Masalah ekonomi membuat sepasang suami istri terpaksa harus tinggal di salah satu rumah orang tua mereka setelah menikah. Dan mereka memutuskan untuk tinggal di rumah orang tua sang istri, Namira.
Namira memiliki adik perempuan yang masih remaja dan tengah mabuk asmara. Suatu hari, Dava suami Namira merasa tertarik dengan pesona adik iparnya.
Bagaimana kisah mereka?
Jangan lupa follow ig @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyatukan Diri
Di parkiran, Sera menunggu kakak iparnya dengan sedikit gelisah. Ia takut jika rencana nya gagal dan alih-alih Dava yang pulang, melainkan kakaknya.
Tidak berapa lama, ia melihat sosok yang ia tunggu datang ke arahnya dengan senyum penuh kemenangan.
"Kak Dava!" seru gadis itu.
Dava berjalan menghampirinya. Keduanya sama-sama melayangkan tatapan di sertai dengan senyuman di bibir masing-masing.
Dan sekarang mereka dalam perjalanan pulang. Wajah keduanya tanpa berseri-seri.
"Kamu pintar juga ya aktingnya, sampai kakak kamu sepercaya itu sama kamu," ujar Dava setengah berteriak agar Sera bisa mendengar suaranya meski saat dalam perjalanan motor.
"Iya, kamu juga, kak. Kamu kok bisa sih bikin kak Namira percaya banget sama kamu buat jagain aku di rumah?"
"Itu semua berkat akting kamu."
Sera tak henti-hentinya tersenyum. Ia semakin mengeratkan pelukannya di pinggang pria itu.
"Kamu emang gak apa-apa kak bohong sama kak Namira demi aku?" tanya Sera.
Mendapat pertanyaan itu, Dava sama sekali tidak memberi jawaban. Dia justru malah mengalihkan pembicaraan.
"Kamu mau jajan gak? Nanti kita berhenti sebentar, banyak street food di depan."
Mendengar kata jajan, tentu saja Sera langsung semangat.
"Mau, kak."
"Ok."
Dava melajukan motornya lebih cepat lagi dari sebelumnya. Sebelum kemudian mereka berhenti di depan gerobak jajanan pinggir jalan yang saling berdampingan.
"Kamu mau beli apa?" tawar pria itu dan Sera segera melihat ke beberapa gerobak dengan jualan yang berbeda.
Pandangannya terhenti pada gerobak kebab dan juga cilor. Terakhir berhenti di gerobak es boba.
Setelah membeli ke tiga itu, mereka melanjutkan perjalanan pulang. Tidak terasa, mereka sudah sampai di rumah. Akan tetapi mereka tetap hati-hati lantaran takut ada salah satu tetangga yang melihat mereka berdua.
Dengan cepat Sera masuk ke dalam rumah, ia meletakkan jajanan street food nya di atas meja, sementara ia duduk di sofa.
Tidak lama kemudian Dava menyusul masuk dan duduk di sampingnya.
Sera mulai memakan jajanan tersebut. Pertama ia memakan cilor nya.
"Enak gak?"
Sera mengangguk. "Enak, aku suka beli jajan kayak gini. Kak Dava mau coba?"
"Boleh."
Sera pun menyuapi Dava.
"Enak kan?"
Dava mengangguk membenarkan. Akan tetapi ia kurang suka makanan pedas.
Sera beralih minum boba, lalu makan kebab sebelum dingin. Sementara cilor nya ia taruh dulu, nanti di lanjut setelah kebab nya habis.
"Mau coba kebab juga?" tawar Sera.
"Buat kamu aja, aku udah sering makan kebab. Yang enak dekat tempat kerja aku."
"Serius ada?"
"Iya, lain kali kita beli di sana."
Sera mengangguk setuju. Untuk urusan jajan ia memang nomer satu.
Entah kenapa, melihat Sera se semangat ini makan jajan yang ia belikan, menciptakan kesenangan tersendiri untuknya. Pantas saja badan Sera jauh lebih berisi di banding dengan istrinya, karena Namira seringkali menolak jika ia hendak membelikan makanan dengan alasan makan di rumah lebih baik dan mengenyangkan.
Sera tampak kepedasan makan cilor nya. Meski dia sudah minum es boba, tetap saja rasa pedasnya belum kunjung hilang. Bahkan ia tidak sanggup lagi menghabiskannya. Selain pedas, perutnya juga sudah terasa kenyang.
Bibir merah Sera akibat kepedasan membuat Dava ingin melahap lagi bibir mungil itu. Sera mulai menyadari keinginan kakak iparnya terhadap dirinya ketika tatapan pria itu sudah berubah.
Keduanya saling menatap untuk beberapa saat, sebelum kemudian ciuman itu kembali lagi terjadi di antara mereka.
Kali ini, ciuman mereka sedikit lebih panas dari sebelumnya. Mungkin karena saat ini di rumah tidak ada siapa-siapa selain mereka berdua. Jadi lebih leluasa lagi.
Tidak hanya saling menggigit, bahkan lidah keduanya juga sudah saling melilit.
Di tengah-tengah napas mereka yang memburu, tangan Dava sudah sibuk merremas buah dada kembar Sera. Tidak tanggung-tanggung, tangan Sera pun dengan beraninya mengelus bagian intim Dava yang tersembunyi di balik celana jeans yang saat ini sudah mengeras.
Setelah cukup puas berciuman, Dava membuka kancing cardigan rajut yang di kenakan oleh Sera. Dan Sera membuka kancing serta resleting celana jeans Dava.
Lantaran sudah tidak sabar, Dava membuka bajunya sendiri. Suhu tubuhnya sudah mulai memanas melihat Sera mulai membuka tanktop hitam dan menyisakan braa yang memperlihatkan buah kembar putih nan mulus itu menyembul keluar.
Dava langsung menarik tubuh Sera dan membenamkan wajahnya di belahan buah dada tersebut. Tangannya kini mulai menyusup ke dalam buah kembar itu dan menemukan boba berukuran sedang yang kini menjadi mainan baru untuknya.
Braa penyangga buah kembar itu kini sudah terlepas. Dava bisa dengan jelas melihat buah kembar itu di depannya. Ukuran nya benar-benar besar di usia Sera yang masih remaja di banding dengan Namira.
Sera mengeluarkan suara dessahhan kecil di sertai mengigit bibir bawahnya sendiri, merasakan sensasi geli yang di ciptakan oleh kakak iparnya yang tengah mengemmutt dan sesekali menggigit boba.
"Aahhh .. Kakkhhh .."
Tangan Sera sedikit menjambak rambut Dava menahan sensasi tersebut. Permainan terus berlanjut. Tangan Dava terus mengguliri permukaan tubuh Sera hingga menemukan gundukan di balik celana. Dia memainkan jarinya sebentar di balik celana tersebut dan Sera sudah tampak basah.
Tak ingin menunggu lebih lama lagi, mereka mulai masuk ke permainan inti untuk menuju puncak permainan.
Sera bisa melihat dengan jelas benda pusaka kakak iparnya yang sudah berdiri tegak ketika ia sudah dalam posisi berbaring di atas sofa ruang tengah.
Keduanya sama-sama hilang kendali namun mereka melakukannya dengan perasaan sadar jika itu tidak seharusnya di lakukan.
Tak mau menunggu lebih lama lagi, Dava pun melanjutkan aksinya.
"Aahh .. Kak Davahhh .." Sera mengeluarkan dessahhan begitu pria itu menancapkan pedangnya.
_Bersambung_