Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh
seorang Evanindhia Sashikirana..bahwa pengkhianatan yang di lakukan oleh kekasih nya bersama adiknya sendiri telah memaksa dirinya
untuk menjauh dari hingar bingar kehidupan
glamor kota metropolitan.
Dia memutuskan untuk mengisolasi dirinya ke
sebuah kota kecil yang ternyata keadaan di dalam
nya sangat lah di luar dugaan. Kehidupan liar dan
ekstrim harus dia lalui di sana yang bahkan tidak
pernah terlintas sedikitpun kalau dia akan masuk
dan mengalaminya sendiri.
Dia adalah seorang gadis kota dengan segala
pesona luar biasa yang di milikinya hingga di
setiap kemunculannya akan langsung menyihir
dan membius mata semua orang yang selama
hidupnya belum pernah melihat mahluk cantik
seperti dirinya.
Bagaimanakah Kiran akan dapat menjalani
kehidupan liar nya di kota kecil yang tidak di
kenal nya sama sekali.? Akankah dia menyesali
semua keputusan nya yang telah membawa
dirinya ke dalam kesulitan.??
** Ambilah hikmah yang terkandung di balik
setiap peristiwa **
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Persiapan
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Zack dan bawahannya sempat terkesima sesaat
sebelum akhirnya berloncatan ke arah sisi tebing
saat melihat Agra tergeletak dengan posisi tubuh
telungkup. Pria perkasa itu sempat melompat
keluar sebelum akhirnya mobil yang di kendarai
nya itu terjun ke lembah. Tubuhnya berguling
hebat di atas rumput dan untungnya tidak
membentur bebatuan yang ada di tempat itu.
Zack segera mendekat dengan wajah sudah di
penuhi kekhawatiran akan nasib Tuan nya.
"Tuan Muda.. anda tidak apa-apa.?"
Zack segera membantu Agra yang membalikan
posisi badannya menjadi terlentang. Matanya
masih terpejam, ada luka gores di sekitar wajah
dan pelipis nya yang mengeluarkan darah.
"Tuan..anda dengar suara saya ?"
Zack tampak semakin panik melihat Agra masih
terdiam memejamkan matanya dengan kondisi
tubuh yang kotor terkena lumpur.
"Tuan Muda..apa anda bisa mendengar saya ?"
"Berisik Zack..! aku baik-baik saja.!"
Ketus Agra yang membuat Zack menarik napas
lega begitu pun anak buahnya. Agra kelihatannya
masih mencoba untuk memulihkan kondisinya.
"Seperti dugaan kita, mereka merusak rem mobil
nya. Tapi aku masih bisa mengendalikannya.!"
Rutuk Agra sambil kemudian bangkit duduk di
bantu oleh Zack yang langsung membuka
kostum safety Agra yang dipenuhi lumpur.
"Mereka melakukan rencana keduanya Tuan,
maaf saya terlambat datang, padahal Nona
Kiran sudah memberi peringatan agar saya
mengikuti pergerakan Tuan.!"
"Kiran.? bagaimana keadaannya.?"
Agra nampak sedikit cemas saat ingat istrinya
itu. Dia berdiri sedikit tertatih karena tulangnya
terasa remuk saat ini. Zack mencoba membantu
tapi Agra menolaknya.
"Nona baik-baik saja Tuan, Bara bersamanya."
"Mereka menembak semua ban mobil. Apa kau
sudah mengamankan orang nya ?"
"Sudah Tuan..! Roman dan yang lain sudah membawanya.!"
Sahut Zack, tadi memang sesaat setelah insiden
jatuhnya mobil Agra anak buahnya langsung
meringkus pelaku yang berusaha melarikan diri.
"Hemm.. baiklah..kita akan urus mereka nanti.!"
Gumam Agra dengan wajah yang sangat dingin.
