Karena Sanggabuana berasal dari keluarga miskin, jalan hidupnya yang sebatang kara setelah ibunya meninggal dunia, dia berhasil menjadi seorang kultivator yang berawal dari sebuah kalung Liontin yang diberikan oleh seorang kakek tua.
Kesabaran, kekuatan dan kerendahan hatinya, membuat Sanggabuwana menjadi sosok manusia pilihan yang diperhatikan oleh DEWATA. Dia berhasil menjalankan tugasnya dari SABDO PALON untuk menundukkan banyak Penguasa Gaib di gunung-gunung serta menundukkan hawa nafsunya dengan melakukan perjalanan Tawaqal.
Keberhasilan Sanggabuwana akhirnya menjadikan dia sosok yang dicintai dan disegani oleh bangsa Jin, Siluman dan Dewa-dewa di Khayangan.
Apakah Sanggabuana bisa menjadi penguasa di alam-alam lain selain dia Alam Kayangan dan Alam Gaib?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KARIANGAU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22.
BAB 22.
"AAUUMM.." Sangga menghadapinya dan masuk ke dimensi lain dengan meragasukma.
"Hm, nek....Salam kenal."Sangga menundukkan kepalanya.
"Kamu siapa nak? Kenapa peliharaanmu ini membawa nenek ke sini?" Nenek itu kemudian duduk bersila. Leon berdiri menjaga si nenek, sehingga dia tak berani untuk lari dari hadapan Sangga.
"Tidak ada apa-apa, nek. Aku hanya mau nanya kepada nenek. Ibu kawan saya sakit nek, dia dari kebun langsung tak bisa bangun. Apakah ibu teman saya itu ada salah dengan nenek atau memang sudah mengganggu nenek?" tanya Sangga dengan hati-hati dan sopan.
"Hm, oh karena dia kau menyuruh peliharaanmu membawa nenek ke sini?" Nenek itu akhirnya sadar.
"Iya, apakah nenek kenal dengan ibu kawan saya itu?" tanya Sangga.
"Hm, tidak nak. Tapi rumah nenek di sana dibakar olehnya! Nenek sudah tak punya rumah lagi. Nenek ini sudah hidup di hutan larangan itu, dua ribu tahun lamanya. Kenapa dia tiba-tiba menghancurkan rumah nenek?" Nenek itu menundukkan kepalanya tak berani menatap Sangga.
"Maksud nenek menghancurkan bagaimana? Kan memang kita manusia, kita beda alam dengan nenek. Nenek wujudnya apa kalau saya boleh tau?" tanya Sangga yang kemudian ikut duduk bersila untuk menghormati sang
nenek.
"Aku siluman Ular, nak. Kami sudah hidup dimana tempat kami dibakar dan diporakporandakan oleh mereka. Nenek sampai harus mencari lagi tempat,sedangkan di sana penguasa dan kampung sudah padat. Bagaimana nasib keluarga nenek nanti?"
"Jadi nenek sengaja membuat ibu kawan saya sakit? Apa agar mereka segera mengatur kembali tempat tinggal nenek atau bagaimana mau nenek?"Sangga memberikan pilihan kepada sang nenek.
"Iya, aku untuksementara tinggal di tubuhnya, sampai dia membuatkan rumah baru untuk nenek!"
"Begini saja nek, sekarang mari ikut aku. Kita ke rumah nenek yang kemarin diporakporandakan oleh ibu kawan saya. Kali saja,aku bisa membantu nenek!" Sangga berdiri dan membantu sang nenek berdiri.
"Terima kasih, nak. Kekuatanmu besar, tapi kamu rendah hati. Kamu akan menjadi penguasa dimana-mana, asal kamu tak berubah nak!" Nenek memandang Sangga penuh takjub.
"Nek, saya ini hanya manusia biasa yang tak punya kemampuan apa-apa!"
"Tapi kamu diwarisi kekuatan yang luar biasa oleh gurumu. Di dalam badanmu sudah menyatu dengan kekuatan peliharaanmu!" Nenek menatap tajam ke Sangga.
"Sudahlah nek, yuk kita ke sana." Mereka berjalan ke tempat nenek itu dengan sekejab mata.
"Inilah rumahku, kamu bisa llihatkan?" Nenek menunjuk ke rumah-rumah yang hangus terbakar dan berantakan.
"Hm baiklah nek." Sangga merapalkan bacaan doa, tiba-tiba rumahnya kembali utuh seperti semula, dan nenek tampak tercengang melihat semua itu.
"Hm, luar biasa nak. Kamu bagaikan dewa penolong bagiku.Kalau kau memerlukan sesuatu sebut saja namaku, LARASATI. Aku datang dan segera membantumu!" Sangga menundukkan kepalanya. Nenek itu juga langsung
berjalan ke rumah yang sudah kembali seperti semula. Jarak lima meter, nenek menundukkan kepalanya dan beberapa keluarganya kembali ke rumah mereka masing-masing.
Pemandangan ini membuat Sangga ingat akan kampung halamannya. Dia berbalik arah dan kembali ke jasadnya. Sesudah sadar, Sangga mengusap wajahnya.
"Alhamdulillah!"
"Bagaimana nak Sangga? Kamu seperti banyak tersenyum di jasadmu tadi, kamu bertemu dengan siapa di sana?" tanya pak Rajasa.
