Kisah tragis harus dialami oleh wanita bernama Bilqis Adara Alkyara Putri, disaat usianya yang masih berusia 20 tahun ia harus menerima kenyataan pahit, hidupnya hancur akibat ulah kekasih dan Sandra Oktaviani, wanita yang sudah ia anggap sudah seperti saudara kandungnya sendiri.
Mengandung darah daging dari Lelaki bernama Rahendra Wijaya, tapi nasib malang menghampiri wanita itu sadar sang kekasih tak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya, dibenci bahkan tak dipedulikan keluarga akhirnya wanita itu memilih pergi meninggalkan kota dimana ia dilahirkan.
Memutuskan menetap dan memulai kehidupan baru di kota ( J ) siapa sangka ia dipertemukan dengan sesosok nenek yang sangat baik sudah menganggapnya seperti cucu kandungnya sendiri.
Tak hanya bertemu nenek, ia juga bertemu Elgar Kenanndra Putra, lelaki menyebalkan yang siapa sangka ia cucu kandung dari nenek tersebut.
Akankah cinta Adara akan berlabuh pada Elgar, ataukah malah bersatu kembali dengan Hendra?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 [ Si Kembaran Kulkas ]
Sah menjadi Istri dari Anaknya, sepasang suami-istri itu menghampiri Adara- Gadis yang sudah menjadi menantunya.
"Mulai sekarang kamu sudah jadi istri anak kami, biarpun pernikahan kalian karena terpaksa, sudah jadi tanggung jawab kita sebagai orang tua melakukan yang terbaik untuk Putra-putrinya, mulai sekarang kamar kamu akan satu ruangan dengan Elgar, ya?"
Pria itu menyarankan, Adara menatap Mama mertuanya meminta persetujuan, tapi dari lirikan Adara terlihat Adara ragu, Puspita memberikan anggukan kepala tanda menyetujuinya.
"Tapi Pa?"kata Adara, Puspita memotong pembicaraan sang menantu.
"Sayang ... menurut Mama apa yang dikatakan Suamiku ini memanglah benar. Kamu sekarang sudah memiliki tanggung jawab berbakti pada Suamimu biarpun Suamimu belum bisa menganggap kamu, yakinlah semuanya akan berjalan dengan sempurna dan Elgar dengan berjalannya waktu akan bisa menerima kamu, percayalah."
Adara tak memiliki pilihan ia hanya bisa menuruti, masuk kedalam kamar yang dimana disana menjadi kamar pribadi Elgar.
Sedangkan Elgar melihat Adara duduk ditepi ranjangnya tanpa sepatah kata Lelaki itu mengambil satu bantal lalu ia lemparkan kearah Adara dari belakang, terkejut Adara lalu bangkit.
"Pergilah, kamar ini kamarku, jika ingin tidur pindah lah ke sofa,"usir Elgar tanpa berfikir jernih.
"Apa aku tidak salah dengar? Aku Wanita apa pantas seorang Wanita tidur di Sofa dan dalam kondisi mengandung? Sedangkan kamu enak-enak tidur diranjang? Ini tidak adil!"
Adara menolak tak menyetujui perintah Pria yang sudah berstatus Suaminya.
"Tidak adil? Aku rasa kupingku budek mendengar kata-kata yang barusan anda katakan? Ini kamarku! Terserah aku! Aku mau suruh anda tidur di sofa ataupun di atas genteng sekalipun itu hakku, pergi dan jangan menganggu! Paham"
Menambah volume AC semakin besar hawa dingin amat menusuk kulit, tidak bisa dibohongi Adara sedikit kedinginan.
"Aku minta selimut, aku tidak tahan terhadap dingin yang seperti ini,"ucap Adara sambil memeluk tubuhnya sendiri. Akan mengambil selimut untuk menyelimuti tubuhnya, tapi telah keduluan Elgar yang merebut selimut itu.
"Anda disini bukan sebagai tuan Putri! Pergi dan tidurlah di sofa, selimut hanya untukku dan jangan berani membangkang! Satu lagi matikan lampu kamar,"perintah Elgar tanpa memandang.
"Aku kira setelah kejadian kemaren dia akan sedikit berubah menjadi pribadi yang baik! Nyesel aku memujinya telah berubah!"
Adara membatin dengan kesal, memanyunkan bibirnya dan menggenggam erat tangannya.
Tak berkata sepatah katapun Adara merebahkan diri diatas sofa, hanya bermodal bantal sekaligus tangannya untuk ia gunakan agar memberikan rasa hangat untuk ia sentuh kan ke kulitnya.
