Bela yang baru saja putus cinta bertemu dengan lelaki yang membuat dia bisa melupakan mantan kekasihnya.
Dan ternyata lelaki itu adalah Agam. Pria dewasa yang sudah memilik istri. Tak hanya itu, Agam juga adalah sahabat dari papanya.
Apakah Bela bisa bersanding dengan Agam, atau ada laki-laki lain yang bisa mencuri hati Bela???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KuningHijau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malaikat Penolong
Kondisi Bela sudah membaik, bengkak di pipinya pun sudah menghilang.Dan hari ini Bela harus masuk kuliah karena, hari ini adalah hari pertama UAS, Dia tidak ingin mendapatkan nilai jelek, itu akan membuat David kecewa. Apa lagi David selalu mengatakan bahwa Bela adalah penerus semua perusahaan yang David miliki.
"Hai Bel, 'gimana tadi?" Maya menanyakan tentang sulitnya soal ujian tadi.
"Hhmm.... lumayan lah." Jawab Bela dengan tersenyum.
"Apa yang lumayan Bela. susah tau..." Ucap Maya cemberut. Mungkin Bagi Bela soal ujian tadi sangat mudah, tapi tidak untuk dirinya.
"May, ngmall yuk. Habis pusing gini, kita refreshing, kayanya asik!" Ajak Bela kepada Maya. Bela merasa butuh mendinginkan otaknya, setelah panas menghadapi soal-soal yang menurutnya cukup sulit tapi masih bisa di atasinya.
"Gw belum ada transferan Bel." Keluh Maya yang memang kartu kreditnya sudah di batas limit.
"Tenang gw traktir, kita beli kaos couple yang kemarin kita lihat!" Bela menarik tangan Maya menuju parkiran mobilnya.
"Siipp... Ayo!"
Bela dan Maya membawa mobil masing-masing masuk ke kawasan mall. Lalu Mereka memarkirkan mobilnya.
Bela dan Maya memasuki setiap toko yang menarik perhatiannya. tapi tak ada satu pun yang mereka Beli. sampai Bela masuk ke salah satu toko barang-barang branded. Dia mulai membeli tas baju sampai sepatu.
"Maya bagus gak?" Bela memilih satu dress polos berwarna putih.
"Bagus Bel, Ambil!"
"loe beli apa May?" Tengok Bela ke arah peperbag di tangan Maya.
"Ini. gw udah selesai." Maya menunjukan barang yang di belinya.
"Katanya loe gak ada duit May?"
"Ya... ada, Sedikit."
Merasa cukup dengan belanjaannya, Bela menuju kasir untuk membayar semua yang dia beli.
Bela memberikan kartu untuk pembayarannya.
"Maaf kak, kartunya di tolak." Ucap kasir yang melayaninya.
"Apa, di tolak? Coba yang ini!" Dengan bingung Bela memberikan lagi kartu lainnya.
"Maaf kak, ini juga di tolak." Bela bertambah bingung, baru kali ini kartunya tidak berfungsi.
"Gimana may, masa iya papa blokir semua kartuku?"
"Sorry Bel, kartu gw juga limit." Maya juga tidak bisa membayar semua belanjaan Bela.
"Coba sekali lagi...!" Pinta Bela kepada kasir. Di dalam hatinya Bela sangat panik. Betapa malu dirinya dalam situasi seperti ini.
"Tetap kak, tidak bisa. Jika ada kartu lain silahkan!"
"Tunggu sebentar ya!" Bela mencoba meminta waktu lebih.
"Aduh May, gw harus minta tolong siapa? Gak mungkinkan, gw cancel semua ini??? Malu maya." Bisik Bela kepada Maya.
"Coba telphon om David!" Bela mencoba menelphon papanya sesuai saran Maya.
"Udah, tapi gak aktif may, asistennya juga sama." Bela semakin frustasi saja.
"Coba loe minta bantuan Agam!" Saran Maya lagi. Nama Agam juga terlintas difikiran Bela. Tapi meminta bantuan Agam dengan membayar semua Belanjaanya yang tidak murah. Apa tanggapan Agam tentangnya nanti.
"Agam?" Bela tidak percaya pemikirannya sama dengan Maya.
"Iya Agam." Jawab Maya, Maya meyakinkan Bela agar meminta bantuan kepada satu-satunya yang pasti tidak akan menolak permintaan Bela.
Bela bingung apa jalan satu-satunya adalah meminta bantuan dari Agam.
Akhirnya dengan penuh pertimbangan, Bela menelphon Agam. dia meminta bantuan agar Agam datang ke mall yang dia kunjungi untuk membayar belanjaannya.
"Agam, tolong aku. Nanti akan aku ganti." Bisiknya ketika sudah menceritakan semua yang terjadi kepadanya.
"Gak usah Bel, kamu tidak perlu menggantinya."
"Tapi Gam, ini tidak sedikit."
