Mengejar Cinta Sang Mentari
DARTO POV
4 tahun kemudian....
Driiinngg
Driiinngg
Ponsel di atas meja makan milikku berdering, ku lihat nama Pak Bagas, client ku yang menelefon.
"Pagi Pak" ucapku.
"Baik, saya akan datang tepat pukul 10. Perjanjian kerja sama juga sudah saya rampungkan" ucapku lagi.
"Sama-sama Pak. Selamat pagi"
Tut.
Ku matikan sambungan telfon dari Pak Bagas.
📍
Setelah panggilan usai, ponsel kembali ke halaman depan. Foto itu, foto yang selalu menghiasi dan menemani hari-hariku. Foto yang mampu memberikan semangat di setiap langkahku.
Foto seorang wanita yang amat aku cintai dan sayangi, namun sampai detik ini hatinya belum mampu aku gapai. Semenjak aku membantu dirinya, dari semenjak itulah rasa cintaku untukku tumbuh subur.
Namun, karena luka batin dan hatinya yang begitu dalam, sampai saat ini aku belum bisa memenangkan hati dan cintanya. Berkali aku mendapat penolakan, namun itu tak sedikit pun menyurutkan rasaku padanya. Malah, rasa ini semakin tumbuh subur.
Mentari Wijaya, itulah perempuan yang sudah membuat hatiku terpatri kuat pada dirinya. Perempuan hebat dan tangguh, yang mampu menggetarkan seluruh rasa yang ada di dalam hati ini.
Sejak awal aku membantunya dalam mengawasi mantan suaminya, dari situlah aku mulai tertarik pada Tari. Namun, aku tau diri, saat itu Tari masih berstatus sebagai istri orang. Namun, setelah semua masalah yang menghampirinya selesai, aku semakin bersemangat untuk mengenalnya lebih jauh lagi.
Namun, kenyataan tak sesuai dengan harapanku. Luka dari masa lalu yang begitu dalam, membuat Tari trauma untuk kembali mengenal lelaki. Ia tak ingin kejadian di masa lalu terulang lagi.
Sudah cukup rasa sakit yang ia rasakan dari masa lalu, ia tak ingin menambah lagi luka dengan yang baru. Namun, itu tak menyurutkan hati ini untuk terus menggapai hati Tari.
Aku yakin, suatu saat nanti Tari bisa aku luluhkan hatinya, dan aku bisa mendapatkan Cinta Tari seutuhnya. Bukankah tak ada hasil yang akan mengkhianati proses? Aku berharap, proses yang selama ini aku lakukan, kelak akan membuahkan hasil yang manis untuk hubunganku dengan Tari.
📍
Sejak kecelakaan yang menimpa kedua orang tuaku, hidupku menjadi berubah. Setelah masalah Tari selesai, sejak saat itulah pekerjaan sebagai detektif swasta resmi aku tinggalkan. Papa memintaku untuk mengurus rumah makan yang telah di dirikannya saat masih bujang dulu.
Rumah makan Papa terbilang sukses, sudah memiliki 3 cabang di sini dan di kota lain juga ada beberapa. Memang, sejak aku lulus kuliah, Papa ingin aku yang mengelola semuanya. Namun, aku sama sekali tak tertarik. Aku lebih senang dengan tantangan, senang menyelidiki sesuatu dan senang menganalisis suatu masalah. Maka dari itu, aku memutuskan untuk menjadi seorang detektif swasta.
Alhamdulillah, kedua orang tua ku sangat mendukung apa yang menjadi pilihanku. Papa dan Mama bukan termasuk orang tua yang egois, yang kemauan mereka harus selalu aku turuti. Jasaku bukan hanya dipakai oleh masyarakat saja, terkadang instansi kepolisian dan BIN juga memakai jasaku ketika mereka menghadapi sebuah kasus yang lumayan sulit dan rumit.
Namun, setelah Papa mengalami kecelakaan bersama Mama, mau tak mau aku harus mengambil alih semua rumah makan milik Papa. Selain sudah tua, akibat dari kecelakaan itu kini Papa menjadi lumpuh.
Dan, disinilah aku sekarang. Di dalam perjalanan menuju salah satu rumah makan milik Papa untuk bertemu client. Salah satu agen sayuran terbesar di kota ini ingin mengajukan kerja sama dengan rumah makan milik Papa.
Dan seperti biasa, sebelum menuju ke rumah makan, aku akan menuju ke rumah Tari terlebih dahulu, bukan untuk bertamu, melainkan untuk memperhatikannya dari kejauhan.
Kegiatan ini hampir setiap hari aku lakukan hanya untuk sekedar melepas rindu saja. Bukannya aku tak pernah menemui Tari secara langsung, kalau pun bertemu, kami akan mengajak orang lain atau aku berkunjung ke rumahnya.
Tapi aku merasa tak enak jika sering datang ke rumah Tari tanpa ada ikatan apapun. Apalagi, status yang di sandang Tari sekarang. Takutnya nanti malah menimbulkan masalah baru dan juga fitnah. Walaupun di rumah itu juga ada Ayah dan yang lainnya, namun tetap saja tak enak.