Setelah itu dia berjalan menuju ke bawah pohon
besar yang cukup rindang. Dia harus memulihkan
tenaganya saat ini. Agra meregangkan otot-otot lehernya bersamaan dengan kedatangan Moza
dan teman temannya yang berloncatan turun dari mobil kemudian berlari kearah Agra dengan raut
wajah di penuhi kecemasan. Namun akhirnya
mereka semua menarik napas lega saat melihat
Agra selamat dari maut.
Zack membantu Agra untuk duduk bersandar
di bawah pohon besar tadi. Moza bergegas menghampiri Agra.
"Tuan Agra.. syukurlah anda selamat. Anda tidak apa-apa kan.?"
Moza segera mengecek kondisi Agra dengan
menyentuh wajah dan tangannya. Agra segera
menepis tangan Moza.
"Saya baik-baik saja Nona, tapi sepertinya hari
ini cukup sial bagi saya ,maaf sekali mobil anda
harus masuk jurang.!"
Ucap Agra, semua orang menoleh kearah tebing
yang terlihat masih mengeluarkan asap tebal
akibat mobil yang terbakar di dasar lembah.
Moza terdiam sambil menatap teduh wajah Agra
dengan perasaan lega melihat laki-laki itu baik
baik saja.
"Itu tidak penting buat saya, yang penting anda
selamat, apa yang terjadi sebenarnya.?"
Moza terlihat masih belum percaya bahwa semua
ini bisa terjadi. Dia meraih kembali tangan Agra
dan menggenggam nya kuat.
"Saya hanya kurang beruntung, sepertinya ban
mobilnya bermasalah Nona..!"
Moza dan kawan-kawan nya saling pandang
tidak percaya sebab setahu mereka kondisi
mobil yang di gunakan Agra dalam keadaan
stabil bahkan sangat ready.
"Saya tidak mengerti kenapa bisa terjadi hal
seperti ini karena semuanya sudah di cek dulu
dan tidak ada kendala apapun.!"
Ucap Moza masih terlihat heran. Dari kejauhan
terlihat kedatangan Kiran yang tengah berlari
sekuat tenaga kearah Agra dengan wajah pucat
penuh kepanikan di kawal oleh Bara yang tidak
kalah cemasnya melihat keadaan Tuannya. Agra segera melepaskan tangan Moza, dia mencoba
berdiri dengan menatap kuat kearah kedatangan
Kiran yang sudah berurai air mata.
Agra berjalan tertatih menyongsong kedatangan
Kiran yang langsung melompat berhambur
memeluk dirinya sambil menangis sesegukan.
"Agraa..apa yang terjadi padamu ? kau tidak
apa-apa kan..hiks hiks.."
"Aku baik-baik saja Kiran..tidak ada yang perlu
kau khawatirkan..!"
"Kamu sudah membuatku tidak bisa bernapas.!"
"Semuanya terjadi di luar kendali.."
"Aku kan sudah bilang jangan ikut balapan ini,
kenapa kamu tidak mendengarkan aku..!"
Omel Kiran seraya mempererat pelukannya. Agra
hanya bisa tersenyum getir, dia mencium puncak
kepala Kiran sambil mengusap lembut rambut
indah istrinya itu.
"Maaf karena aku tidak menuruti mu..! yang
penting kan sekarang aku baik-baik saja.."
Kiran melonggarkan pelukannya, keduanya kini
saling pandang kuat, wajah Kiran kembali cemas
saat melihat tetesan darah di wajah dan pelipis
Agra. Tangannya perlahan mengusap halus
tetesan darah itu dengan tatapan yang sangat
lembut penuh kekhawatiran hingga mampu melumpuhkan saraf-saraf dalam tubuh Agra.
"Kau harus janji tidak akan membuat ku khawatir
lagi, aku tidak bisa melihatmu dalam bahaya.."
Lirih Kiran dengan suara yang sangat lembut
dan pelan penuh perasaan. Hati Agra rasanya
seakan ingin meledak saat ini. Wanita ini.? apa
dia sudah mulai mulai merasakan apa yang
selama ini di rasakannya.?
"Apa kau sangat mengkhawatirkan ku.?"
