Tak kusangka cinta berselimut dilema bisa datang padaku!
Rena Arista seorang dosen muda yang berusaha meraih mimpinya untuk bisa menikah dengan tunangannya yang sangat dicintainya.
Pada saat bersamaan datang seorang pria yang usianya lebih muda dan berstatus sebagai mahasiswanya, memberikan cintanya yang tulus. Dengan perhatian yang diberikan pria itu justru membuat Rena meragu atas cintanya pada tunangannya.
Sebuah kisah cinta segitiga yang penuh warna. Bagai rollercoaster yang memicu adrenalin menghadirkan kesenangan dan ketakutan sekaligus.
Akankah Rena mampu mempertahankan cintanya dan menikah dengan tunangannya?
Ataukah dia akan terjebak pada cinta baru yang mengguncang hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eren Naa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Rena
Di sebuah Rumah Sakit
Langkah kaki seseorang terhenti di depan pintu salah satu ruangan rawat inap pasien yang bertuliskan "'Anggrek 105". Dia mengetuk pintunya dan membukanya. Nampak seorang gadis yang terlelap dengan jarum infus di lengannya dan gadis lain yang terbaring di atas sebuah kursi di samping tempat tidurnya.
Dia mendekati tempat tidur dan membetulkan selimut gadis yang saat ini berstatus sebagai pasien itu
"Kamu sudah datang?" kata Amanda sambil mengusap-usap matanya dan mengumpulkan kesadarannya.
"Hmm,"
"Kamu bawa apa?" Tanpa menunggu jawaban, Amanda segera memeriksa beberapa paperbag yang dibawa Yori. Amanda mengeluarkan kotak makanan, beberapa snack, air mineral dan buah dari dalamnya. Bahkan perlengkapan mandi, tisyu dan beberapa minuman soda turut serta melengkapi belanjaan pria itu. Amanda hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ini untuk siapa?" Amanda menunjukkan sepasang baju wanita dan jilbab yang ada di salah satu paperbag.
"Untuk Dia!" kata Yori menunjuk Rena dengan wajahnya.
Amanda berpikir sebentar sambil memandangi sahabatnya yang masih terlelap itu. Kemudian dia teringat sesuatu dan mengangguk-angguk mengerti apa yang dimaksud Yori.
"Apa mau digantiin sekarang?" tanya Amanda kemudian.
"Baiknya tanya dulu perawat!"
"Kalau begitu aku ke tempat perawat dulu!"
Yori mengangguk. Amanda pun beranjak meninggalkan kamar itu.
Sepeninggal Amanda, Yori mengambil handuk kecil yang dibelinya dan membasahinya di wastafel. Dia kemudian duduk di samping tempat tidur Rena dan membasuh wajah gadis itu yang nampak kotor dengan perlahan. Dia melanjutkan membersihkan tangannya juga.
Pintu ruangan terbuka dan nampak perawat bersama Amanda disana.Yori berdiri dan segera keluar ruangan, bersamaan ponselnya yang berbunyi.
"Halo!" jawabnya dingin.
"Yori, lu dimana?" Suara gadis di seberang nampak seperti orang panik.
"Kenapa?" tanyanya datar seperti biasa.
"Kevin masuk rumah sakit, lu gak kesini?" kata Nindi.
"Besok baru gue datang!" jawabnya dengan cuek.
"Memangnya lu masih kerja jam begini?"
"Tidak, ada urusan penting!"
"Biar jenguk sebentar aja kagak bisa?" Nindi masih berusaha untuk membuat Yori datang ke tempat Kevin di rawat.
"Bisa, tapi besok! Sorry gue tutup!"
Yori langsung memutuskan panggilan telpon dari Nindi.
"Yor, Rena udah bangun!" Kata Amanda yang tiba-tiba sudah berada dibelakangnya.
