar mereka sambil membungkuk penuh hormat.

Arya mengangguk ringan. "Ya, kami pergi dulu. Sampai jumpa."

"Sampai jumpa..." sambung Dina pelan.

Namun, jauh sebelum mereka mencapai Zerio, rumor telah lebih dulu menyebar. Poster buronan Exone yang dikeluarkan oleh Raja Sekius telah menempel di hampir setiap kota. Tapi bukan itu saja yang mengguncang kerajaan—rumor bahwa Exone mendeklarasikan perang terhadap raja pun mulai merebak ke seluruh penjuru negeri.

Di pasar, kedai, dan jalan-jalan ramai, pembicaraan tentang Exone tak pernah berhenti.

"Heh, kau dengar kabar terbaru? Exone menyatakan perang terhadap raja, dan sebagai balasannya, raja menyebar poster buronan mereka."

"Siapa yang kau dukung? Exone, atau Raja?"

"Katanya Exone kuat, tapi mereka juga masih anak-anak."

"Jadi kau dukung raja biadab itu?"

"Enggak juga. Lebih baik aku netral daripada menambah kekacauan."

Rakyat pun terbagi dalam tiga kubu: mereka yang mendukung Exone, mereka yang mendukung raja karena takut, dan mereka yang memilih untuk tetap netral. Namun, hanya satu kelompok yang benar-benar mengetahui siapa Exone sebenarnya—mereka yang telah diselamatkan oleh Arya dan Dina. Para pelayan dan saksi mata pembantaian brutal para penguasa korup melihat langsung apa yang dilakukan Exone.

Di sebuah guild petualang, ketegangan mulai terasa.

"Kita ditugaskan memburu Exone?!"

"Kenapa kita harus terlibat dalam urusan politik para penguasa korup?"

"Tapi imbalannya besar! Bisa hidup enak tiga tahun."

"Kalau Exone berhasil menggulingkan raja, kita bisa hidup enak selamanya!"

"Benar juga..."

"Guildmaster mendukung perburuan ini?"

"Enggak mungkin. Dia orang baik. Mana mungkin menjadikan Exone sebagai musuh."

"Kalau begitu kenapa poster buron mereka masih tergantung di ruangan guild?"

"Itu perintah raja, katanya..."

Para petualang mata duitan mulai bergerak. Sementara itu, Arya dan Dina telah tiba di kota terdekat—kota Teares.

"Baiklah, Dina. Kita berpisah dulu di sini. Nanti kita ketemuan di pusat kota," ucap Arya.

Dina mengangguk. "Baiklah. Sampai jumpa."

Setelah berpisah, Arya melangkah santai ke sebuah bar.

"Sudah lama nggak minum-minum..."

Begitu pintu bar terbuka dengan suara keras, semua mata langsung tertuju padanya.

Arya mengangkat tangan. "Suasana seperti biasa. Pak, segelas bir satu!"

"Bir?! Wahahaha! Pulanglah, Nak!" teriak salah satu pengunjung.

Bartender mendekat. "Nak, kau masih kecil. Mau pesan susu saja?"

"Saya sudah biasa, Pak," jawab Arya tenang.

Bartender mendecak kagum. "Baiklah. Ini dia."

Arya menyesap bir perlahan. "Ngomong-ngomong, ada info tentang kota ini, Pak?"

"Kenapa tanya begitu?"

"Saya baru sampai, jadi belum tahu apa-apa."

Bartender mendesah. "Kota ini ikut mengerahkan prajurit untuk memburu Exone."

Arya mengernyit. "Padahal katanya penguasanya baik."

"Yah, sebaik-baiknya penguasa, tetap tak bisa melawan perintah raja. Lagipula, dia tak tahu apakah dia akan diserang Exone atau tidak."

"Masuk akal juga..." Arya meneguk birnya lagi. "Terima kasih, Pak."

"Cara minummu... seperti sudah terbiasa."

"Sudah kubilang tadi."

