Dihamili Berondong

Saka membantu Starla untuk berdiri, setelah insiden jatuh barusan. Saka terlihat cemas pada Starla dan juga bayi yang ada didalam kandungannya. Andaikata ia terlambat, mungkin akan terjadi sesuatu yang buruk.

"Kak Starla, kakak nggak apa-apa?" tanya Fero dan Malvin bersamaan. Juga beberapa siswa lainnya yang peduli pada Starla, tentunya jauh dari kata julid.

"Nggak apa-apa kok." jawab Starla yang masih terlihat syok, matanya menatap kosong ke depan, tampak linglung.

"Benaran, Lo nggak apa-apa?" tanya Saka berbisik.

"Its okay, Ka." bisik Starla pada Saka. Memang, wanita itu menanyakan baik-baik saja. Tapi nyatanya wajah Saka masih terlihat cemas.

"Heh Lo! Minta maaf sama Bu ayang--eh kak Starla." cetus Malvin seraya menepuk bahu siswi yang tadi menjegal kaki Starla. Sontak saja Saka dan Starla menoleh ke arah siswi itu.

"Kenapa gue harus minta maaf? Salah gue apa?" tanya siswi itu dengan wajah tanpa dosa.

"Nggak usah berlaga polos Lo. Gue sama Fero lihat, Lo yang sengaja jegal kaki kak Starla pakai kaki Lo." penjelasan Malvin yang singkat, cukup membuat Saka dan Starla terkejut. Dan jangan lupakan beberapa siswa lain di kelas itu.

"Cepet minta maaf, manusia julid!" ujar Fero tak suka. Dia juga salah satu fans Starla.

Aku pikir tadi aku tersandung kaki kursi, rupanya kakinya. Pikir Starla dalam hati.

"Gue..."

"Minta maaf." ucap Saka dingin yang membuat hening dikelas itu. Siswi yang tadi terlihat berani, kini jadi ketakutan karena Saka.

"Saka, Malvin, Fero, kalian bisa balik ke tempat duduk kalian." ujar Starla yang tidak mau masalah jadi panjang.

"Nama kamu Vera ya? Vera, kalau kamu ada masalah sama saya, mari kita bicara saat jam istirahat." kata Starla dengan tenang, dia melihat nama yang tertera di jas sekolah Vera. Gadis itu tertunduk malu, ucapan Starla yang berwibawa dan sikap tenangnya mampu membuat Vera terdiam.

Setelah ulangan harian selesai, Starla dibantu oleh salah seorang siswa dikelas untuk mengumpulkan lembar jawaban ke depan kelas.

"Untuk apa yang kalian kerjakan hari ini, nilainya akan masuk kepada Bu Berlin. Dan, kelas selesai!" ucap Starla mengakhiri kelasnya. Gadis itu pun membawa tas dan juga beberapa kertas ulangan harian, buku paket lalu ia keluar dari kelas.

"Udah ini harus ngerjain laporan sama Gina, sama Galang dan Vita. Huft...padahal pengennya rebahan," gerutu Starla sambil menghela nafas panjang. Sekarang tubuhnya mudah lelah, mungkin karena bawaan bayinya.

"Perlu gue bantu?" suara seorang pria membuat Starla kaget.

"Ngagetin gue aja!" seru Starla sambil memegang dadanya.

Tanpa bertanya lagi, Saka membantu Starla membawa kertas soal ujian dan juga buku paket yang dibawanya.

"Ini mau dibawa ke ruang guru atau perpus?" tanya Saka pada Starla.

"Ke perpus, soalnya gue mau ketemu sama Gina disana." jawab Starla.

"Oke." Saka masih terlihat dingin, tapi lihatlah dia. Cowok ini mulai peduli pada Starla, tadi pun ia terlihat perhatian saat di kelas. Jujur saja, Starla jadi berdebar karenanya. Apa kisahnya dan Saka akan seperti di novel-novel nikah kontrak yang biasa dibacanya. Awal mula benci jadi cinta. Cinta yang hadir karena terbiasa.

Ah, tidak mungkin. Di hati Starla masih ada Bisma, pria yang pernah menjadi tunangannya.

"Jam istirahat, jangan makan mie." celetuk Saka saat ia menyimpan barang bawaan Starla ke atas salah satu meja di perpustakaan.

"Hah? Siapa yang mau makan mie?" tanya Starla heran.

"Jangan bohong. Gue tau kalau jam istirahat Lo suka makan mie sama bakso sama kak Gina. Mie sama bakso nggak baik buat dia," ucap Saka.

"Oh.. i-iya deh." jawab Starla sambil tersenyum tipis.

"Ya udah."

Saka pun melangkah pergi dari sana, tadi ia izin keluar dari kelas untuk pergi ke kamar mandi. Padahal dia ingin membantu Starla membawa barang-barangnya. Dia membaca si g**gle, bahwa ibu hamil muda tidak boleh kelelahan, membawa barang-barang berat, ataupun stress.

Saat Saka keluar dari perpus, ia berpapasan dengan Elisa dan kedua temannya. Kedua teman Elisa langsung pergi dari sana, mereka paham bahwa Elisa mungkin ingin bicara sebentar sebelum masuk kelas.

"Ka, kamu darimana?" tanya Elisa ramah, padahal dalam hati ia masih marah saat melihat foto Saka dan Starla.

"Aku dari perpus," jawab Saka ramah.

Ekor mata Elisa melirik ke dalam perpustakaan, dia melihat ada Starla disana. Pikirannya pun jadi negatif tentang Starla dan Saka. 'Sialan tuh cewek'

"Nanti kita jadi kan mau jalan?"

"Iya Sayang. Ya udah aku kelas dulu ya, masih ada pelajaran sejarah. Kamu juga masih ada pelajaran Biologi kan?" Saka tersenyum pengertian.

****

Saat jam pulang sekolah, Starla dan Saka sepakat untuk tidak pulang bersama. Starla pulang bersama Gina dan Galang yang menjemputnya di SMA tempat Saka bersekolah.

"Makasih Lang udah jemput kita. Tapi tumben Lo bawa mobil?" tanya Gina heran, biasanya Galang membawa motif maticnya. Kali ini dia membawa mobil mewah.

"Gue pinjem dari bengkel buat seharian ini, kebetulan orangnya baik. Gue udah minta izin kok sama yang punyanya."

Sebenernya aku nggak mau, kalau kamu naik motor Star. Nanti kalau bayi kamu kenapa-kenapa gimana? batin Galang yang sangat peduli pada Starla.

"Woah...oke deh. Kalau gitu gue nggak usah suruh supir gue buat jemput."

Ketika Starla dan Gina masuk ke dalam mobil yang dibawa Galang. Tanpa sengaja Saka yang ada diparkiran, melihat Starla terlihat dekat dengan Galang.

Dia kok nggak bilang sih sama gue kalau dia mau pergi sama teman-temannya. Terus kenapa gue ngerasa tuh cowok ada rasa sama si cewek galak. Batin Saka.

"Ka, ayo! Kita jalan yuk!" seru Elisa seraya menepuk bahu Saka. 'Kenapa kamu terus merhatiin wanita itu sih, Ka?' Elisa sakit hati, saat menyadari bahwa Saka memperhatikan Starla.

...****...