Yori secepatnya menuju kamar perawatan Rena sambil berlari. Saat memasuki kamar, Rena tampak sedang berusaha mengambil tasnya. Yori dengan sigap menahannya.
"Kamu jangan banyak gerak dulu. Kamu mau apa?" ucap Yori sambil menaikkan posisi tempat tidur Rena agar gadis itu bisa bersandar.
"Mau ambil handphone aku, takutnya ada telpon Ayah atau Ibu tadi!" katanya pelan.
"Aku sudah menghubungi mereka Ren, tadi aku bilang kamu ketiduran di rumah aku karena kecapean dari cek lokasi wisata!" jawab Amanda kemudian. Dia mengambilkan ponsel Rena dan memberikannya pada sahabatnya.
"Syukurlah!" gumamnya pelan.
"Rena kamu makan dulu ya, tadi Yori udah beli makanan untuk kita!" kata Amanda sambil mengambil kotak makanan dan meletakkannya di meja yang sudah di dekatkan ke tempat tidur Rena.
Amanda pun mengambil kotak makanan bagiannya dan ikut makan bersama Rena di samping tempat tidurnya.
"Kamu nggak makan?" tanya Rena pada Yori yang sedang bermain game di sofa.
"Hhm," jawabnya singkat.
"Yori," panggil Rena.
"Hhm," Dia masih asik dengan game di ponselnya.
"Yori Nalendra!" panggil Rena lagi. Meski pelan tapi mampu membuat pandangan Yori teralih dari ponselnya.
"Nanti aja!" jawabnya singkat dan melanjutkan lagi permainannya.
"Aku nggak akan makan kalau kamu nggak makan!" kata Rena menghentikan makannya
"Oke ... oke!" Dia meletakkan ponselnya dan memakan makanannya.
Amanda yang melihatnya hanya tersenyum sambil bergumam, "ternyata Pangeran kutub bisa juga meleleh!" Katanya cekikikan.
"Aku bisa dengar!" kata Yori dingin. Rena dan Amanda tersenyum.
"Yori, sesudah ini kamu pulang aja. Ini udah larut malam nanti orangtuamu khawatir!" ujar Amanda sambil melanjutkan makannya.
"Kamu ngusir aku?" kata Yori sambil menatap dingin Amanda.
"Bukan begitu!" jawab Amanda pelan. Dia merasa kikuk dan takut dengan tatapan Yori.
"Nanti aku pulang kalau kalian sudah tidur!" katanya lagi sambil menyelesaikan makannya.
Selesai makan Yori keluar ruangan lagi dan dua sahabat itu pun melanjutkan cerita mereka sampai akhirnya Amanda tertidur di sofa. Rena mengecek ponselnya. Ada beberapa pesan dan panggilan tidak terjawab dari Amanda, Yori juga Ibunya. Dia nampak kecewa tidak mendapati satupun notifikasi dari orang yang diharapkannya. Wajahnya berubah murung. Manik matanya terus menatap nanar foto seseorang yang sangat dirindukannya.
"Kenapa harus aku yang mengkhawatirkanmu, di saat aku yang seharusnya kamu khawatirkan saat ini?" gumamnya lirih. Perlahan bulir-bulir air matanya yang menggenang di sudut matanya akhirnya satu demi satu pergi meninggalkan cintanya yang hampir sirna. Menenggelamkan impiannya yang karam di dasar asanya.
"Kamu kenapa?" Suara familiar itu membunyarkan lamunan Rena. Dia segera mengusap air matanya.
"Aku nggak pa-pa!" katanya dengan suara menahan tangis sambil menunduk. Yori mendekati Rena dan duduk disampingnya.
"Kamu ingatkan apa yang pernah aku katakan waktu kita di studio musik?" Yori menatap Rena dengan lembut. Rena mengangkat kepalanya dan manik mata mereka bertemu. Dia mengangguk kemudian.
"Itu masih berlaku sampai kapanpun. Aku selalu menunggu saat itu tiba!" Yori menggenggam tangan Rena sambil terus menatapnya.