Tanya Agra dengan tatapan yang sangat dalam,
dia tidak bisa lagi menyembunyikan perasaannya
saat ini. Tatapan penuh cinta kasih kini terlihat
jelas dari sorot matanya. Kiran menatap wajah
Agra yang di penuhi keringat dan darah.
"Tentu saja, walau bagaimanapun kau adalah
suamiku, kau selalu ada untuk ku selama ini."
Jawab Kiran dengan wajah di penuhi semburat
merah yang membuat Agra gemas sendiri, kalau
tidak melihat tempat ingin rasanya dia menciumi
wajah kemerahan istrinya itu.
"Baiklah.. setelah semuanya beres kita akan
segera pulang.!"
Ujar Agra di balas anggukan kepala Kiran.
"Apa tubuhmu terluka.?"
Kiran melepaskan pelukannya, meneliti keadaan
Agra secara seksama.
"Tidak ada yang serius Nona Kiran.."
Jawab Agra sambil kembali menarik tubuh kiran
ke dalam pelukannya. Keduanya kini terdiam
saling memeluk merasakan isi hati masing-
masing yang saat ini berkecamuk.
Orang-orang yang ada di tempat itu hanya bisa
berdiri seolah menjadi patung hiasan saja bagi
mereka berdua. Hati Moza semakin panas
melihat kedekatan mereka. Dia menghampiri
keduanya yang kini melepaskan pelukannya.
"Baiklah.. sepertinya kita akhiri saja kegiatan
ini sampai di sini. Tuan Agra harus segera
mendapatkan perawatan.."
Ucap Moza memutuskan. Dia menatap semua
teman-temannya yang terlihat mengangguk
setuju. Moza kembali berpaling menatap Agra.
"Tuan Agra.. bagaimana kalau anda ikut saya ke
kota untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut."
Tawar Moza dengan tatapan penuh harapan.
"Nona Moza.. sepertinya itu tidak di perlukan.
Saya bisa merawatnya sendiri.!"
Tolak Kiran dengan tatapan yang terlihat datar
namun cukup membuat hati Moza terbakar.
"Tapi Nona Kiran..saya merasa bersalah atas
apa yang telah menimpa Tuan Agra hari ini, jadi
sebagai gantinya saya akan merawat Tuan.."
"Nona Moza..Agra adalah suami saya, jadi saya
sendiri yang akan merawatnya.!"
Moza tampak terkejut dengan raut wajah kini
berubah pucat pasi. Apa yang baru dia dengar?
suami..?? tidak, ini pasti salah.!
"A-apa.. Maksud anda, Tuan Agra itu..?"
"Iya..dia adalah suami saya.!"
Tegas Kiran sambil menggenggam tangan Agra
yang terlihat hanya bisa mengulum senyumnya
melihat sikap impulsif istrinya itu. Moza tampak
mundur dengan posisi tubuh sedikit limbung.
"Kalian.. suami istri..?"
Dia kembali mencoba meyakinkan. Agra maju
merengkuh bahu Kiran, menatap tenang wajah
Moza yang terlihat menggeleng tidak terima
semua kenyataan ini.
"Benar Nona Moza..Kiran adalah istri saya.!"
Agra meyakinkan seraya mempererat dekapan
tangannya di bahu Kiran. Moza dan kawan-
kawannya hanya bisa terdiam masih mencoba menerima kenyataan di luar harapannya itu.
******* *******
Agra berdiri di ujung landasan yang baru saja
selesai di kerjakan. Semuanya sudah siap kini.
Landasan itu bisa memuat lebih dari 5 buah
helikopter sekaligus, dan ini yang dia inginkan.
"Semuanya sudah siap Tuan.!"
Badar membungkuk hormat di hadapan Agra
yang sedang menatap puas pada hasil kerja
semua penjaga dan pekerja lainnya.
"Hemm..aku cukup puas melihat nya.!"
"Tuan.. landasan seluas ini apa memang di
perlukan.?"
Badar masih merasa bingung dengan fungsi
dari landasan itu. Agra tersenyum miring.
