Karena kesalahpahaman, Devan dan Alesha dituntut warga untuk segera menikah. Devan yang seorang Dokter dan sudah berumur 29 tahun harus menikah dengan Alesha, seorang gadis SMA yang baru saja berusia 18 tahun.
Waktu itu Alesha baru saja mengalami patah hati karena pacarnya selingkuh dengan sahabatnya. Tak disangka mantan Alesha yang bernama Dirga adalah adik dari Devan.
Hidup Alesha semakin rumit karena setiap hari dia juga harus bertemu dengan mantan setelah tinggal bersama Devan.
Apakah akhirnya Devan bisa mengobati luka hati Alesha dan mereka saling jatuh cinta? Atau hubungan mereka akan dirusak oleh Dirga yang masih ingin memiliki Alesha?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
"Mohon tunggu sebentar karena Dokter Ervan masih ada pasien," kata suster setelah memasang selang oksigen di hidung Bu Rahma karena napas Bu Rahma kembali sesak setelah sampai di rumah sakit.
"Iya Sus." Devan terus memantau cctv rumahnya memastikan kepulangan Dirga. Dia juga sudah menyuruhnya agar langsung ke rumah sakit untuk segera menemui Ibunya.
Beberapa saat kemudian Dokter Ervan datang dan segera memeriksa kondisi Bu Rahma. Dia kini mendengarkan penjelasan Dokter Ervan terkait penyakit penyempitan saluran pernapasan yang diderita Ibunya dan seringkali kambuh. Devan hanya menganggukkan kepalanya. Dia benar-benar tidak fokus dan terus memikirkan Alesha.
Setelah Ibunya mendapatkan penanganan, Devan kembali menatap layar ponselnya untuk mlelihat cctv di rumahnya. "Kok gelap semua?" Devan semakin gelisah karena cctv nya tiba-tiba tidak bisa merekam apapun.
"Van, kamu pulang saja kalau khawatir sama Lesha. Ibu tidak apa-apa di sini sama Mbak Ita." kata Bu Rahma.
"Iya, Bu. Nanti kalau ada apa-apa langsung hubungi aku ya, Bi."
"Iya, Pak."
Kemudian Devan segera keluar dari ruangan Ibunya. Dia setengah berlari menyusuri koridor rumah sakit. Sesekali dia melihat sambungan cctv yang masih saja menggelap dan tak terlihat apapun.
Setelah sampai di tempat parkir, Devan segera masuk ke dalam mobil dan tak perlu menunggu lama dia segera melajukan mobilnya menuju ke rumahnya.
"Lesha, semoga tidak terjadi apa-apa sama kamu." Devan semakin menambah kecepatan laju mobilnya karena perasaannya semakin tidak enak. Ditambah nomor Alesha yang sedari tadi tidak aktif. "Bodoh sekali aku ninggalin Lesha sendiri di rumah." Devan memukul stang mobilnya dan semakin menambah kecepatan laju mobilnya.
Setelah sampai di depan rumahnya, Devan menghentikan mobilnya. Dia segera turun dan melihat ada motor Dirga yang terparkir di teras rumahnya. Devan segera masuk ke dalam rumahnya. Dia melihat kamarnya terlebih dahulu dan melihat Alesha tidak ada di sana. Hanya ada ponsel Alesha yang tidak aktif.
Detak jantung Devan semakin berdetak tak karuan. Apa ketakutannya benar-benar terjadi? "Dirga!" Devan melangkah jenjang menuju kamar Dirga. Dia berhenti di depan pintu kamar Dirga dan memutar handle pintu itu tapi terkunci. Kemudian samar-samar dia mendengar suara Alesha berteriak.
"Dirga!" Devan mendobrak pintu kamar Dirga dengan keras hingga pintu kamar itu terbuka. Dia mengepalkan tangannya saat melihat Diega mengungkung tubuh Alesha dan berusaha menyentuhnya.
"Dirga, apa yang kamu lakukan!" Devan menarik Dirga dari atas tubuh Alesha dan menamparnya dengan keras. "Ngapain kamu! Lesha itu istri aku, jangan pernah kamu menyentuhnya!"
"Tapi aku yang memilikinya lebih dulu Kak!"
"Kesempatan kamu memiliki Lesha sudah lewat sejak kamu selingkuhi Lesha. Kalau kamu memang mencintainya harusnya kamu tidak pernah menyakitinya!" Devan mencengkeram leher kaos Dirga. "Aku gak pernah ajari kamu menyakiti hati wanita. Wanita itu untuk dijaga bukan disakiti!"
"Tapi sampai kapanpun aku gak rela Kak Devan sama Lesha!"
Habis sudah kesabaran Devan pada Dirga. "Kalau kamu gak suka, kamu pergi dari rumah ini! Selama ini aku bekerja keras agar kehidupan kamu layak tapi kamu sama sekali gak pernah menghargai aku sebagai kakak dan juga pengganti Ayah kamu!"
"Baik, kalau Kak Devan memang mengusir aku dari rumah ini, aku akan pergi!" Dirga mengambil jaket dan kunci motornya. "Aku mau cari Ayah saja."
"Cari saja! Dia gak mungkin mau menerima kamu. Dia sudah buang kita, bahkan sejak kamu balita, dia gak pernah melihat kamu lagi. Kamu memang sama saja kayak dia yang suka melukai hati wanita!" Devan menghela napas panjang lalu dia meraih tubuh Alesha yang bergetar karena tangisnya dan memeluknya dengan erat. Dia sudah tidak peduli dengan Dirga yang kini keluar dari rumah. Kesabarannya sudah habis. Selama ini dia selalu memenuhi semua kebutuhan Dirga bahkan apa yang Dirga mau selalu dia turuti. Dia tidak menyangka ternyata dia tidak bisa mendidik Dirga dengan benar.
"Dek, udah. Jangan takut. Ada aku di sini." Devan mengusap punggung Alesha agar dia lebih tenang. Hatinya sangat sakit mendengar tangis pilu Alesha saat ini. Dia merasa gagal menjaga Alesha dan juga telah gagal mendidik Dirga.
Alesha masih saja menangis terisak di pelukan Devan. "Aku mau pulang saja, aku gak mau di sini. Aku takut..."
.
💕💕💕
.
Like dan komen ya biar makin seru.. 🤭