Karma Istri Durhaka

"Aah ... maaf. Aku tadi sedang memikirkan sesuatu," jawab Putri dengan suara yang bergetar.

Arya yang kini sudah berjalan keluar dari lift sambil menggenggam erat telapak tangan lembut itu, kini memicingkan mata karena merasa aneh melihat sikap sang kekasih.

"Memikirkan apa? Apa kamu memikirkan pertanyaan Nindi yang tadi?"

"Memangnya kamu mendengarnya?" sahut Putri dengan mengerutkan kening dan pertanyaan Arya berhasil menyelamatkan dirinya.

Arya membuka pintu mobil begitu tiba di parkiran dan menyuruh Putri masuk ke dalam. Kemudian berjalan memutar mobil dan masuk ke dalam untuk duduk di balik kemudi.

Begitu berada di sebelah Putri, ia menoleh ke arah sosok wanita yang terlihat juga sedang menatapnya. "Aku tadi mendengar Nindi bertanya padamu dan langsung menyuruhnya pergi dari dapur saat memelukmu dari belakang."

Kini Putri menyadari bahwa Arya benar-benar telah menyelamatkannya. Bukan karena ketidaksengajaan.

"Aku pikir tadi kamu tidak sengaja datang karena ingin melihatku memasak. Ternyata kamu juga mendengar Nindi bertanya padaku saat mengungkit masalah asisten rumah tangga. Aku tadi benar-benar kebingungan untuk menjawab karena memang tidak punya asisten rumah tangga seperti para orang kaya."

"Aku hanya orang miskin yang mengerjakan apapun sendiri. Bukan seperti kalian para orang kaya, yang selalu dilayani oleh pelayan. Terkadang aku iri melihat para orang kaya yang bernasib sangat baik, tidak sepertiku. Hanya seorang wanita miskin yang tidak beruntung dan selalu hidup menderita."

Entah mengapa di depan Arya, Putri sama sekali tidak merasa malu mengungkapkan semua yang dirasakan.

Bahkan saat ini, ia sudah berkaca-kaca bola matanya. Ia merasa sangat kecil berada di dekat pria yang diketahuinya tidak sederajat dengannya karena berasal dari keluarga berada.

Refleks Arya langsung menggeser tubuhnya untuk mendekati sosok wanita yang terlihat sudah dibanjiri oleh air mata tersebut dan memeluknya sangat erat.

"Kenapa kamu malah menangis, Sayang. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk membuatmu bersedih. Jangan menangis dan membuatku merasa bersalah, Sayang."

"Aku mencintaimu apa adanya, tanpa memikirkan status sosial. Bahkan aku tidak mempedulikan statusmu, yang merupakan istri orang karena merasa yakin bahwa kamu juga mencintaiku dan akan berpisah dengan pria itu."

Arya yang tidak ingin membuat Putri bersedih, kini mengusap air mata yang menganak sungai di pipi putih wanita dengan wajah sembab tersebut.

Putri yang saat ini masih bersedih, menatap sosok pria yang berjarak hanya beberapa centi darinya tengah sibuk membersihkan wajahnya dan ia tidak berkedip mengamati pahatan sempurna di hadapannya.

'Arya sangat tampan dan penyayang. Ia terlihat sangat perhatian dan mencintaiku,' lirih Putri yang saat ini semakin merasakan degup jantungnya berdetak kencang berada pada posisi sangat intim di hadapan seorang pria setampan Arya.

"Kamu sangat tampan, Arya." Putri mengangkat tangannya untuk meraba wajah dengan rahang tegas itu.

Sementara itu, Arya yang akhirnya terdiam dan tidak melanjutkan perbuatannya ketika membersihkan sisa-sisa air mata di wajah Putri, begitu merasakan sentuhan lembut dari telapak tangan dengan jemari lentik wanita yang seolah ingin menelusuri wajahnya.

Hingga berhasil membuat darahnya memanas dan urat syaraf menegang. Refleks ia menahan tangan Putri dan tidak berkedip menatap wajah cantik wanita yang menurutnya telah menggodanya.

"Jangan bermain-main denganku, Sayang karena aku tidak akan berdiam diri jika terpancing suasana karena perbuatanmu."

Refleks Putri menyadari kebodohannya dan menarik tangan ke bawah agar tidak sampai berbuat hal yang lebih jauh.

"Maaf. Aku sangat bodoh karena efek bersedih saat mengingat kekasih sahabatmu tadi menjebakku."

"Namun, semuanya sudah terlambat, Sayang karena kamu telah memancingku."

Setelah mengungkapkan kalimat ambigunya, Arya mendekati wajah Putri yang hanya berjarak beberapa centi darinya dan tentu saja mengincar bibir wanita yang langsung disesap dan dilumatnya.

Tidak hanya itu saja, ia bahkan sudah menahan tengkuk Putri dan juga tulang rusuknya, ketika mencium wanita yang terlihat memejamkan mata karena perbuatannya.