📍
Di rasa sudah cukup memperhatikan Tari, ku lajukan lagi mobilku ke rumah makan. Jarak dari sini ke rumah makan pusat lumayan jauh, membutuhkan waktu sekitar 35 menit untuk sampai disana.
Rumah makan ini adalah rumah makan pertama yang Papa bangun dan rintis, jadi aku lebih banyak menghabiskan waktu disini. Sedangkan di cabang lain, aku akan memantaunya Setiap satu minggu sekali, jika yang berada di luar kota, aku percayakan kepada manager masing-masing rumah makan yang sudah aku beri kepercayaan penuh.
Sampai di rumah makan, aku langsung masuk ke dalam ruanganku. Kembali, aku membaca lagi poin-poin yang ada dalam surat kerja sama nanti dengan Pak Bagas.
Tok
Tok
Pintu ruanganku di ketuk.
"Masuk" ucapku
Terlihat, Reno asistenku masuk ke dalam ruangan.
"Mas, ada Pak Bagas" ucap Reno.
"Suruh masuk aja Ren" jawabku.
Reno pun mengangguk. Tak lama, Pak Bagas pun masuk ke dalam ruanganku. Setelah bersalaman, aku pun menyuruh Pak Bagas untuk duduk di sofa.
"Silahkan duduk Pak" ucapku.
Setelah Pak Bagas duduk, ku ambil minuman yang berada di dalam kulkas mini yang sengaja aku taruh di dalam ruanganku.
"Terima kasih Pak Darto. Jadi, bagaimana kita mulai sekarang saja?" ucap Pak Bagas padaku.
"Boleh Pak, lebih cepat lebih baik. Ini, surat kerja sama kita. Silahkan Bapak baca dan pelajari terlebih dahulu, jika ada yang kurang sreg, bisa beri tahu saya"
"Baik, saya baca dahulu ya Pak" ucap Pak Bagas.
Usai membaca surat perjanjian dan memahami poin-poin yang tertera. Pak Bagas pun mengangguk mengerti.
"Baiklah Pak Darto, saya sudah membaca semuanya. Saya setuju dengan semua yang ada di dalam surat perjanjian ini. Jadi, Bapak menerima saya sebagai distributor sayur mayur untuk setiap rumah makan yang Bapak miliki, Bapak akan mencoba dulu selama satu tahun. Jika kerja sama ini baik, Bapak akan melanjutkan bekerja sama dengan saya seperti itu? Dan jika ada kecurangan, saya harus siap dibawa ke jalur hukum?" ucap Pak Bagas.
"Ya, benar sekali Pak Bagas. Sebaliknya, jika saya juga melakukan kecurangan dan merugikan Bapak, Bapak juga bisa melaporkan balik saya. Jika kerja sama ini berjalan baik, tak menutup kemungkinan Bapak bisa menjadi distributor tetap kita untuk rumah makan ini" jawabku.
"Alhamdulillah, Insha Allah ya Pak. Semoga kerja sama kita berjalan dengan baik terus, dan usaha kita sama-sama berkah"
"Amin" jawabku.
Setelah di capai kesepakatan bersama, aku dan Pak Bagas sama-sama membubuhi tanda tangan di kertas kerja sama itu. Satu ku simpan, dan satu lagi Pak Bagas yang menyimpan.
Selesai menandatangi, Pak Bagas kemudian pamit untuk undur diri. Mulai besok, Pak Bagas akan mulai mendistribusikan hasil sayur mayur dari kebunnya ke setiap rumah makan milik Papa ini.
📍
Menyimpan surat perjanjian itu ke dalam laci meja kerjaku. Mataku kembali tertuju pada sebuah foto yang ku bingkai dan simpan di dalam laci.
Hatiku kembali berdesir memandang foto itu, foto Tari yang ku ambil secara diam-diam di akun media sosialnya. Bukan bermaksud lancang mengambil foto orang tanpa izin, namun sekarang ini, hanya inilah yang bisa aku lakukan untuk menyalurkan rindu ini pada Tari.
Biarlah, untuk saat ini aku hanya bisa memandang potret Tari. Semoga, suatu hari nanti, Tari dapat membuka hatinya untukku. Selagi rasa ini belum padam, sebisa mungkin aku akan memperjuangkan cintaku.
Karena, wanita yang selalu menyinari hariku, dan cahaya dalam hidupku itu bernama Mentari.
Bersambung...
Assalamualaikum semua.
Alhamdulillah, author bisa Up cerita baru yaaa. Ini sekuel dari cerita Kesetiaan Yang Di Sia-Siakan.
Bantu ramaikan lagi cerita ini yaaa, jangan lupa like, komen dan masukan ke dalam list favorite kalian. Terima Kasih ☺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
awesome moment
bgoosss
2025-04-26
0
Emma Tea
Semangat kak.Mari kita saling dukung.Ditunggu feedback nya
2022-09-26
0
Anissa Magfirah
semangat nulisnyaa thor,
2022-06-19
0