"Nanti saya jelaskan, sekarang aku mau telpon AKP Dirga dulu, ya pak!"
"Baik." Sangga mengambil Hp nya dan menelpon ke Dirga.
["Halo Broo!"] Sangga membuka omongannya.
["Ya bro, bagaimana, sudah belum?"]
["Ente dimana sih?"]
["Aku masih di kebon baru mau pulang nih. Apakah sudah diselesaikan urusannya?"]
["Sekarang pulanglah dulu, kalau sudah bertemu dengan Ibumu, segera bilang ke beliau, kalau ibumu tak boleh main bakar atau tebang belukar sembarangan. Ijin dulu dengan penghuni tak kasat matanya!"]
["Oh begitu, oke, aku akan pulang dan memberitahukan kepada ibuku. Terima kasih Sang!"]
["Ya."]
Komunikasi dihentikan dan Sangga menyesap kopinya kembali.
"Bagaimana? Sudah sembuh ibunya?"
"Belum tau pak, Dirga sedang di kebun dan baru mau pulang, dia mau kabari aku nanti."
"Ya sudah, kita makan dulu di dalam. Istikah tadi sudah ke sini ajak makan, masakannya dia enak loh, mas Sangga.!"
"Oke pak, yuk, saya juga lapar sekali. Kalau abis meraga sukma ke dimensi lain, selalu lapar, mungkin energi yang terpakai sangat besar!" Sangga menegakkan tubuhnya dan berdiri.
"Oke, yuk." Mereka bertiga kemudian masuk ke dalam rumah dan makan bersama di meja makan.Istikah dan Dira juga ikut bergabung makan bersama.
Dira tampak sering mencuri pandangan ke wajah Sangga. Dia sangat mengagumi sosok Sangga yang sangat tampan. Wajahnya yang tampan dengan hidung mancung dan bangir, memberikan daya tarik tersendiri. Apalagi bibir tipis dan dagu yang lancip dapat membuat semua wanita langsung tergila-gila dengan senyumannya.
Sangga menyadari kalau Dira sering mencuri pandang ke wajahnya. Tapi Sangga tak ambil pusing. Dia makan dengan lahap. Akhir dia makan, hpnya berbunyi. Dia angkat dan hp nya dia taroh di atas meja sambil diloudspeakerkan.
["Halo, dengan siapa ini maaf?"] Sangga menggunakan logat sunda.
["Halo, Sang, jangan becanda deh. Hei. Makasih ya, Ibu langsung bisa turun dari kasur dan malah sekarang sedang masak. Wah, hutang budi gue jadinya!"]
["Hutang kau banyak bro! Hahahaha."] Sangga terkekeh.
["Kalau begitu gue besok pulang ke Jakarta. Aman sudah disini!"]
["Ya sudah, besok langsung saja ke rumah pak Rajasa. Sudah taukan alamatnya?"]
["Sudahlah. Kita kan pernah ke sana sekali.Eh, tapi kasih alamatnya deh. Tapi gue mau ke kantor pusat dulu, ada yang mau aku bicarakan dengan Jenderal Prana."]
["Oke, baguslah. Titip salam untuk beliau!"]
["Ya."]
Telepon diakhiri. Briptu. Doni ijin kembali ke kantor kepolisian, karena ada tugas dan panggilan untuk dirinya.
Sesudah Sholat, Sangga rebahan di atas kasur di kamarnya dan tertidur. Sore hari dia bangun, dan ke gazebo sesudah dia sholat. Sangga tmengeluarkan HPnya dan memainkannya. Istikah keluar dari rumah dan datang membawa secangkir kopi.
"Mas, ini kopinya."
"Hm, terima kasih sayang." Sangga menyesap kopinya. Istikah duduk di samping Sangga.
"Sayang, kamu lama tidak tinggal disini?" tanya Istikah sambil memainkan kedua kakinya yang melayang.
"Wah, kalau itu aku tidak tau. Akukan hanya mengikuti alur mereka saja."
"Yahhh, kalau kamu pergi dari sini lagi, nanti aku kesepian deh." Istikah menatap lantai sambil memainkan kakinya.
"Ah biasanya juga kita jauhkan. Aku besok mau ke kampus, aku antar kamu ya, boleh?" tanya Sangga dengan senyum tipis.
"Boleh dong, masa sama pacar sendiri, aku larang! Aneh mas Sangga." Istikah cemberut.
"Hehehehe, tidak gitu, abis itu aku yang kuliah malamnya. Kamu besok kuliah jam berapa?" tanya Sangga.
"Hm, aku besok kuliah pagi. Cuma kalau menunggu kamu kuliah malam, kan kelamaan mas. Bagaimana kita main kemana dulu gitu?" Istikah memainkan jarinya di atas pahanya.
"Hm, boleh saja. Lihat besok saja, kalau kita kelamaan, bisa ke apartemen dulu, kan dekat dari kampus."
"Oh ya sudah, boleh. Katanya AKP Dirga mau datang besok? Suruh ketemu di apartemen saja."
"Iya beso aku akan kasih tau dia. Eh iya, kita mau kemana nanti sama Dira?" tanya Sangga penasaran.
.....
.....
BERSAMBUNG