Bartender tertawa. "Wahahaha!"

"Ada info lain? Tentang monster mungkin?"

"Petualang yang minum di sini bilang ada naga yang menyerang mereka. Banyak yang mati."

"Naga?" Arya hampir tersedak. Jadi benar-benar ada naga di dunia ini? Tapi kenapa aku belum pernah dengar sepanjang perjalanan? Apa karena aku nggak pernah tanya di bar...?

"Pak, Anda tahu letaknya?"

"Ke guild petualang saja. Biasanya ada poster semacam itu."

"Terima kasih." Arya meletakkan beberapa koin di meja.

Di luar, ia menggumam, "Penguasa ikut memburu Exone... dan sekarang ada naga... Kenapa aku nggak pernah dengar ya? Gamma dan Dina juga nggak pernah bilang."

Ia pun melangkah ke guild.

Begitu membuka pintu guild, matanya langsung tertuju pada poster yang menampilkan wajah buronan mereka.

"Wuah... banyak banget poster kami! Tapi... kenapa wajahnya jelek begini? Siapa yang gambar ini?! Jauh banget dari aslinya!"

Ia berjalan mendekati resepsionis. "Permisi, Kak. Ada info terbaru tentang kota ini?"

Resepsionis tersenyum. "Info terbaru? Hanya tentang perburuan Exone, sih."

"Kalau boleh tahu... kenapa Exone diburu? Apa guild petualang memusuhi mereka?"

Beberapa petualang menoleh ke arah Arya.

Resepsionis tertawa. "Tentu tidak. Bahkan banyak yang memuja Exone di sini. Yang memburu cuma mereka yang tergila-gila uang. Dan soal poster itu... perintah dari kerajaan."

"Oh, begitu ya... Terima kasih banyak, Kak! Satu lagi, saya dengar ada naga muncul. Apa tahu lokasinya?"

"Di sebelah barat ada gua. Naga itu terlihat di sana."

"Baik, terima kasih." Arya tersenyum dan pergi.

Resepsionis menatap punggungnya sambil bergumam, Anak laki-laki... rambut hitam... sekitar 160 cm... jangan-jangan...?

Arya berjalan keluar. "Hmm... jadi nggak semua orang menganggap kami musuh... Dan kalau naganya bisa diajak bicara... aku ingin berteman dengannya! Pasti seru!"

Ia menuju alun-alun untuk menemui Dina.

Di alun-alun, Dina sudah menunggu sambil mengunyah makanan.

"Kemana saja kamu, Ar?" tanyanya sambil mengunyah.

"Dari bar dan guild. Seperti biasa, hal pertama yang kamu cari pasti makanan."

"Biarin! Terus kamu dapat info apa?"

Arya mengetuk kepala Dina pelan. "Kamu... kenapa nggak pernah bilang tentang keberadaan naga?!"

"Naga? Oh... itu makhluk yang katanya cuma muncul lima puluh tahun sekali. Lagian untuk apa aku bilang? Nggak ada sangkut pautnya sama misi."

"Tentu saja ada! Naga itu makhluk luar biasa! Semua orang ingin melihatnya!"

"Terus kalau tahu, kamu mau apa?"

"Mau lihat, dan kalau bisa, aku mau berteman!"

Dina melotot. "Teman?! Jangan bercanda! Dari yang kudengar, mereka nggak bisa diajak bicara!"

"Bodo amat. Ayo kita ke gua tempat naga itu berada!"

"Baiklah, baiklah... dasar orang aneh."

---

Sementara itu, di kota Zerio...

Saturn menggeram pelan. "Ini kota Zerio... tapi di mana mereka berada?!"

---

Kembali ke Arya dan Dina. Mereka menyusuri area barat, melewati hutan yang sunyi. Tak lama, mereka menemukan pemandangan mengerikan—banyak jasad petualang tergeletak, hangus, sebagian membeku, dan lainnya hancur tak bersisa.

