Sekuel dari cerita "Kesetiaan Yang Di Sia-Siakan".
Menceritakan bagaimana perjuangan Darto untuk mendapatkan cinta sang pujaan hati yaitu Mentari. Cobaan dan Ujian silih berdatangan, menemani perjuangan Darto untuk memiliki cinta Tari seutuhnya.
Luka dari Masa lalu, membuat Tari menutup diri pada laki-laki.
Akankah cinta Darto bisa berlabuh pada cinta Tari? ikuti terus kisah mereka dan temani Darto dalam mendapatkan hati Tari.
Jangan lupa, like, komen dan jika kalian suka, bisa tambahkan ke dalam favorite kalian, agar mendapatkan notifikasi jika author Up bab Baru. Terima Kasih ☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiki Purwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Bahagia (SAH)
Mentari POV
Satu minggu berlalu, akhirnya hari pernikahanku dan juga Mas Darto datang juga. Sedari kemarin, orang-orang sudah sibuk mempersiapkan semuanya. Aku akui kerja Rico sangat cekatan dan juga Bagus. Pantas saja banyak testimoni yang puas dengan kinerja teman Alya itu. Memang benar, kerja Rico cekatan dan sesuai dengan konsep dan harapanku.
Sedari subuh tadi, MUA sudah melukis wajahku. Tak dapat ku pungkiri, hati ini deg-degan dan juga cemas. Padahal ini pernikahan keduaku, tapi tetap saja rasanya nervous.
"Mbak Tari mah udah cantik sih. Di dandanin soft aja udah bikin pangling," ujar Raya, MUA yang ku percaya untuk mendandani ku di hari spesial ini.
"Ah, kau ini Mbak, bisa saja. Kan tangan ajaib Mbak ini yang bisa bikin aku pangling," jawabku disertai kekehan.
"Eh Mbak mah gak percayaan sih. Nanti kalau sudah beres liat sendiri aja. Semoga make up soft ini Mbak Tari suka ya. Mbak sih gak usah dandan aja udah cantik. Jadi aku kasih yang soft aja biar gak t gimana gitu," ujar Raya lagi.
"Siap, aku percaya sama Mbak Raya kok,"
"Nah, selesai. Masha Allah, cantiknya. Aku yakin mempelai pria gak akan kedip liat Mbak," ucap Mbak Raya.
Ya, memang aku akui, hasil akhirnya benar-benar tidak membuat kecewa. Aku saja yang melihat diriku di cermin berasa pangling. Make up soft, tapi terkesan elegan. Semoga sama Mas Darto suka.
Usai dirias, aku masih harus menunggu. Acara akad akan di mulai pukul 9 nanti. Dan ini baru masuk pukul 8 lewat 15 menit. Bik Ijah datang sambil membawa satu piring nasi dan segelas susu.
"Masha Allah, non, cantik sekali. Bibik jadi pangling loh," ujar Bik Ijah tat kala melihat ku.
"Nah kan, aku juga bilang apa. Pangling kan yang lain, " ucap Raya menimpali. Sedangkan aku hanya bisa tersenyum saja. Malu juga rasanya.
"Non, makan dulu ya. Sambil nunggu rombongan pengantin pria datang. Bibik suapin, supaya non nanti banyak tenaga," ujar Bik Ijah sambil menyodorkan satu sendok nasi beserta lauk pauknya kepadaku. Aku pun menerima suapan itu dan langsung mengunyahnya. Kebetulan sekali, perutku juga sudah keroncongan.
Sambil menyuapiku, dapat ku lihat setetes air mata jatuh dari kelopak mata Bik Ijah. Ntahlah, mungkin Bibik terharu atau apa. Memang, selama ini Bibiklah tempat berkeluh kesahku. Setelah kepergian Bunda, bibik lah yang merawatku dengan penuh Cinta dan kasih sayang. Bagiku, bibik bukan hanya sekedar ART di rumah saja. Namun, Bibik sudah seperti Ibu ku sendiri.
"Bibik kenapa nangis hem?" tanyaku sambil mengusap lembut pipi Bibik.
"Bibik hanya bahagia non. Akhirnya non bisa menemukan lelaki yang baik. Bibik hanya bisa mendoakan supaya ini adalah pernikahan non yang terakhir. Bisa bahagia, dan menua bersama," ujar Bibik. "Jika saja Nyonya masih ada. Pasti beliau juga akan sama bahagianya seperti Bibik. Melihat putri cantiknya di persunting oleh pangeran tampan dan baik hati," sambung Bik Ijah lagi.
Jujur saja, hatiku terenyuh mendengar ucapan Bibik. Mungkin benar, jika saja Bunda masih ada, mungkin dia juga akan ikit berbahagia. Setelah semua sakit yang aku derita. Kini, aku bisa menemukan kebahagiaan ku dengan lelaki yang ku Cinta. Semoga saja setelah ini, hanya kebahagiaan yang datang menghampiri kami.
Tak berselang lama, Adam datang ke kamar ku. Anakku itu terlihat tampan dengan balutan baju kemeja putih, ditambah tuxedo dan juga dasi kupu-kupu, di padukan dengan celana bahan berwarna hitam. Sengaja kami memakaikan baju seperti itu agar nanti Adam tak perlu repot lagi untuk berganti pakaian.
Sedangkan aku dan Mas Darto memakai pakaian pengantin adat sunda. Walaupun aku tak memiliki darah Sunda, tapi satu cita-citaku adalah ingin bisa menikah menggunakan siger. Dan baru di pernikahan kedua ku lah aku bisa mewujudkannya.