"Sebenarnya, waktu itu aku mau cerita tapi kamu sepertinya juga ada masalah sama Nindi!"
"Nanti aku ceritain yang itu, sekarang giliran kamu! Kenapa kamu nangis?" Rena menghela nafas perlahan. Bingung memilah mana yang harus diceritakan lebih dahulu, entah tentang Aldi atau tentang lagu yang membuatnya menangis. Baginya keduanya adalah rahasia yang selama ini tidak Yori ketahui. Mungkin inilah saatnya menceritakannya.
"Sebenarnya creep itu lagu favorit Abang aku," katanya dengan sedikit ragu.
"Abang kamu?" Yori heran.
"Iya aku punya Abang namanya Bang Delon, dia sahabatnya bang Andre. Dulu mereka juga punya band dan Bang Delon sebagai vokalisnya. Kalau latihan, Bang Delon suka bawa aku, katanya supaya aku nggak keluyuran kemana-mana. Kalau di rumah, kita berdua lebih sering bertengkar, aku suka gangguin dia dengan manggil 'Ban-del' atau 'Bung-Lon'. Dia murka banget kalo ku panggil gitu." Kenang Rena sambil tersenyum
"Pasti dulu kamu rese banget, ya!" kata Yori sambil ikut tersenyum.
"Eits ... biar begitu tuh Abang kalo pulang dari mana-mana yang dicariin pertama pasti aku duluan!" kata Rena dengan bangganya.
"Iyalah kamu emang bikin candu!" gumam yori
"Hah, apa?"
"Bukan apa-apa, trus apa yang terjadi sama Abang kamu?" Pertanyaan Yori menyadarkan gadis itu. Dia terdiam dan murung. Air wajahnya berubah sedih.
"Bang Delon mengalami kecelakaan ... dia sempat mengalami koma selama setahun. Setiap hari kami selalu datang menjenguk, memberinya semangat dan tak henti-hentinya mendoakannya tapi ... dia pergi ninggalin aku, ninggalin Ayah, Ibu juga Bang Andre. Padahal aku selalu nungguin dia bangun, aku yakin saat itu dia akan bangun suatu saat nanti, karena ia sudah janji akan selalu menjagaku, tapi ...." Akhirnya pertahanan Rena hancur, dia menangis sesegukan sambil menundukkan wajahnya dalam-dalam. Yori menepuk lembut punggung Rena mencoba menghibur gadis itu.
"Maaf... aku membuka luka lamamu! Nggak
usah dilanjutkan, aku tidak mau kamu bersedih lagi!" kata Yori dengan tatapan menyesal. Rena menggeleng dan menghapus air matanya.
"Aku udah agak lega sekarang. Bagaimanapun Bang Delon adalah kenangan terindah untukku, dia adalah pahlawanku, pelindungku dan selalu ada untukku!"
"Apa karena ini juga kamu nggak suka naik motor?"
Rena mengangguk." Motor Bang Delon persis seperti motormu!"
"Maaf ... pasti kamu takut banget waktu aku bonceng itu!" Yori terus saja menyesalinya. Kemudian ia menggenggam tangan Rena dan menatap lekat manik mata coklat gadis itu.
"Rena, aku janji akan selalu melindungi kamu seperti Abangmu!" katanya meyakinkan. Rena tersenyum. Sejenak ada rasa sejuk menyelimuti hatinya. Dan desiran aneh yang merasuki jantungnya. Tapi membuatnya nyaman dan ingin tinggal berlama-lama di sana. Entah perasaan macam apa yang menderanya, yang pasti saat ini dia seperti memiliki seseorang yang bisa diandalkannya.
Bersambung.
...****************...
...Terus like dan komen dan vote ya teman-teman supaya author lebih semangat lagi!...
...Terimakasih atas dukungannya....
...Love you all....
...****************...
bonus lumayan
Next lanjut