"Aku sudah membayar mahal tubuhmu. Aku takkan pernah melepaskanmu." kata pria kejam itu pada Deandra Ailsie.
"Tolong, Tuan. Saya mohon lepaskan saya." gadis malang itu memohon sambil menangis dan meronta.
Verrel Aditya Ceyhan sang CEO tampan dan kaya raya telah membeli gadis itu dari pamannya dengan harga mahal. Surat perjanjian sudah ditandatangani dan gadis itu sah menjadi miliknya selamanya.
"Kau milikku! Selamanya kau hanya milikku!" ucap pria itu dengan suara mengerikan.
Deandra sangat membenci pria kasar itu. Gadis itu tak mengerti kenapa Tuan Verrel membelinya dari sang paman. Mereka pun menikah tanpa ada cinta. Bagi Verrel itu satu-satunya cara untuk memiliki Deandra selamanya.
Akankah Deandra bisa melepaskan diri dari cengkeraman pria kejam itu? Saat dirinya hanya dijadikan pemuas nafsu sang CEO. Atau sebaliknya, Deandra semakin terjerat oleh pesona gairah liar dari pria kejam itu. Disaat yang sama keduanya malah merasakan keterikatan tanpa adanya cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meta Janush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22. KECEMASAN VERREL
Langkah kakinya cepat, wajahnya memancarkan kecemasan. Entah apa yang membuat Verrel tergesa-gesa masuk kedalam kamar dimana gadis itu sedang terbaring diatas ranjang. Ini bukanlah sikap Verrel, sang penguasa kejam yang biasanya tidak pernah mempedulikan keadaan orang sekitarnya apalagi jika itu wanita, ia cenderung acuh tak acuh dan tak mau tahu.
Tapi berbeda kali ini. Ada kekuatan yang menariknya untuk mendekat dan melihat jelas bagaimana bibir ranum itu tak berhenti meracau. Keringat dingin sebesar biji jagung membasahi sekujur tubuhnya. Meletakkan telapak tangannya di dahi gadis itu, panas—suhu tubuhnya tinggi. Ada perasaan asing menyusup hatinya, debaran aneh yang menyergap tak ia sadari. “Yuna!” seru Verrel tanpa mengalihkan pandangan dari wajah Deandra. Ia sangat khawatir dengan kondisi gadis yang selalu membuat suasana hatinya tidak karuan.
Kepala pelayan itu terlonjak mendengar terikan sang tuan besar langsung masuk kedalam kamar dan mendekat. “Ya, Tuan. Saya disini.” sahutnya.
“Panggilkan Romeo kemari secepatnya!”
“Baik, Tuan.”
Verrel masih menatap wanita didepannya, mengingatkannya kembali pada bayangan malam itu, bayangan nakal yang menyulut gairahnya diluar kendali. Tangannya mengepal erat dan giginya menggeletuk keras, Verrel melangkah meninggalkan kamar itu dan masuk ke kamarnya sendiri. Kenapa aku bisa sekejam itu padanya? Kenapa emosiku tak terkendali jika didekatnya?
Tak lama berselang tampak seorang dokter muda tiba dikediaman Verrel. “Mari dokter, saya akan mengantarkan anda ke kamar---” Yuna mendadak terdiam karena dia bahkan tidak tahu nama wanita itu. Bagaimana aku harus memanggil nama wanita itu ya?
“Kamar Verrel?” tanya sang dokter menatap Yuna yang diam seperti kebingungan.
Yuna mengerjap, ia memikirkan sebuah panggilan yang tepat untuk wanita itu. “Nona muda, iya kekamar Nona Muda," ucapnya berulang.
“Nona Muda? Sejak kapan ada Nona Muda dirumah ini?” tanya dokter Romeo seraya menghentikan langkahnya didepan pintu kamar wanita itu.
“Ahhh siapapun Nona Muda itu biar aku periksa dahulu.” mengeryitkan alis dan melangkah mengikuti Yuna. 'Nona Muda? Siapa yang dimaksud? tanyanya dalam hati.
Yuna menghela napas lega, dokter Romeo tidak mempertanyakan tentang wanita itu lagi karena Yuna pun tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Begitu masuk kedalam kamar dan melihat kondisi sang nona muda, raut wajah dokter itupun terkejut. “Yuna, a-pa dia yang kau maksud nona muda?” tanyanya dengan suara bergetar, rasa iba melihat kondisi wanita itu. Aku pernah melihat gadis ini, ya dia gadis yang sama. Gadis itu! Ada apa ini? Apa hubungannya dengan Verrel? bertanya-tanya dalam hatinya.
“Iya, dok,” jawab Yuna singkat.
...****...
Didalam kamar Verrel, terlihat pria itu sedang berada dibawah guyuran air dingin dikamar mandi. Seharian ini dia merasa baik-baik saja bahkan merasa tenang setelah melihat surat perjanjian. Tapi kenapa kini ia terusik karena memandang gadis itu? Tidak ! Tidak ! Tidak ! Hanya dengan memandang gadis itu sudah membuatnya seperti ini. Apalagi saat terbayang wajahnya bahkan bisa membuat kacau seorang tuan besar yang dikenal kejam dan sadis.
Setelah merasa tenang, ia meraih jubah mandi dan mengenakannya. Tetesan air masih menetes dari rambutnya, ia keluar dan melihat seorang pelayan berdiri menunggu.