Putri yang kali ini memilih pasrah atas perbuatan Arya saat menciumnya di mobil, kini telah melingkarkan tangan pada pinggang kokoh Arya untuk kesekian kalinya. Ia bahkan sudah membalas ciuman yang berawal lembut dan berubah liar, hingga membuatnya bergairah.

Sebenarnya Arya beberapa saat yang lalu hanya ingin menghibur Putri ketika bersedih di dalam mobil. Namun, saat ia merasa sangat bergairah begitu mengisap bibir wanitanya dan diteruskan dengan gerakan tangan yang menelusuri bagian-bagian sensitif.

Tentu saja ia berharap Putri kali ini akan menyerah dan pasrah saat berhasil ditaklukkan.

Apalagi, otak nakalnya bekerja saat menyadari telah berhasil melihat bukti kenikmatan wanita yang dari tadi terlihat sangat menikmati perbuatannya.

Bukanlah hal yang sulit baginya untuk menaklukkan seorang wanita, terlebih lagi Putri terlihat sudah bisa menerimanya, sehingga ia berhasil menyelinap ke bagian paling inti.

Arya tersenyum smirk saat berhasil membuat Putri mencapai ******* dan menunjukkan bahwa ia telah menang. Tentu saja saat ia berhasil mengalahkannya, merupakan hal yang paling pantas dibanggakan.

Ia pun melepaskan pagutannya dan menatap intens wajah cantik yang sangat dipujanya tersebut.

"Bagaimana, Baby? Nikmat, bukan? Akan lebih baik lagi saat aku melanjutkannya." Mengarahkan tangannya untuk mengusap lembut pipi putih yang sudah terlihat memerah.

Seolah menunjukkan bahwa wanita cantik yang saat ini baru membuka mata tersebut seperti sudah tergila-gila padanya.

"Melanjutkan?" tanya Putri yang saat ini semakin memanas tubuhnya dan melihat sosok pria yang baru saja berbuat hal diluar nalar padanya, hingga membuatnya meledak dalam kolam hasrat.

Putri melihat pria dengan kemeja putih tersebut sudah mengarahkan tangannya pada bagian inti milik Arya yang sangat menegang dan membuatnya menelan kasar saliva.

Tentu saja sebagai seorang wanita dewasa, ia tahu apa yang diinginkan oleh Arya saat sesuatu di bawah sana menegang dan ia membayangkan jika itu berhasil masuk pada bagian intinya, akan membuatnya menggelinjang hebat.

"Kita tidak boleh melakukannya. Aku masih berstatus sebagai istri orang. Aku akan menyerahkan diriku padamu setelah bercerai. Kamu akan sabar menungguku, kan?"

Merasa kepalanya seperti mau meledak karena sudah dikuasai oleh hasrat, refleks Arya menggelengkan kepala.

"Tidak! Aku ingin melihat keseriusanmu padaku dengan cara ini. Jika kamu benar-benar mencintaiku, aku ingin kita bercinta. Mulai sekarang, kamu tidak boleh bercinta dengan suamimu dan hanya boleh bercinta denganku!"

"Buktikan cintamu padaku sekarang juga. Jika memang semua yang kamu katakan bukanlah omong kosong, pasti akan mau melakukan apapun bersamaku," ujar Arya yang saat ini tengah menatap tajam ke arah Putri dan menunggu jawaban atas pernyataannya.

Putri yang merasa sangat terkejut karena tidak pernah menyangka jika akan secepat itu Arya meminta bukti atas cintanya, kini masih terdiam dan merasa sangat ragu.

'Astaga, apa yang harus kulakukan? Aku takut jika Arya meninggalkanku setelah mendapatkan tubuhku.'

Lamunan Putri seketika buyar begitu mendengar suara bariton dari Arya.

"Kenapa diam saja, Sayang? Kamu tidak bisa melakukannya?"

"Aku takut kamu akan meninggalkanku setelah mendapatkan apa yang kamu inginkan, Arya. Aku mencintaimu dan tidak ingin kamu bosan padaku setelah merasakan tubuhku," lirih Putri yang kini memilih jujur atas apa yang dirasakannya.

Sementara itu, Arya yang kini sudah menyalakan mesin mobil, mulai melajukan mobilnya meninggalkan area apartemen dan membelah kemacetan lalu lintas kota Jakarta.

"Itu tidak akan pernah terjadi, Sayang. Aku akan selalu mencintaimu. Jika aku mengingkarinya, kamu bisa membunuhku," ucap Arya yang kini menatap ke arah sosok wanita dengan wajah penuh kekhawatiran tersebut.

Di sisi lain, Putri yang merasa sangat terkejut atas kalimat terakhir dari Arya, tidak bisa mengatakan apapun setelah mendengar pengakuan pria yang terlihat sangat tenang tersebut.

'Apakah aku tidak akan menyesal telah memilih jalan ini? Apakah Arya akan selamanya mencintaiku setelah mendapatkan tubuhku?' gumam Putri yang kini masih sibuk berkutat dengan pikirannya sendiri dan penuh dengan keraguan dalam mengambil keputusan.

To be continued...