"Kau akan tahu nanti. Lagipula tempat ini akan
berguna untuk semua orang. Kalian jadi punya
landasan strategis untuk para investor asing
yang akan datang ke tempat ini.!"
Badar mengangguk-angguk mulai memahami
maksud Agra membangun tempat ini.
"Baiklah..kita kembali ke pondok sekarang.
Besok adalah hari yang cukup penting, kita
harus mempersiapkan nya sebaik mungkin.!"
Ucap Agra kemudian sambil berjalan kearah
mobilnya di ikuti oleh 3 bawahan setianya.
Besok adalah hari pertama penebangan dan
semua hal yang di butuhkan kini sudah siap
sepenuhnya, hanya tinggal pelaksanaan saja.
Sore ini di adakan ritual syukuran di pondok
seperti yang biasa di adakan. Acara ini punya
tujuan sebagai ungkapan rasa syukur kepada
Sang Maha Pemberi Rejeki karena telah memberi kelancaran dan keberhasilan hingga akhirnya
hasil jerih payah selama 8 tahun bisa di petik
dengan penuh suka cita walaupun begitu banyak cerita duka di balik keberhasilan ini.
Acara ini juga di hadiri oleh semua pekerja
perkebunan dan orang-orang yang terlibat di
dalam perkebunan Grandnindia.
Malam ini Kiran memutuskan untuk menginap
di pondok karena besok Agra tidak akan bisa
menjemput dirinya di Villa akibat kesibukannya
sebab penebangan akan di mulai pagi sekali
bertepatan dengan terbitnya matahari.
Semua penjaga bersiaga malam ini bersama
dengan beberapa bawahan Zack. Saat ini Zack
sendiri pergi untuk mengurus kedua orang yang
tadi pagi sudah menyerang Agra.
"Apa Nona mau Mbak buatkan minuman jahe
panas..?"
Tawar Rasmi seraya memakaikan mantel ke
tubuh Kiran saat gadis itu berdiri di dekat jendela kamarnya. Melihat keluar menembus kegelapan malam yang pekat.
"Tidak perlu mbak, saya hanya ingin beristirahat
sekarang."
Tolak Kiran sambil tersenyum lembut kearah
Rasmi.
"Baiklah.. kalau begitu mbak permisi ya Nona."
"Iya mbak.. terimakasih..selama ini mbak sudah
menjaga Kiran dengan baik."
"Apa yang Nona katakan..ini semua sudah jadi
kewajiban Mbak.."
"Mungkin ini adalah hari-hari terakhir Kiran ada
di tempat ini.. sebenarnya Kiran sudah mulai
kerasan tinggal di tempat ini.."
Ucap Kiran berat, dia kembali menatap keluar.
Rasmi terlihat sedih, menatap wajah cantik
Nona nya dalam diam.
"Nona kan bisa berkunjung lagi kesini kapan
pun Nona inginkan.."
Kiran tersenyum manis seraya mengangguk.
"Mbak benar.. baiklah sekarang Mbak juga
istirahat ya.."
"Baik Nona.. selamat malam.."
Rasmi akhirnya keluar kamar meninggalkan
Kiran yang kembali menatap keluar jendela.
Dia merenungkan semua hal yang di alaminya
selama berada di tempat ini. Semuanya terasa
bagaikan mimpi. Hampir dua minggu dia berada
di desa ini dengan rentetan kejadian yang tidak
pernah di bayangkan nya sama sekali.
"Apa kau sedang merenungkan sesuatu.?"
Kiran terperanjat saat tiba-tiba Agra sudah ada
di belakangnya, memeluknya erat, melingkarkan
tangan di perutnya membuat tubuh Kiran
langsung panas dingin dengan detak jantung
tidak beraturan.
"Agra..a-apa yang kau lakukan.?"
Lirih Kiran sambil mencoba melepaskan diri
dari pelukan Agra yang semakin kuat dan erat.
"Aku sedang memberimu kehangatan, memang
nya apalagi.?"
"Tapi..ini tidak benar, tolong lepaskan aku.."