“Kenapa kau ada disini?” sentak Verrel tajam dan dingin.
“Sa-sa---saya...”
“Cepat panggilkan Yuna.”
“Baik,Tuan.”
Menunggu kedatangan Yuna, ia duduk di mini bar dan menuang sampanye kedalam gelas kosong, menyesapnya perlahan. Cairan itu mengalir di tenggorokannya dan mampu meredakan sedikit gejolak tubuhnya. Bayang-bayang wajah gadis itu terus menerus mengganggunya dan membuat pikirannya jadi kacau.
*visual Tuan Besar Verrel
Tiba-tiba pikiran Verrel melayang kembali pada kejadian malam itu. Masih segar dalam ingatannya bagaimana raut wajah memelas wanita itu, bagaimana ia begitu brutal meluapkan gairahnya pada wanita itu. Ia sungguh kejam malam itu, menampar dan bahkan mencekik wanita itu. Bayangan itu masih begitu segar diingatannya. Arrggggg!!
Yuna yang baru saja masuk ke kamar itu kaget mendengar teriakan sang Tuan Besar.
“Tuan, apa anda baik-baik saja? Apakah saya perlu memanggilkan wanita lagi untuk Tuan?” tanya Yuna yang berdiri tak jauh dari sang tuan besar.
“Apa Romeo sudah memeriksa wanita itu? Bagaimana keadaannya?” pria itu balik bertanya pada Yuna. Tanpa menhawab pertanyaan kepala pelayan itu.
“Nona muda masih demam tinggi, dokter Romeo sudah memasangkan infus untuk memberikan obat dan makanan ketubuhnya,’ jawab Yuna. “Besok dokter akan datang kembali untuk memeriksa keadaan Nona Muda.”
Verrel terdiam sejenak dan memikirkan keadaan wanita itu. Kemudian memberi perintah pada Yuna “Jaga dia baik-baik. Tugaskan beberapa pelayan untuk merawatnya. Pastikan semua kebutuhan wanita itu terpenuhi.” Yuna yang mengerti langsung mengiyakan meskipun merasa heran dengan perlakuan istimewa tuan besarnya pada wanita itu.
Verrel mengibaskan tangannya. Sebagai kepala pelayan yang sudah bekerja disana bertahun-tahun, Yuna paham semua isyarat tanpa suara dari sang tuan besar. Yuna keluar dari kamar itu dan menutup pintu. Berjalan turun kelantai dasar dan memerintahkan seorang pelayan untuk menjaga wanita itu.
Satu jam kemudian, ketukan dipintu dan terlihat kepala pelayan Yuna mendorong pintu terbuka dan melangkah masuk “Maaf, Tuan. Makan malam sudah siap. Apa Tuan mau makan sekarang?
Bukannya menjawab pertanyaan Yuna malah ia berkata “Bagaimana keadaan wanita itu?” Mata Yuna mengerjap bingung dengan pertanyaan sang tuan besar.
Melihat Yuna yang masih diam dan terlihat bigung “Ck! Wanita dikamar sebelah.”
“Ehm, nona muda masih belum sadar, Tuan. Tadi dokter Romeo bilang kemungkinan efek dari obat tidur akan habis besok,” Sudah berapa kali Yuna memanggil wanita itu dengan sebutan’nona muda’ dan sepertinya Verrel tidak berkata apapun. Yuna cukup senang melihatnya.
Verrel mengetuk meja dengan jarinya berulang dan dahi yang mengeryit “Obat tidur? Dia dicekoki obat tidur?”
“Ya, Tuan. Kata dokter Romeo jika nona muda belum sadar karena minum obat tidur dosis tinggi.”
Rahang Verrel mengeras mendengar penjelasan Yuna, giginya menggeletuk dan emosinya memuncak.
“Kabari saya terus perkembangannya, jika dia sudah sadar segera laporkan padaku…..satu lagi, jangan biarkan dia keluar dari kamar,” perintah Verrel.
“Baiklah, Tuan. Saya akan melaksanakan semua perintah, Tuan. Jika sudah tidak ada lagi yang Tuan butuhkan, ijinkan saya kembali ke kamar sebelah untuk memeriksa nona muda.”
Verrel hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelah kepala pelayan keluar dari kamarnya, dia mengambil segelas sampanye dan menyesapnya sampai habis. Dia merasa sangat aneh, kenapa emosinya begitu memuncak mendengar wanita itu diberikan obat tidur dan keadaannya yang mengenaskan membuat Verrel tak terima. Kondisi yang sangat mengenaskan dengan banyak luka lebam ditubuhnya. Kedua kaki gadis itu membiru dari luka lebam.
Apapun itu dan siapapun yang melakukannya pada wanita itu pasti akan mendapatkan hukuman dari Verrel. Dia tidak mencintai wanita itu, mungkin belum menyadarinya tapi dia merasa tak rela jika orang lain melecehkan bahkan melukai wanita itu. Wanita itu miliknya dan tak ada siapapun yang bisa mengganggu milik seorang tuan besar sepertinya.
“Apa yang sudah dilakukan Surya pada gadis itu? Kenapa dia memberikan obat tidur padanya? Sialan! Ku pastikan pria brengsek itu akan merasakan hukumanku!” gumamnya sangat marah.
semangat dean