Ku cium pipi Adam berkali-kali, dapat ku lihat binar kebahagiaan disana. Mungkin dia sudah tidak sabar ingin mendapatkan Ayah baru. Senang rasanya, setidaknya aku sudah bisa mewujudkan keinginan Adam untuk memiliki Ayah baru.
🍀🍀🍀
Hiruk pikuk diluar semakin terdengar ketika rombongan pengantin pria sudah tiba. Kini hatiku semakin tak karuan. Keringat sebesar biji jagung mulai membasahi keningku. Tangan ku pun mulai mendingin. Jujur, ada rasa takut akad tak akan berjalan lancar.
Seolah mengerti dengan kegelisahanku, Bibik kemudian menyentuh tanganku dengan lembut. Seperti memberikan kekuatan dan ketenangan pada diri ini.
"Jangan tegang non, rileks aja. Banyak berdoa agar semuanya diberi kelancaran," ucap Bibik padaku. Aku pun hanya menjawab dengan senyuman.
Terdengar MC mulai berbicara, kata-kata sambutan mulai terdengar. Dan itu semakin membuatku gelisah. Berkali Bibik mencoba menenangkan, dibantu Bibik, akhirnya kami mencoba untuk bershalawat saja. Agar hatiku tak diliputi kegelisahan.
Kini terdengar MC, meminta Ayah untuk memberikan kata sambutan.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," terdengar suara Ayah membuka salam.
"Saya tak akan banyak berbicara, saya hanya ingin menitipkan Putri saya kepada menantu saya, yaitu saudara Darto. Nak, Ayah tak meminta apapun dari kamu. Ayah hanya ingin, cintailah dan sayangilah anak ayah setulus hatimu. Begitu pun dengan cucu kesayangan Ayah. Dulu, mereka pernah merasakan sakit dan berada di titik paling rendah. Segala cobaan menghampiri hidupnya. Di sia-siakan, di campakan, bahkan sering mendapat ancaman. Maka dari itu, sembuhkanlah rasa sakit mereka oleh Cinta yang kamu miliki. Ayah mohon, sayangi dan cintai mereka. Ayah titipkan mereka padamu. Jangan sakiti dan patahkan lagi hati anak Ayah. Jika suatu saat nanti kamu sudah tak menginginkannya. Kembalikan lah secara baik-baik dia pada Ayah,"
Tes
Tes
Air mataku menetes ketika mendengar ucapan Ayah. Aku tau, Ayah juga sama terlukanya dulu denganku. Mungkin berat bagi Ayah melepaskan ku kembali untuk berumah tangga. Aku tau, Ayah hanya ingin melindungi putrinya ini. Ia tak mau jika aku harus mengalami kegagalan untuk kedua kalinya.
Setelah sambutan dari Ayah, MC mulai kembali pada acara selanjutnya. Yaitu ijab qabul, kembali hatiku dilanda kegelisahan dan kecemasan. Berkali kulafalkan lafadz Allah agar hatiku diberi ketenangan.
Degub jantungku semakin tak karuan. Ketika penghulu memulai acara ijab Qabul.
"Saya terima nikah dan kawinnya Mentari Wijaya binti Handoko Wijaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," dengan lantang dan sekali tarikan nafas, akhirnya Mas Darto mengucap ijab itu.
SAH
SAH
terdengar riuh dari luar. Bersamaan dengan itu, aku bisa menghembuskan nafas lega. Bik Ijah kemudian memeluk diriku erat sambil menitikan air mata. Aku pun ikut menangis, terharu rasanya. Tak menyangka, kini aku sudah kembali menjadi seorang istri.
MC meminta agar mempelai wanita turun dan dibawa ke ruang ijab untuk menandatangi semua dokumen yang terkait. Dibantu oleh Bik Ijah, ku langkahkan kaki keluar dari kamar.
Saat keluar dari kamar, aku kembali gugup. Kini, semua mata tertuju padaku. Begitu pun dengan Mas Darto. Dapat ku lihat, ia tak berkedip sama sekali memandangku. Sedangkan Ayah dan Papa sudah menahan tawa karena melihat tingkah Mas Darto.
Semakin dekat menuju meja yang berada penghulu dan yang lainnya. Hatiku semakin tak karuan. Namun dapat ku lihat wajah tampantampan Mas Darto. Ia terlihat gagah memakai pakaian pengantin pria adat sunda.
"Ekhm. Mas, sudah jangan ngeliatin mempelai wanita seperti itu. Nanti dilanjut lagi, sekarang kita tanda tangani dulu berkas-berkasnya," ujar pak penghulu.
Mas Darto gelagapan. Dapat terlihat seraut merah pada wajahnya. Pasti dia malu. Sedangkan Ayah dan Papa yang sedari menahan tawa akhirnya pecah juga.
"Kamu itu To. Gak sabaran banget, ingat masih ada nanti malam," ucap Papa menggoda Mas Darto. Namun kini malah aku yang malu mendengarkan perkataan Papa itu.
Akhirnya aku dan Mas Darto pun menanda tangani berkas-berkas yang sudah disediakan. Setelah selesai, Pak Penghulu meminta ku untuk mencium takzim tangan Mas Darto. Sedangkan Mas Darto menyentuh ubun-ubun kepalaku sembari melafalkan do'a.
Ya Allah, bahagia sekali rasanya. Tak terasa air mataku kembali menetes. Bukan karena sedih, melainkan ini adalah air mata kebahagian. Usai melafalkan do'a, Mas Darto berjalan mendekati Adam. Di rengkuhnya ke dalam pelukan sambil beberapa kali mencium pipi anak itu.
Ya Allah, aku berharap semoga kebahagiaan ini tidak cepat berlalu. Berilah keluargaku selalu ridhoMU. Dan jagalah keluargaku dari segala hal buruk yang tak diinginkan.
Bersambung...