Terpikat Pesona Su Wanwan

Mr. X mengangkat satu kaki Su Wanwan dan meletakkannya di atas bahunya, lalu dia menuntun juniornya yang sudah mengeras memasuki aset berharga Su Wanwan yang berada di antara kedua paha.

"Milikku, hanya milikku!" Lagi-lagi Mr. X menggeram saat berhasil menembus masuk ke dalam tubuh Su Wanwan yang tidak bisa melakukan apa pun selain menangis.

Su Wanwan menghindari menjadi wanita penghibur di Barbara Club, tetapi dia malah terjebak menjadi budak napsu di di tempat asing itu.

Tubuhnya remuk karena perbuatan Mr. X yang cukup kasar, tetapi hatinya lebih hancur lagi. Bahkan, dia sampai tidak bisa memunguti kepingan hatinya yang hancur berserakan.

"Milikku!" geram Mr. X bersamaan dengan sentakan kuatnya pada area pribadi Su Wanwan dan bersamaan dengan itu, dia menyiramkan benih-benihnya yang berwarna putih kental ke rahim Su Wanwan.

Mr. X roboh ke atas tubuh Su Wanwan yang terasa licin dan basah seperti tubuhnya sendiri. Setelah napasnya normal, Mr. X menjilat keringat di leher Su Wanwan dan sesekali dia menggigit leher wanita itu. Tidak hanya meninggalkan bekas, tetapi memberikan sensasi geli yang memabukkan.

“Tuan, kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan. Jadi, tolong lepaskan aku.” Su Wanwan bicara dengan nada suara yang terdengar datar, padahal di dalam dirinya bergetar ketakutan.

Kebahagiaan Mr. X setelah merenggut kenikmatan dari Su Wanwan langsung sirna ketika mendengar ucapan wanita itu. Mr. X berguling turun dari atas tubuh Su Wanwan, dia duduk di sebelah wanita yang menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.

Pria misterius itu semakin murka ketika melihat raut wajah Su Wanwan yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun setelah percintaan dahsyat mereka seolah-olah sama sekali tidak menikmati permainan mereka barusan.

Jika dia saja bisa sangat menikmatinya, kenapa Su Wanwan tidak bisa?

Mr. X mencengkram kedua lengan Su Wanwan, memaksa wanita itu duduk menghadapnya tanpa peduli ringisan Su Wanwan yang kesakitan seolah-olah tangannya remuk. “Kau ingin pergi?” tanyanya dengan nada suara yang terdengar dingin hingga rasanya bisa membekukan seisi ruangan yang dia tempati bersama Su Wanwan.

Melihat Su Wanwan enggan membalas tatapannya, Mr. X kini menjepit dagu Su Wanwan dengan jempol dan telunjuknya hingga mau tidak mau wanita itu pun menatapnya. “Dalam mimpimu!” desisnya langsung melahap bibir Su Wanwan.

Jika bibir Su Wanwan adalah sejenis makanan, pasti bibir wanita itu sudah habis sejak lama karena dilahap oleh Mr. X terus-menerus.

Setelah berhasil membuat Su Wanwan hampir kehabisan napas untuk kesekian kalinya, Mr. X menyudahi ciumannya pada bibir Su Wanwan dan mengelap sisa percumbuannya yang masih menempel pada wanita itu dengan jempolnya.

“Satu-satunya hal di dunia ini yang tidak akan pernah kulepaskan adalah kau, Su Wanwan! Tidak peduli jika aku harus mati untuk mempertahankanmu,” bisiknya menekan bibir di kening Su Wanwan yang membeku.

Untuk pertama kalinya, Su Wanwan benar-benar merasakan kelembutan Mr. X seolah-olah pria misterius itu memiliki perasaan tulus padanya. Bukan perasaan hanya ingin dipuaskan oleh objek pemuasnya.

Mr. X turun dari sofa, sementara Su Wanwan yang sudah berurai air mata langsung beringsut dan meraih selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos dengan banyak tanda-tanda percintaan yang tertinggal.

Pria misterius itu hilang di balik pintu kamar mandi, membersihkan diri sebelum akhirnya pergi tanpa memperdulikan tangisan memilukan yang keluar dari bibir Su Wanwan.

“Bersihkan tubuhnya dan buang semua benda tajam yang ada di dalam kamar itu! Aku tahu sebelum jam delapan malam, dia harus sudah cantik!” perintah Mr. X pada dua pelayan perempuan yang berjaga di depan pintu kamar.

Sejak Su Wanwan datang, tugas mereka memang untuk melayani Su Wanwan hingga keduanya harus berjaga di depan pintu untuk menanti perintah.

“Baik, Mr. X,” jawab kedua pelayan itu hampir bersamaan. Tidak ada di antara mereka yang berani menatap wajah Mr. X meskipun keduanya begitu mengagumi pria misterius itu.

Bahkan, setelah mengetahui bagaimana kejamnya pria itu, mereka tetap menginginkan berada di posisi Su Wanwan.

“Dari mana asalnya wanita itu? Kenapa bodoh sekali?” salah satu pelayan langsung bicara setelah melihat MR. X menjauh.

Entah sudah berapa lama mereka berdiri di depan pintu kamar tanpa mengetahui apa saja yang terjadi di dalam sana, tetapi keduanya jelas tahu bahwa saat ini Mr. X tengah murka.

Terlebih, pria misterius itu juga memerintahkan untuk menyingkirkan semua benda tajam. Jadi, sesuatu pasti sudah terjadi pikir kedua pelayan itu.

“Entahlah. Jika itu aku, maka aku akan dengan senang hati dikurung di dalam kamar walau hanya untuk melayani Mr. X,” sahut pelayan lainnya.

Menurut mereka, berada di posisi Su Wanwan adalah sebuah keberuntungan. Setidaknya, mereka tidak perlu bekerja keras hingga merendahkan diri untuk melayani orang lain.