Deg, Alea tertegun ketika melihat dokter baru diapotek tempatnya bekerja. Yang diperkenalkan anak bosnya. Wajahnya mengingatkan akan cinta pertamanya diwaktu SMA yang pergi tanpa kabar selama delapan tahun.
Wajah yang sama tapi nama yang berbeda. Apa Alea sudah salah mengenal orang. Dia sangat yakin kalau dokter didepannya adalah
orang yang dulu teman sakaligus orang yang dia cintai. Tidak ada beda sedikitpun dari wajahnya.
Namanya dokter Haikal Fernanda. Dokter spesialis penyakit dalam yang baru datang dari kota. Dia hanya menatap dingin ke semua karyawan ketika memperkenalkan diri. Tanpa melihat sedikitpun ke arah Alea.
Mengapa dia tidak mengenali Alea?
Apa lamanya waktu berpisah membuatnya melupakan Alea?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dia Mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part#22
Alea sedang mengobrol dengan ayah dan adiknya. Mereka mengobrol sambil bercanda. Tidak lama ponsel Alea berbunyi. Ternyata yang menelpon adalah sahabatnya Raisa. Setelah bicara sebentar panggilan dimatikan.
''Siapa yang nelpon kak?'' tanya Alan.
''Raisa, katanya dia mau kesini jenguk ayah'' jawab Alea.
''Sudah lama kita tidak bertemu dengannya'' kata Eri.
''Iya, dia seminggu ini pelatihan di kota'' jawab Alea.
''Bisa heboh rumah sakit kalau dia datang'' ucap Alan.
''Hehe, kamu gak kangen sama dia?'' goda Alea.
''Siapa juga yang kangen dia'' jawab Alan sewot. Alea dan Eri tertawa melihat wajah sewot Alan.
Beberapa saat kemudian Raisa datang. Dia langsung masuk keruang rawat.
''Assalamua'alaikum sayang'' ucapnya sambil memeluk Alea.
''Wa'alaikumsalam sayang'' jawab Alea senang.
''Iss, lihatlah. Sudah setua ini kayak anak kecil aja'' ucap Alan.
''Biarin, kamu iri anak kecil'' jawab Raisa melepaskan pelukannya.
''Gak tuh'' ucap Alan cuek.
''Bagaimana keadaan ayah?'' tanya Raisa beralih melihat kearah Eri. Raisa sahabat Alea dari SD. Mereka selalu sekolah ditempat yang sama sampai SMA. Jadi dia sudah kenal dengan keluarga Alea. Bahkan sudah menganggap sebagai keluargannya sendiri.
''Seperti yang kamu lihat. Ayah menginap lagi disini'' jawab Eri sambil tersenyum.
''Jangan sering-sering menginap disini Yah, Tidak enak'' ucap Raisa. Eri hanya bisa tersenyum menanggapinya.
''Mungkin karna ayah jarang makan buah. Sekarang makan buah dulu. Biar Ica yang kupaskan. Gak boleh nolak. Minggir kamu anak kecil. Kakak cantik mau duduk dulu'' Ucap Raisa panjang lebar. Alea hanya bisa tersenyum. Sedangkan Alan menjawab dengan sewot
''Aku bukan anak kecil. Lihat badanku lebih tinggi dari kalian berdua. Malah kakak berdua yang terlihat mini. Cantik apaan tua iya'' Alan tidak mau kalah. Begitulah kalau mereka bertemu sering adu mulut.
''Mini-mini begini banyak yang cari loh'' jawab Raisa sambil mengupas apel yang dibawanya untuk Eri.
''Preeett'' ejek Alan. Alea dan Raisa tertawa. Mereka mengobrol sambil bercanda. Sesekali adu mulut dengan Alan.
Raisa bekerja sebagai PNS dikantor bupati. Setelah lulus dari SMA dia melanjutkan kuliah dikota. Selesai kuliah dia jadi pegawai honor di kantor bupati dan dua tahun yang lalu dia lulus sebagai PNS. Kedua orang tuanya bekerja sebagai guru. Walaupun begitu keluarga Raisa sangat baik kepada Alea.
Sejam kemudian Raisa pamit pulang. Alea mengantarnya keparkiran rumah sakit.
''Lea ada yang mau aku katakan'' ucap Raisa ketika mereka sudah keluar dari ruang rawat.
''Apa?'' tanya Alea.
''Tapi kamu jangan terkerjut'' ucap Raisa cemas. Alea mengrenyitkan keningnya.
''Hehe, iya'' jawab Alea merasa lucu.
''Bagaimana kalau kita duduk dibangku itu dulu'' ajak Raisa. Alea tambah heran melihat sikap Raisa yang tiba-tiba jadi serius. Dia hanya mengangguk. Setelah duduk Raisa mengambil nafas terlebih dulu sebelum dia bicara.
'' Tadi ketika aku sampai diparkiran. Aku melihat...'' dia menghentikan katanya. Dia belum bisa membayangkan ekpresi Alea nantinya.
