Tugas seorang suamu adalah memberi nafkah lahir batin seorang istri. Namun pada kenyataannya tak sedikit lelaki yang menyempelekan kewajibannya itu. Jangankan memberi nafkah secara sukarela, tak jarang istripun bagai pengemis yang harus berkali-kali bahkan mengiba untuk meminta yang telah menjafi haknya.
Tak sedikit kita temui banyak lelaki yang belum menyadari posisi tanggung jawabnya ketika ia memutuskan menikah. Banyak yang abai atau malah masih asik dengan hobinya nongkrong serta bermain game.
Itu juga lah yang terjadi dengan Heru, ia begitu abai menafkahi Rena. Bahkan uang belanja perharipun jauh dari kata cukup, Rena istri yang penyabar selalu menurut dan patuh kepada kehendak Heru. Karna baginya sturganya ada pada lelaki yang telah menikahinya itu.
Namun kesabaran yang telah ia semai diinjak-injak oleh keegoisan Heru, Rena lelah dalam kesabarannya yang tak pernah dihargai akhirnya berontak.
Hal apakah yang akan dilakukan Rena? yuk baca kisahnya, jangan lupa like, vote and komennya ya readers💜.
Terima kasih 😊😇💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hesti Afrianthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kewajiban (21)
Setelah Mas Heru berangkat kerja, aku pun bersiap berangkat ke rumah Mbak Mia, sesuai janjiku kemarin hari ini aku akan membantunya paking barang pesanan pelangganku.
Kuajak serta kedua anakku bersamaku. karena aku lebih merasa aman jika anak-anak tetap terpantau didepan mataku.
Beruntungnya mba Mia tipe yang senang anak kecil, ia pun selalu menyuguhkan kudapan kesukaan anak-anak. Walau aku merasa jadi tak enak hati. Itu sebabnya jika berkunjung kerumahnya tak lupa kubawakan buah tangan.
Cukup lama aku berkutat dengan pekerjaanku. barang yang dipaking bahkan tak selesai semua hingga sore hari. Dan akupun memutuskan untuk meneruskannya esok hari. Mbak mia pun setuju.
Waktu sudah hampir magrib, tapi kami belum juga sampai dirumah. Rasa cemaspun mulai datang, aku takut Mas Heru keburu sampai lebih dulu dan akan curiga.
Benar saya sampai dirumah kulihat motor Mas Heru sudah terparkir diteras. Aku sudah menyiapkan jawaban apa yang hendak kukatkan ketika ia bertanya nanti. Tak lupa juga kuingatkan anak-anak untuk tidak memberitahu kemana kami pergi hari ini.
"Assalamualaikum...." salamku bersamaan dengan kedua anakku. Tak ada jawaban dari dalam sana, Heru sudah masuk kerumah dengan kunci yang ia gandakan kemarin.
Aku membuka pintu perlahan dengan kunci yang kupegang. Anak-anak kusuruh masuk dan mandi, sementara aku langsung ke dapur menyiapkan makan untuk kami, tadi aku mampir ke warung soto ayam di depan gang, si bungsu yang memintanya.
Selagi aku menyiapkan makan, keluarlah Mas Heru dari dalam kamar dengan hanya menggunakan celana boxer andalannya.
"Suami pulang kerja gak ada makanan gimana sih kamu!, aku laper tau habis kerja seharian!" gerutunya.
"Iya aku minta maaf, ini aku beliin soto untuk kita makan sama-sama" kuambil satu piring dengan beberapa centong nasi untuknya.
"Nah gitu dong, makanan bergizi gini kan aku juga jadi pulih lagi tenaganya" dengan semangat ia menuang soto kedalam piringnya lalu memakannya dengan lahap. Aku hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.
Dia bahkan tak bertanya sedikitpun dari mana kami, eh tapi lebih bagus sih, jadi aku gak perlu susah payah berbohong. Baguslah dia hanya ingat urusan perutnya saja.
Kedua malaikat kecilku sudah selesai mandi dan mereka ikut bergabung bersama kami diatas meja makan. Dengan riang anakku memakan soto yang sedari lama mereka inginkan, tapi baru sekarang aku baru bisa mengabulkannya. Ya Tuhan.... melihat mereka makan selahap itu rasanya aku sudah tidak lapar lagi. Perutku kenyang seketika.
Seperti rutinitas biasanya, setelah makan anak-anak langsung beranjak ke TV. disetelnya chanel TV yang menyuguhkan kartun anak. Tapi ada yang berbeda karna malam ini Heru tidak keluar rumah melainkan ikut menemani anak-anak menonton TV.
"Tumben kamu gak keluar rumah" sindirku
"Emang kenapa kalo lagi pingin dirumah ga boleh!"
"Lagian kamu aneh, aku keluar rumah kamu ngomel aku dirumah malah ditanya-tanya" Protesnya.
"Ya aneh aja, kamu kan terbiasa mendedikasikan waktu kamu untuk teman-temanmu itu" dia tampak tak menanggapi ocehanku. Akupun segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri
Selesai mandi dan hendak memakai baju dikamar tiba-tiba Mas Heru masuk.
"Mah, habis mandi seger ya mah" gaya bicaranya sudah kufahami bahwa dia menginginkan sesuatu. Tak kutanggapi ocehannya, kulanjutkan memakai baju helai demi helai dihadapannya.
"Mah, malem ini bisa kali mah...." tanyanya sambil menggangkat satu alis.
'oh ternyata ini sebabnya kenapa malam ini dia tidak keluar rumah. Dasar lelaki ada maunya saja baru baik-baikin' batinku.
"Bisa apa?" tanyaku belaga bodoh.
"Yah.... ma, papah dah lama nih. Masa mama gak kasian" sambil memasang wajah manisnya. 'Ah kenapa wajah manisnya hanya ditunjukkan saat ia butuh aja sih'.
"Lah bukannya kamu yang bilang kemarin malem kalo masih marah" Godaku.
"Ya itukan kemarin, dosa loh mah kalo gak mau. Nanti dilaknat malaikat" aku pura-pura berfikir sejenak.
"Ya sudah tapi tunggu anak-anak tidur, sekarang kamu temenin anak-anak dulu saja biar mereka senang Papanya ada waktu untuk mereka" Aku memberikan satu syarat.
"Siap bos, kecil itu mah" semangat ia keluar kamar dengan tersenyum.
hmmmm..... walau sedang kesal sebagai seorang istri tetap wajib melaksanakan kewajibannya. Itulah yang kulakukakan, Tapi coba kalo ia sedang marah, kasih uang belanja pun ia belaga amnesia dan acuh. Kapan kamu berubah Mas?!
Next.....