Air Hujan

🍁🍁🍁🍁🍁

GLEEKK...

Hujan menarik tangan suaminya sampai langkah mereka akhirnya berhenti di tengah tangga menuju lantai tiga dimana kamar pengantin berada.

"Serius?" tanya Hujan.

"Iya, kenapa?" Air balik bertanya.

Hujan menggelengkan kepalanya pelan lalu menunduk sedangkan Air kembali menggandeng tangan mungil istrinya lagi.

CEKLEK...

"Tunggu ya, gue mau mandi" ucapnya sambil mengusap pelan kepala Hujan saat keduanya sudah memasuki kamar

Hujan yang lemas akhirnya duduk di tepi ranjang, hal yang ia hindari akan terjadi malam ini.

Bukan tak ingin, hanya saja ia belum siap melakukannya.

.

.

.

"Santai aja kali" goda Air saat melihat sang istri masih termenung sambil memainkan ujung bajunya, sedangkan ia yang memakai handuk sebatas pinggang akhirnya berjongkok di depan Hujan.

"Kalo gak mau gak apa-apa" ucapnya pelan, ia tahu gadis halalnya itu sedang resah.

"Mau kok" jawab Hujan cepat.

"Good Girls" kekeh Pemuda itu yang akhirnya ikut duduk di sisi istrinya.

"Gue bersih-bersih dulu" Hujan langsung beranjak masuk ke kamar mandi tanpa menoleh lagi.

Air yang merasakan debaran jantung yang tak menentu pun akhirnya memakai baju lebih dulu, kepalanya pusing memikirkan awal ia memulai hal itu.

Gak mungkin langsung maen kan?

Ia bersandar di sofa dengan memejamkan kedua matanya, rasa kantuk memang tak ia rasakan hanya perasaan takut yang kini menjalar dalam hatinya.

Hujan yang melihat suaminya di sofa langsung meringsek keatas ranjang, menyembunyikan tubuhnya di balik selimut tebal.

Air menoleh lalu tersenyum, menghela nafas dalam-dalam sebelum akhirnya ia pun menghampiri Hujan di tempat tidur.

"Boleh, sekarang?" tanyanya lagi pada sang istri yang di balas anggukan kecil.

"Yang mana dulu yang mau gue cium?" kekehnya sambil tersenyum.

"Emang harus di cium dulu?" tanya Hujan.

"Lo mau langsung?" godanya sambil memencet hidung mungil sang istri.

"Ya enggak, sih"

"Sebisa gue aja ya, gue juga bingung soalnya hahaha" Air tertawa dibalik bantal untuk menutupi wajah malunya.

"Gue akan ngelayanin Lo sebaik mungkin, Ay" ucap Hujan penuh keyakinan.

"Gantian ya"

Hujan memukul suaminya dengan bantal, wajah mereka begitu merah saat Air menarik tubuh langsing Hujan agar mendekat padanya.

Cup.

Bibir lembutnya mencium mesra Kening Hujan, meski sering ia lakukan tapi entah kenapa malam ini rasanya begitu lain, seperti ada yang berdesir dalam tubuhnya.

"Gue mau Lo yang jadi yang pertama dan terakhir buat gue, Jan Hujan dereeeeeees yang takut petir"

Plak..

"Gak enak banget ujungnya" gerutu Hujan kesal.

"Gue iket tuh tangan lama-lama ya mukulin gue Mulu" ancam Air tak kalah kesal.

"Ya udah cepetan lah" kata Hujan dengan ketus.

"Cih, jadi Lo yang gak sabaran sih!" balas Air tak kalah menaikan nada bicaranya juga.

"Mau gak?, kalo gak mau, gue mau tidur nih"

"Maulah, kan gue udah ngajakin dari tadi!"

"Ya udah cepetan!" cetus Hujan.

Air diam sejenak, ia menatap sang istri dengan sorot mata yang tak bisa di artikan oleh Hujan, Gadis itu menutup matanya karna malu.

"Buka sendiri sendiri ya, Gue itung sampe sepuluh pkonya udah harus di lepas semua, ok" ucap Air yang membuat Hujan tercengang.

.

.

.

.

.

Lo mau ngajak balapan buka baju apa mau malam pertama?

Hujan yang kesal akhirnya memukul suaminya lagi dengan bantal, Tapi kali ini Air menepisnya dengan cepat.

.

.

"Oh, jadi Lo mau gue bukain?, bilang dong. Sini cepetan!"

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞***

Baru buka bukaan 🤪🤪🤪

Belom tanem taneman ,🙄🙄🙄🙄

masih sore 🤭🤭

Like komen nya yuk ramai kan ♥️