"Banyak banget korbannya," gumam Arya.

"Iya... tapi kamu yakin? Katanya mau kamu jadikan teman?"

"Tentu saja. Kalau dia nggak bisa bicara, aku akan buat dia mengerti lewat pertarungan!"

"Penggila pertarungan."

"Jangan samakan aku dengan kamu."

"Apa?!"

Tiba-tiba, angin kencang berhembus.

"Apa itu?! Hei, Ar, lihat ke atas!"

Bayangan besar menutupi langit. Seekor naga hitam legam muncul dari balik awan, sayapnya membentang selebar pohon-pohon runtuh di bawahnya. Nafasnya membakar udara.

"Woaah, besar banget!"

*Huffwhohh!*

Naga itu menyemburkan api.

"Apa?! Menghindar, Dina!" Arya berteriak. "Swap!"

"Wind Step! Wooo, apa-apaan itu?! Tiba-tiba menyembur api segede itu!"

Arya tertawa. "Hahahaha, sangat hebat! Naga asli!"

"Berhenti kagum, orang aneh! Gimana selanjutnya?!"

"Baiklah!" Arya menarik dua pistol. "Ice Shot! Fire Shot!"

Peluru-peluru sihir melesat, tapi tak memberi dampak berarti. Tubuh sang naga terlalu besar. Sisik hitam legamnya mengkilap, satu sisik sebesar kepala manusia, tubuhnya seukuran rumah tiga lantai.

Dina, yang biasanya sangat antusias bertarung, kini bergidik.

"SIAPA KALIAN?!" suara sang naga menggema, berat dan mengintimidasi. "KALIAN BISA MENGHINDARI APIKU DAN MENYERANG BALIK! ENERGI SIHIR KALIAN... SANGAT BERBEDA DARI MANUSIA LAIN!"

"Wah, hei Dina! Lihat! Dia bisa bicara! Naganya bisa bicara! Wahahaha!"

Dina gemetar. "I-iya! K-kenapa kamu nggak takut?!"

"Hah?! Emangnya kenapa? HEI, TUAN NAGA! SAYA TIDAK PUNYA NIAT BERTARUNG! APAKAH KITA BISA BICARA SEBENTAR?!"

"BERBICARA?! MAKA BICARA DENGAN BERTARUNG!"

Tiga semburan api kembali ditembakkan.

"Woah! Swap! Swap! Swap!"

"Wind Step! Wind Step! Wind Step!"

"Dina! Menjauh dari sini! Biar aku saja!"

"Kamu serius mau lawan sendiri?! Baiklah! Hati-hati!" Dina menjauh.

"Tenang saja! Freeze! Ice Lancer!" Arya menyerang. Tapi sang naga tetap tak bergeming.

"KURANG BERASA, NAK!"

"Ice Shot! Fire Shot!" Arya menembak lima kali berturut-turut. Tapi sisik naga tetap tak tergoyahkan.

"SEHARUSNYA BEGINI! ICE!"

Sang naga menyerang dengan es berskala besar.

"Swap! Dinginnya! Apa-apaan itu?! Kayak bencana alam! Baiklah, aku akan serius!"

Arya mengeluarkan pedang mirip katana.

"Aku bukan ahli pedang, tapi ini senjata jarak dekat terkuatku! Strength!"

Dengan sihir memperkuat tubuh dan pedangnya, Arya bersiap.

"Bersiaplah, Tuan Naga! Fire Slash!"

Tebasan api mengenai sisik sang naga, meninggalkan goresan.

"KUH! SISIKKU TERGORES?! BOLEH JUGA, NAK! FIRE STORM! ICE STORM! WIND STORM! SAND STORM! DARKNESS!"

Serangan bertubi-tubi seperti bencana alam menghujam.

"Apa?! Apa dia mau menghancurkan dunia?! Teleport!"

Arya berpindah ke kota Oiter.