''Melihat apa? melihat hantu?'' tanya Alea sambil tertawa melihat wajah tegang Raisa.
''Iih kamu, Hari sudah sore masak ngomong hantu segala. Aku jadi merinding. Apalagi disini rumah sakit. Pasti banyak yang gituan'' jawab Raisa sewot.
''Ya habisnya kamu bicara seperti orang habis melihat hantu saja'' ledek Alea.
''Gak lucu ah'' kata Raisa ngambek.
'''Hehe, iya sayang. Jangan ngambek gitu. Ntar hilang loh manisnya'' Alea masih tersenyum.
''Terus kamu melihat apa sih?'' tanyanya lagi.
''Aku melihat bang Hainal masuk kedalam mobil. Walaupum melihatnya hanya sebentar tapi aku yakin dia bang Hainal. Aku gak mungkin salah'' jawab Raisa antusias. Wajah Alea berubah suram.
''Ooh'' katanya pelan.
''Kok cuma ooh sih. Kamu tidak terkejut gitu. Padahal selama ini kamu menunggunya datang. Setiap cowok yang mendekati selalu kamu tolak'' ucap Raisa.
''Aku menolaknya bukan karna itu. Tapi memang aku tidak ingin pacaran saja'' jawab Alea.
''Ya elah alasan. Kalau orang lain mungkin bisa percaya. Tapi aku sahabatmu sendiri. Aku tahu bagaimana perasaanmu kepadanya sampai saat ini'' ucap Raisa.
''Dia bukan bang Hainal'' jawab Alea.
''Kok kamu tahu? apa kamu sudah ketemu dengannya dirumah sakit ini?'' tanya Raisa kepo.
''Hmm, Nama Haikal. Dia dokter spesialis penyakit dalam dirumah sakit ini. Selain itu dia juga praktek di Apotek'' jelas Alea. Mulut Raisa sampai tengangah mendengar penjelasan Alea.
''Mulutnya dikondisikan dulu'' ucap Alea. Raisa masih menatap Alea. Dia bahkan memegang kedua pipi Alea dengan tangannya.
''Kamu yakin dia bukan bang Hainal. Aku saja yang melihatnya sangat yakin kalau itu dia. Apalagi profesinya sama dengan apa yang dicita-citakannya'' kata Raisa tidak percaya. Alea mengangguk lemah. Dia berusaha menyembunyikan kesedihannya.
''Iya, ketika pertama kali bertemu diapotek dia bahkan tidak kenal denganku. Dia anak dokter Faisal yang sebelumnya praktek diapotek'' jelas Alea lagi.
''Terus kamu tidak tanya kepadanya kenapa dia tidak kenal kamu. Biar dia ingat sekalian perlihatkan pena yang diberikannya kepadamu'' Raisa mulai emosi. Dia tahu bagaimana sedihnya Alea sekarang.
''Dia juga tidak kenal dengan pena itu. Aku juga sudah mengembalikan pena itu kepadanya. Tanda kami tidak ada hubungan lagi sebagai teman. Lagian tidak mungkin kami bersama menginggat dia dari keluarga kaya. Status kami beda jauh. Aku baru menyadari kenapa selama ini dia tidak mau menceritakan tentang keluarganya'' ucap Alea pelan.
''Iss, dasar cowok bre***k. Dulu kamu diajak menunggu didepan perpustakaan ketika malam tahun baru tapi dia tidak datang. Padahal kamu menunggu sampai pulang hujan-hujanan dan besoknya kamu sakit. Sekarang setelah sekian tahun didatang dengan pura-pura tidak ingat kamu. Awaaass kalau bertemu dengannya lagi akan ku pukul kepalanya biar dia ingat semuanya'' ucap Raisa geram
''Udah ah, kenapa kamu yang marah?'' tanya Alea berusaha tersenyum.
''Jelaslah. Aku sebagai sahabat sekaligus cinta sejatimu wajar marah. Kapan perlu aku datangi dia sekarang'' ucap Raisa berkobar-kobar.
''Emang kamu tahu dia dimana sekarang?'' tanya Alea.
''Tidak'' jawab Raisa singkat.
''Haha, kamu lucu kalau marah. Udah sekarang kamu pulang. Ntar keburu magrib dijalan. Anak gadis gak baik magrib-magrib dijalan'' kata Alea.
''Benaran kamu gak apa-apa?'' Raisa memastikan lagi.
''Iya sayang. Aku baik-baik saja. Sekarang aku gak mau mikirkan yang lain dulu. Yang terpenting sekarang bagaimana supaya ayah cepat sehat'' jawab Alea.
''Aduh, yang sabar ya sayang'' kata Raisa sambil memeluk Alea lagi. Dia ingin menguatkan sahabatnya.
''Jangan sering-sering meluk aku. Ntar bang Andre cemburu loh'' ucap Alea.
''Kalau dia cemburu sama kamu. Tinggal ganti pacar baru'' jawab Raisa santai. Mereka tertawa. Alea mengantar Raisa sampai keparkiran. Setelah Raisa pergi Alea kembali lagi ke ruang rawat ayahnya.