"Kak Erlangga orang yang paling tau aku paling tidak betah sama yang namanya dingin? Seandainya dia masih ada mungkin aku masih memiliki harapan untuk bertahan? Tapi tidak apa-apa anggap saja anakku ini penggantinya ...sayang ... bantu Mama ... maafkan Mama kali ini Mama telah menambah penderita kamu, maafkan Mama ... maafkan Mama ...,"batin Adara sambil mengelus perutnya.
Tak berkata lagi Adara akhirnya memejamkan mata, tak memperdulikan Pria terbaring di ranjang dengan nyenyak menyelimuti tubuhnya sendiri dengan selimut.
Beberapa menit suara nampak hening. Elgar yang ternyata tak bisa tidur, sesekali ia melihat belakang adanya Adara yang memeluk tubuhnya sendiri dengan erat, terlihat gadis itu menggigil kedinginan
"Apa aku keterlaluan pada gadis yang saat ini sudah memiliki status jadi istriku? Apa aku tidak kalah seperti seorang bajingan yang membiarkan seorang gadis dalam keadaan mengandung menggigil kedinginan seperti ini?"
Elgar bergumam pelan, entah kenapa dia terlihat tak tega Gadis yang memiliki status istrinya itu dibuatnya menggigil. Diraihnya remote AC, menurunkan Volume AC yang sedari tadi ia sengaja besarkan.
Lalu langkahnya mulai mendekatinya, memandanginya dengan tatapan matanya yang seperti sangat tulus, dengan entengnya tubuh gadis itu ia angkat dan ia pindahkan diatas ranjang yang tadinya ia tempati.
"Aku melakukan ini semua karena aku juga kedinginan, jangan berharap ataupun berfikir kalau aku baik! Aku sedikit baik karena aku kasihan dengan janin yang kamu kandung! Aku juga bukan lelaki bajingan seperti mantanmu!"
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 00:00 malam. Adara yang terbangun ia merasa dinginnya tak seperti awal tadi, melihat volume yang semakin kecil berbeda dari angka awal tadi.
Lalu lirikannya menyambar kearah kiri terdapat Elgar yang sudah dalam posisi tertidur nyenyak, senyum mengembang terlihat dari wajah Gadis itu.
"Aku tau sejahat-jahatnya kamu tidak akan mungkin membiarkan seorang gadis kedinginan, tapi aku tidak boleh kege'er'an bisa jadi dia menurunkan volume karena memang dia sendiri juga kedinginan, ya kan? Tapi untuk alasan kenapa dia juga memindahkan aku, kenapa?"batin Adara yang tak paham.
Tak ambil pusing Adara kembali tertidur dan memejamkan matanya.
................
Pukul 04:00 PAGI
Sudah memiliki status lain yaitu seorang Istri sekaligus seorang menantu sudah menjadi tanggung jawab utama bagi Adara untuk mempersiapkan sarapan bagi keluarga barunya ini. Apalagi dirinya yang diperlakukan dengan tulus oleh mereka, sudah sepantasnya Adara membalas.
Seusai menjalankan ibadah sholat shubuh dan berdzikir. Adara membuka kulkas mencari bahan masakan yang cocok untuk ia jadikan menu sarapan yang sehat.
Namun, didalamnya hanya ada makanan yang siap goreng yang terbilang simpel, tapi jelas pasti ia tau makanan cepat saji dan banyak pengawet sangatlah tidak sehat untuk kesehatan dimasa mendatang nantinya. Lalu ia melihat diatas meja dan memeriksa nasinya.
"Colokannya sudah dicabut sedari malam, ini juga sudah dingin ketimbang mubazir kenapa aku tidak jadikan nasi goreng spesial buatan aku saja?"gumam Adara memiliki ide cemerlang.
Tanpa berkata dan berfikir kedua kalinya, Adara mengeksekusi nasi sisa itu menjadi nasi goreng dengan bumbu-bumbu rahasia yang ia miliki. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit nasi itu sudah berubah menjadi nasi goreng yang super lezat. Bahkan aromanya bisa tercium dengan sangat harum. Tak lupa ia menggoreng telur sebagai pelengkap menu.
"Selesai! Ini sangat lezat dan aku berharap mereka suka,"ungkapnya yang tak sabaran.
Waktu berjalan dengan cepat, aroma harum telah berhasil menguasai udara didalam kediaman ini. Elgar yang tadinya hendak akan mandi, namun langkahnya teralihkan dengan aroma ini.
"Aroma apa ini? Bagaimana bisa selezat ini?"ungkap Elgar yang berterus terang.
Menghampiri meja makan, ia melihat sudah ada beberapa nasi yang disajikan diatas piring itu, entah sangking laparnya Elgar menunda mandinya dan bergegas menyantap nasi goreng itu.
Sudah sampai tahap akhir, kedatangan Adara mengejutkan Lelaki itu hingga membuatnya tersedak.
"Astaga ... pelan-pelan kenapa?"
