Rara Artanegara yang dahulu dikenal cukup cantik namun sejak mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai seorang sekretaris PT. GINCU karena permintaan suaminya, Pramana Handoko, bentuk tubuhnya berubah menjadi tak terawat dan cukup berisi. Padahal sebelum menikah ia begitu langsing bak gitar Spanyol.
Pernikahan yang sudah dijalani selama lima tahun, awalnya begitu bahagia namun berakhir dengan luka dan nestapa pada Rara. Sang ibu mertua yang selalu menuntut cucu padanya. Sering berlaku tak adil dan kejam. Begitu juga adik iparnya.
Bak jatuh tertimpa tangga. Dikhianati saat hamil dan kehilangan bayinya. Terusir dari rumah hingga menjadi gelandangan dan dicerai secara tidak terhormat.
"Aku bersumpah akan membuat kalian semua menyesal telah mengenalku dan kalian akan menangis darah nantinya. Hingga bersujud di kakiku!" ucap Rara penuh kebencian.
Pembalasan seperti apa yang akan Rara lakukan? Simak kisahnya💋
DILARANG PLAGIAT🔥
Update Chapter : Setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 - Talak dan Terusir
"Dasar murahan!" hardik Pram seraya melempar boxer tersebut ke wajah Rara.
Rara begitu terkejut melihat boxer yang tentu jelas ia tahu benda itu bukan punya suaminya. Rara yang bingung pun lantas melihat raut wajah Sisy yang awalnya tersenyum lalu mendadak berubah sedikit tegang setelah dirinya menatap tajam.
"Kamu fitnah aku, Si!" tebak Rara dengan sorot mata tajam mengarah pada adik iparnya.
Sisy yang sedikit gugup langsung memegang tangan ibunya yang berada di sebelahnya. Mama Dian pun langsung paham akan reaksi tegang putrinya.
Ia tak mau usaha sang putri mendepak Rara gagal. Dan akhirnya ia pun maju, menampar kembali sang menantu.
PLAKK !!
Rara jatuh tersungkur sebab setelah ibu mertuanya menamparnya kembali, adik iparnya ikut mendorongnya.
"Auchh..." rintih Rara seraya menahan rasa sakit di perutnya.
Fisik dan hatinya sudah mati rasa saat ini. Akhirnya Rara pun berusaha bangkit walau diterjang rasa sakit di perutnya. Dengan sisa tenaga yang ada, ia pun membalas dengan mendorong Sisy.
"Aduh, brengsek!" umpat Sisy kesal dengan posisi jatuh terduduk di lantai.
Rara pun menampar Sisy serta menjambak rambutnya.
PLAKK !!
Tamparan panas melesat pada pipi kiri Sisy. Rambutnya pun tak karuan dijambak Rara. Pram berusaha melerai dengan menarik Sisy , sang adik.
Mama Dian yang melihat menantunya sudah tak terkontrol mengamuk pada Sisy. Akhirnya sebagai ibu, ia pun tak terima. Lantas Mama Dian pergi ke dapur mengambil air panas yang baru saja ia rebus di kompor untuk membuat teh.
Uapnya masih mengepul saking panasnya. Lantas panci berisi air panas tersebut ia cengkeram ujung gagangnya, ia bawa ke depan.
Seketika ia tarik tubuh Rara ke belakang sehingga terlepas dari Sisy.
Pram dan Sisy jatuh ke arah lain sedangkan Rara jatuh ke arah berbeda. Seketika...
Byurr...
"Aaaa... panas !!" teriak Rara menjerit kesakitan akibat panas di sekujur wajahnya hingga bagian leher.
"Mama," ucap Pram yang terkejut melihat ibunya nekat menyiram istrinya dengan air panas.
Otomatis wajah Rara melepuh dan kulitnya sebagian terkelupas serta kemerahan membengkak.
"To_long aku, Mas. Panas..." rintih Rara dengan nada terbata-bata pada Pram.
Terbesit rasa tak tega melihat Rara terkena siraman air panas dari ibunya. Saat Pram akan menolong Rara, tiba-tiba suara bariton muncul dari bibir Mama Dian.
"Ceraikan dia, Pram. Buat apa kamu pertahankan istri jelek seperti dia yang sudah tak cantik dan tak berguna. Kamu mau mengobati lukanya? Buang-buang uang saja!" ucap Mama Dian dengan tatapan tajam pada Pram dan Rara.
"Tapi Mah_" ucap Pram terpotong.
"Kamu mau durhaka sama Mama. Lebih baik kamu nikahi wanita lain daripada dia!" pekik Mama Dian seraya menunjuk Rara dengan jarinya.
Sedangkan Sisy yang ada di bagian belakang ibu dan kakaknya, hanya bisa tersenyum bahagia. Sebab rencananya berhasil.
"Ya Tuhan, bayiku..." cicit Rara merintih kala melihat darah kembali mengalir di sela-sela kakinya.
Ia berusaha bangkit sambil memegang perutnya. Dengan tatapan menyalang pada Pram dan juga keluarga suaminya, ia pasrah jika harus berpisah dengan Pram. Karena dia sudah muak.
"Ceraikan aku, Mas. Jika memang itu bisa membuatmu puas," ucap Rara dengan tegas.
Deg...
Ada perasaan yang bergejolak di hati Pram. Entah rasa cinta itu masih ada untuk Rara atau hanya sebatas rasa tak tega dengan kondisi Rara saat ini. Ia pun tak tahu.
"Tunggu apalagi, Pram!" pekik Mama Dian geram saat melihat putranya terdiam.
Akhirnya...
"Aku jatuhkan talak satu padamu, Ra. Mulai malam ini kamu bukanlah istriku," ucap Pram.
Senyum bahagia terpancar dari Mama Dian dan juga Sisy setelah mendengar ucapan talak dari bibir Pram.
"Terima kasih, Mas. Kamu membuat keputusan yang tepat. Semoga kamu tidak menyesal," ucap Rara datar.
"Sekarang juga, pergi kamu dari rumahku! Dan satu hal lagi, jangan pernah injakkan kakimu di rumahku lagi atau kamu akan tahu akibatnya!" usir Mama Dian pada Rara seraya memberi ancaman.
Rara pun hanya terdiam tanpa membalas satu kata pun yang keluar dari mulut mantan ibu mertuanya itu. Tak lama Sisy melempar sebuah tas yang berisi sebagian barang-barang Rara seperti baju dan ijazah.
Brakk...
Tas itu dilempar oleh Sisy ke wajah Rara yang masih dalam kondisi melepuh.
"Cepat pergi!" usir Sisy dengan berteriak di depan Rara.
Rara pun terseok-seok mengambil tasnya lalu menuju pintu utama untuk pergi dari rumah yang terasa neraka baginya.
Saat Rara sudah keluar dari rumah Mama Dian, wanita yang malang ini lantas menoleh dan melihat rumah mantan ibu mertuanya itu untuk yang terakhir kalinya sebelum ia pergi meninggalkan daerah tersebut.
"Aku bersumpah akan membuat kalian semua menyesal telah mengenalku dan kalian akan menangis darah nantinya. Hingga bersujud di kakiku!" ucap Rara penuh kebencian.
🍁🍁🍁