"Kamu tenang saja ya." Agam memegang kedua bahu Bela. dia tulus ingin membantu Bela.
"Ini pakai kartu saya!" Agam memberikan kartunya.
"Sudah selesai pak." Agam mengambil kembali kartunya lalu ia memasukan kembali ke dalam dompetnya. dia tidak mengetahui berapa uang yang telah dia keluarkan. Biasanya rinciannya akan datang melaluj notifikasi di Hpnya.
"Ayo, kalian mau kemana lagi?" Tannya ketika sudah menyelsaikan segala urusannya di store terebut.
"Aku langsung pulang! Gam bela belum makan siang, kalian makan siang saja dulu berdua." Ucap Maya meninggalkan Agam dan Bela.
Setelah Maya pergi, tinggalah Agam dan Bela. mereka sedang menunggu pelayan restoran membawakan pesananya.
"Ada apa Bel, kenapa David memblokir semua kartu kamu?"
"Aku tidak tahu Gam. aku tidak mengeri mengapa papa seperti ini."
"Ini pakailah." Agam memeberika sebuah kartu Debit. di dalamnya ada sejumlah uang yang menurutnya akan cukup untuk kebutuhan Bela.
"Tidak usah, aku masih ada satu kartu lagi, dari hasil kerjaku. Tapi memang kartu ini tidak cukup untuk membayar belanjaanku tadi."
"Pakailah yang ini, aku tidak ingin di tolak Bel." Agam memasukan kartu debit miliknya kedalam dompet Bela.
"Tapi Gam...?" Bela menghentikan yang agam lakukan.
"Baiklah, Makasih." Tapi yang dia dapatkan adalah tatapan tajam dari agam, yang membuat Bela mengalah dan membiarkan Agam melakukan yang dia mau.
Setelah selesai Agam mengantarkan Bela menuju parkiran Mobil, lalu dia membukakan pintu mobil Bela dan mempersilahkan Bela masuk.
"Masuklah, aku akan kembali kekantor." Dibelainya rambut panjang Bela.
Perlakuan lembut seperti ini yang membuat Bela ingin selalu bersama Agam. Berada bersama Agam membuat Bela nyaman dan tidak mengkhawatirkan apapun.
...※※※※...
Setelah makan siang bersama Agam, bela langsung pulang ke rumahnya. Hatinya masih kesal dengan apa yang terjadi di mall tadi. Bela membuka pintu kemudian dia melihat papanya sudah duduk di ruang tamu, tepat berada di depannya. Dan Bela melihat wajah papanya sangat berbeda.
"Papa sudah pulang, kenapa handphone papa gk aktif, terus kenapa semua kartuku papa bekukan?" Bela mengeluarkan semua yang sejak tadi dia pertanyakan.
Bela menatap David dengan aneh, tidak seperti biasanya papanya seperti ini, dan lagi David tidak menjawab pertanyaan Bela.
Bela mendekati David. dia terkejut saat melihat meja yang di penuhi fotonya saat menjadi DJ.
"Pah, Aku bisa jelasin!" Ucapnya panik, karena papanya sudah mengetahui hobinya yang jelas sekali di benci David.
"Pah, apa yang papa ketahui? Bela mohon papa jangan percaya begitu saja!"
"Buktinya sudah jelas Bela. Papa akan mengirim kamu ke singapura. Kamu akan menyelesaikan kuliahkamu di kampus berasrama di sana."
"Papa gak bisa mengusir aku seperti ini. Apa salahnya dengan menjadi DJ, selama aku tidak menjual diri." Bela marah dengan keputusan David yang sepihak. dia merasa tidak ada yang salah dengan yang dia lakukan.
"Apa uang dari papa kurang Bela, sampai kamu harus menjadi Dj dan menjadi simpanan om-om?"
"Apa yang papa bilang, simpanan om-om? Aku sama sekali bukan simpanan om-om pah! kalau DJ itu memang hobi aku."
"Papa tidak mau tahu. selesaikan UAS kamu, Lalu berangkat ke seingapura. semester depan kamu mulai kuliah di sana." David beranjak pergi meninggalkan Bela sendiri.
"Sialan... ini pasti ulah Reyna. awas kamu tan, aku akan membuat Agam segera menceraikanmu." Bela yakin bahwa papanya mengetahui ini semua dari Reyna.
Dengan kesal Bela mengumpulkan semua fhoto yang ada di meja lalu dia berlari menuju kamarnya.
Bela memandangi satu persatu foto itu, Dia harus melewati masalah ini. Bagaimanapun ini adalah resiko yang harus ia ambil.
Bela memikirkan keputusan papanya. dia berjalan kesana-kemari mencari ide untuk merubah keputusan David.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin berada jauh dari Agam. Apa aku harus jujur kepada papa, jika aku dan Agam saling mencintai.
Tidak. papa tidak akan menyetujuinya, dan pasti menjauhkan kami berdua."