"Apanya yang tidak benar.? bukankah aku
punya hak untuk melakukan semua ini ?"
Kiran terdiam seraya memejamkan matanya
mencoba melawan desiran halus yang merasuk
ke dalam jiwanya seakan memaksa dirinya untuk menerima semua perlakuan Agra. Tangan Agra bergerak menyingkap rambut yang menutupi
leher jenjang Kiran.
"Kau butuh kehangatan saat ini sayang.."
Bisik Agra lembut membuat hati dan angan Kiran melayang di penuhi bunga-bunga bermekaran.
Bibir Agra mulai bergerak nakal menyusuri
tengkuk leher Kiran menjilatnya halus membuat
Kiran berjingkat kaget, semua bulu-bulu halus
dalam tubuhnya meremang seketika.
"Agra..tolong.. biarkan aku tidur sekarang..
aakhh..Agra..!"
Kiran mendesah pelan saat bibir Agra menggigit
kecil leher jenjangnya meninggalkan jejak di sana.
Aksinya semakin liar dengan mencumbu seluruh
leher putih istrinya itu.
"Emhh..Agra sudah.. hentikan..!"
Kiran melenguh mulai tidak tahan dengan semua
sentuhan lembut yang di lancarkan Agra, aliran
darahnya kini mulai terbakar hebat.
Agra membalikkan tubuh Kiran, keduanya saling
pandang kuat, wajah Kiran saat ini sudah terlihat
memerah seluruhnya.
"Setelah kita kembali ke kota..aku akan datang
pada orang tuamu, memintamu secara baik-baik
untuk menjadi istriku, kita akan meresmikan
hubungan ini.."
Mata Kiran menatap tidak percaya pada Agra
yang terlihat sangat serius dengan ucapan nya.
"Tapi Agra..kita bahkan belum..emmhh.."
Agra sudah membungkam bibir Kiran dengan
bibirnya, ********** lembut dan intens.Saat ini
Kiran sudah tidak punya daya lagi untuk menolak
perlakuan Agra, perlahan dia mulai ikut terhanyut
dalam buaian ciuman panas dan lembut yang di lancarkan Agra. Dia pun mulai membalasnya
membuat Agra semakin bersemangat .
Cukup lama mereka larut dalam kehangatan
ciuman manis dan lembut yang mampu
mengalahkan dinginnya cuaca malam ini.
Hingga akhirnya keduanya mengakhirinya
saat napas mereka hampir habis.
"Istirahatlah..aku akan keluar sebentar.."
Ucap Agra seraya mengelus lembut bibir Kiran
yang membengkak karena ulahnya. Kiran hanya
mengganguk dengan wajah yang tertunduk malu
membuat Agra tersenyum puas melihat sikap
polos istrinya itu.
"Jangan khawatir..aku akan menemanimu tidur
di sini, malam ini..!"
Ujar Agra kemudian dengan senyum smirk nya, kembali mengecup lembut bibir Kiran setelah
itu dia keluar dari kamar tanpa rasa bersalah
membuat Kiran hanya bisa berdiri membeku
di tempat.
Cuaca di perkebunan sangat dingin dengan
suasana yang sangat aneh dan berbeda dari
biasanya. Cuaca dingin ini bahkan mampu
membekukan kulit.
Setelah melaksanakan sholat isya Kiran segera menggulung tubuhnya di atas tempat tidur
sederhana dengan ukuran sedang yang ada di
dalam kamar tempat nya beristirahat. Selimut
tebal membungkus tubuhnya yang kini mulai kedinginan karena cuaca semakin menusuk.
Dia mulai memejamkan matanya mencoba
untuk beristirahat. Tidak lama kemudian dia
sudah terlelap karena tidak kuat menahan rasa
kantuk akibat lelah yang mendera tubuhnya.
Namun menjelang dini hari tiba-tiba saja Kiran
tersentak bangun dari tidurnya ketika terdengar
gemuruh tembakan yang sangat mengerikan.
Saat ini tengah terjadi sesuatu yang tidak di
inginkan di luar pondok..
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
TBC.....