Adara buru-buru mengambilkan air dan langsung membantu Elgar untuk meminumnya, namun sangking terkejutnya antara Elgar ataupun Adara bahkan tak sadar keduanya diperhatikan oleh sang mertua.
"Lihat? Mama sangat bahagia dan sangat beruntung akhirnya kita memiliki menantu yang tepat dan sigap sekaligus telaten?"ujar Puspita menyuarakan kekagumannya.
Pura-pura batuk, keduanya pun akhirnya tersadar, Adara yang masih membantu memegangi gelas, sekaligus masih mengelus punggung belakang sang suami, keduanya gelagapan kembali canggung.
"Astaga ...kenapa malu-malu? Mama dan Papa suka lagi kalau kalian menunjukkan hubungan kalian yang mulai akur gini?"ujar Bramono yang mulai mengoda pengantin baru ini.
Tak berkata ataupun membalasnya, Elgar bangkit dari kursi dan mengabaikan ledekan papanya, melihat tingkah Elgar yang seperti tersinggung terlihat raut wajahnya kembali bersedih.
"Sayang ... janganlah bersedih, ya?"
Adara hanya tersenyum, ia tau cara diam dan hanya menunjukkan senyumannya itulah cara yang paling tepat.
*****
Seusai mandi dan menyantap sarapan yang dibuatkan oleh Adara, Elgar yang akan berangkat kerja suara Papanya seketika menghentikan langkahnya.
"Tunggu! Kamu berangkatlah sama istrimu, kalian kan satu kantor?"
"Tidak! Dia punya kaki! Dia bisa jalan sendiri, Elgar tidak mau!"tolaknya.
"Ya sudah kalau kamu tidak mau berikan semua fasilitas yang Papa berikan, ayo berikan,"ancam Bramono tak main-main.
"Baiklah aku akan ajak Wanita ini, kita pergi!"
Elgar membalas dengan ketus, tak se'ucap kata ia pergi duluan sedangkan Adara menyempatkan bersalaman dengan kedua mertuanya.
Perginya mereka, Bramono dan sang istri saling berbisik sambil melihat tubuh keduanya yang mulai hilang memasuki mobil.
"Pa? Apa kita tidak melakukan sesuatu untuk mendekatkan mereka? Mama yakin Adara tidak akan mungkin menggoda Putra kita sadar dia gadis yang sedikit pemalu! Tapi Mama takut jika kita tidak mulai mendekatkan, Elgar benar-benar tidak akan bisa mencintai Adara? Jujur pula selama ini sebenarnya Mama takut, Mama hanya berbohong seolah-olah Mama yakin Putra kita bisa berubah mencintainya, tapi sejujurnya Mama tidak semakin itu, apa yang harus kita lakukan, Pa?"
"Mama tenanglah cepat atau lambat Elgar pasti bakal mencintai Adara, Papa memiliki ide untuk mendekatkan mereka, Papa juga memiliki rencana untuk membukakan hati Elgar jika aslinya ia sudah menyimpan rasa pada Adara, Mama tenanglah."
"Papa yakin?"
"Iya Papa yakin, Mama percayakan semuanya sama Papa "
BERADA DALAM MOBIL.
"Apa aku duluan yang mulai bicara sadar Pria disampingku ini saudara kembarnya kulkas? Sedikit cair, tapi sekalinya keras melebihi batu! Tapi jika aku memulai gimana tanggapan si kulkas ini? Aku rasa aku yang bakal kena omel, lebih baik aku diam menghindari ocehannya."
Adara membatin menghindari masalah, sesaat laju kendaraan tiba-tiba Elgar hentikan.
"Kenapa berhenti apa mesinnya ada yang rusak?"Adara bertanya.
"Turun!"perintah Elgar tanpa menatapnya.
"Apa aku tidak salah dengar? Jarak sini menuju ke Perusahaan masih lumayan jauh?"
Adara mencoba mengelak dan mencari alasan.
"Terus urusannya denganku apa? Cepat turun! Aku tidak mau ada seseorang yang memergoki kita, cepat turun!"gertaknya lagi.
"Alangkah baiknya aku turuti saja permintaanya itu lebih baik."
Adara membatin tanpa membalas sepatah kata lagi, ia lalu membuka pintu mobil dan segera turun.
Pria disampingnya tak melirik sekalipun untuk menatap gadis disampingnya itu, tau sudah keluar, Elgar kembali melajukan kendaraannya.
"Mimpi apa aku punya suami yang sifatnya sungguh mengelus dada seperti ini? Amit ...amit ...."
Adara bergumam kembali, ia melanjutkan jalannya tanpa mencari kendaraan yang bisa ia minta tumpangi.
Sejujurnya jarak dari sini hanya sekitaran 200 meteran yang tidak terlalu memberatkan Adara untuk berjalan kaki.
BERSAMBUNG