"Huuuhh! Apa-apaan itu?! Dina! Kau selamat?! Sudah menjauh dari area, kan?!"

"APA-APAAN ITU?! KAU MEMANCING AMARAH BENCANA BERJALAN! SELURUH HUTAN LENYAP!"

"Apa?! Teleport!"

Arya kembali ke lokasi. Hutan yang sebelumnya rimbun kini berubah menjadi kawah bencana. Api, es, pasir, dan kehancuran bercampur menjadi satu.

"APA-APAAN INI?!" Arya ternganga. "ME-MENYERAH! AKU MENYERAH! JANGAN LANJUTKAN! NANTI DUNIA HANCUR!"

Sang naga menatapnya. "ANAK YANG MENARIK... Yang lain lari, kau malah kembali. Yang lain ketakutan, kau malah tertawa. Dan sekarang kau bersujud... Menarik. BAIKLAH! SILAKAN BICARA. AKU AKAN DENGARKAN."

Arya menarik napas lega. "Terima kasih! (Sial, gendang telingaku hampir pecah!)"

Ia mulai menceritakan segalanya—tentang reinkarnasinya, tentang misinya mengeksekusi para penguasa korup, dan tentang obsesinya pada naga sejak kehidupan sebelumnya.

Sang naga tertawa terbahak-bahak. "REINKARNASI YA?! KAU MAKIN MENARIK, NAK!"

"T-terima kasih banyak..." Arya menutup telinganya.

"Jadi, apa yang kau mau dariku?"

"Saya hanya ingin berteman! Dan mungkin... mengetahui beberapa hal tentang dunia ini."

"Kalau soal manusia, aku tak tahu dan tak peduli. Tapi soal monster dan spesies lain, aku tahu banyak."

"Ada naga lain?! Seperti apa mereka? Apakah sekeren dan sehitam dirimu?!"

"Kau maniak naga, ya?!" sang naga mendecak. "Yah, biarlah. Ada empat naga penguasa:

* Di barat, aku: Noctarion, Sang Black Dragon.

* Di timur: Pyros, Sang Red Dragon.

* Di selatan: Aetheria, Sang White Dragon.

* Di utara: Aquarix, Sang Blue Dragon."

"Woaaah! Keren banget! Aku nggak sabar keliling dunia untuk bertemu mereka! Tapi omong-omong... kenapa kau membunuh manusia?"

"HAH?! SALAH YA?! AKU BANGUN SETELAH TIDUR PANJANG LIMA PULUH TAHUN, MAU CARI TEMPAT TINGGAL, EH, MANUSIA DATANG MEMBURU AKU! AKU HANYA INGIN HIDUP TENANG!" Teriakannya mengguncang tanah.

"O-oke... Maafkan kami... Aku akan bicara dengan guild agar mereka tidak memburumu lagi."

"Dan soal hutan ini, biarkan saja. Biar jadi pengingat bagi manusia untuk tahu batas mereka."

Dina datang.

"Ar-Ar! Kamu baik-baik saja?! PERGILAH DARI SITU, NAGA BIADAB!"

"Tuh kan. Lihat? Selalu dimusuhi..." desah sang naga.

"Tenang, Dina! Aku tidak apa-apa. Kami sedang ngobrol. Simpan senjatamu dan minta maaf."

"B-baiklah... Maafkan aku!"

"Tidak apa-apa."

Arya membungkuk. "Tuan Naga... bolehkah saya tahu nama Anda dan nama naga lainnya?"

"Namaku Noctarion, Sang Black Dragon. Yang lainnya adalah Pyros, Aetheria, dan Aquarix."

"Nama yang bagus. Nama saya Arya Setya, dan wanita cantik ini Dina. Salam kenal."

"S-salam kenal..." Dina tersipu.

Noctarion tersenyum. "Jadi, apa tujuan kalian?"

"Kami sudah mengeksekusi delapan penguasa korup. Tinggal satu lagi sebelum ke ibukota."

"Konsisten juga, ya. Urusan manusia memang tak ada habisnya..."

"Tapi kalau bukan kami, siapa lagi?"

"KUHAHAHA! PEMIKIRAN YANG DEWASA!"

"Ngomong-ngomong, Tuan Naga. Mau tinggal di mana sekarang? Hutannya sudah lenyap."

"Aku bisa cari hutan lain. Tapi janjimu tadi... pastikan manusia tak menggangguku lagi."

"Bagaimana dengan hutan dekat kota Azura? Penguasanya teman saya."

"Bagus kah hutannya?"

"Bagus. Banyak binatang, lebat, dan warganya bersahabat."

"Kalau begitu, hubungi dia."

"Akan saya hubungi."

Arya mengaktifkan komunikator.

"Halo, Pirlo-san. Saya butuh bantuan."

"Bantuan apa?"

Arya menceritakan semuanya.

"NA-NAGA HITAM?! SANG PENGUASA ITU?!"

"Iya. Bisa dipenuhi?"

"Baik... tapi kota kami baru pulih. Apa dia bisa tidak habiskan sumber daya?"

"Tentu saja, asal tidak diganggu," jawab Noctarion.

"S-suara siapa itu?!"

"Tuan Naga sendiri."

"Bisa bicara?! B-baiklah! Kami janji tidak mengusik!"

"Terima kasih, Pirlo-san."

Arya menoleh. "Tuan Naga, bolehkah saya naik ke punggung Anda?"

"Aku juga!" seru Dina.

"Baiklah. Naiklah."

"Swap! Wahahaha! Sisikmu hangat dan nyaman!"

"Wind Step! Wuah! Aku naik naga! Penguasa naga lagi!"

"Pegangan. Kita terbang."

"WOOOAHHH!"

"Jadi ke arah mana kota Azura?"

"Itu, lurus saja!"

"Baiklah. Kita pergi."

Di bawah mereka, warga kota melihat naga terbang di langit.

"A-APA ITU?!"

"SERANGAN NAGA?!"

"KIAMAT?!"

Teriakan panik bergema.

Sesampainya di hutan dekat Azura, Noctarion mendarat.

"Ini tempatnya?"

"Ya. Bagus, kan?"

"Bagus. Terima kasih, Nak."

"Sama-sama, Tuan Naga. Terima kasih juga sudah mau berteman dengan kami."

"Saya juga!" kata Dina.

"Tak masalah. Ternyata ada juga manusia menarik."

"Sampai jumpa, Tuan Naga."

"Sampai jumpa."

"Teleport!"

"Teleport!"

Noctarion menghela napas puas. "Mereka bisa teleportasi juga?! Hahaha! Sudah lama aku tidak merasa senang dengan manusia!"

Di kota Teares...

"Huuhh... pengalaman sekali seumur hidup!" seru Arya.

"Iya! Aku bisa bangga kalau nanti tua dan cerita ke cucu!"

"Cucu? Kamu mau nikah sama siapa?"

"D-diamlah! Suatu saat pasti ada yang mau!"

"Tentu saja! Karena kamu cantik."

"Hmph..."

"Yuk, lanjut ke Zerio. Karena Noctarion sudah di Azura, kita tak perlu lapor guild, kan?"

"Ngapain lapor? Kan sudah jauh!"

"Iya sih. Yuk lanjut!"

Perjalanan ke Zerio memakan waktu empat hari. Namun, di hari kedua...

*Whooshh!*

Tiba-tiba, serangan datang mengarah pada mereka.

"Wuih! Apaan tuh?!"

"Serangan?! Dari mana?!"

Seseorang muncul dari balik pepohonan.

"Akhirnya... aku menemukan kalian. Dasar bocah!" ujar Saturn dengan wajah penuh amarah.

1
luisuriel azuara
Karakternya hidup banget!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
Ani
Gak sabar pengin baca kelanjutan karya mu, thor!
Nandaal: terimakasih banyak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!