* Alexandro Hutomo dan Alexandra Narnia *
Kehilangan dokumen membuat Xandra terjebak harus menjadi pembantu di rumah pemilik perusahaan dimana seharusnya ia bekerja.
Susah membuat orang percaya saat kita tak memiliki bukti ~ Xandra.
Penawaran tidak pernah datang dua kali, jika tidak silahkan tinggalkan tempat ini, jika ia mari kita pulang~ Alex.
Kita tidak tahu kemalangan apa yang akan menimpa kita, jika keberuntungan selalu ada dipihak kita~Xandra.
Mari kita lihat siapa pemenangnya~ Alex.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentang Alex part 1
" Sarapan dulu pak" Xandra menawari Alex yang baru keluar kamar, namun sudah rapi dengan setelan kerjanya
" Terima kasih, tapi saya buru-buru ada meeting pagi ini"
Sebenarnya bukan maksud Alex menolak untuk sarapan, tapi memang pagi ini ia harus segera pergi, ada klien yang sudah menunggu
di kantor.
" Tapi setidaknya minum ini dulu" Xandra membawakan cangkir berisi kopi mendekat ke Alex.
" Terima kasih" Alex menyeruput sedikit, karena masih panas dan memberikannya pada Xandra
" Saya berangkat sekarang" Alex mengambil tas kerjanya, membawa sepatu ke mobil, karena hpnya sudah berbunyi terus menerus
" Letakkan saja di meja kopinya" Teriak Alex saat melihat Xandra akan menutup pintu, kemudian melajukan mobilnya.
Xandra menutup kopi dengan penutup gelas, dan menuju tempat cucian untuk membereskan perabot masak.
Ia masuk ke dalam kamar, mengambil hp menghubungi Babe, entah kenapa di saat seperti ini, hanya Babe yang ia butuhkan
" Halo, ini siapa" panggilan terhubung
" Xandra Be. Babe sehat kan?" tanda Xandra
" Jangan kawatir, Babe sehat. Kamu baik-baik saja di sana?"
" Xandra baik Be, apa babe sudah sarapan? Joya masak apa?"
" Entahlah, Babe belum melihat karena masih ada koran yang belum babe baca pagi ini"
Inilah kebiasaan Babe pagi hari, selalu mengutamankan membaca koran sebelum sarapan
" Ya sudah babe jangan lupa sarapan, tuh Joya sudah panggil babe" terdengar suara Joya yang mengajak makan
" Kamu baik-baik di sana" ucap Babe sebelum penggilan terputus
" Iya. Ya sudah babe sarapan dulu"
Xandra meletakkan hpnya, dan mengambil handuk menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Suara dari dapur membuatnya memasang mode siaga. Ia melihat jam di hp
" Jam 9, apa pak Alex pulang, tapi bukannya tadi dia bilang ada meeting, jangan-jangan maling"
Xandra membuka pelan pintu kamarnya, tanpa menutup kembali ia mengendap-endap
melihat ke dapur, dan ternyata benar Alex sedang duduk dI sana.
" Bukannya pak Alex ada meeting, kenapa sudah pulang?" Xandra mengambil piring untuk sarapan, dan meletakkan di meja.
" Meetingnya cuma sebentar karena sebelum saya datang sudah ada Reno yang handle"
Alex meminum kembali kopi yang kini sudah menjadi dingin.
" Apa meetingnya harusnya pagi-pagi sekali pak?" tanya Xandra
" Mulai jam 6, tapi saya yang kesiangan"
" Apa gara-gara bapak jemput saya jadi waktu istirahat bapak jadi berkurang?" Xandra merasa tidak bersalah.
" Tidak juga, saya hanya merasa tidak enak badan, jadi saya terlambat bangun. Terima kasih" Alex menerima piring berisi nasi, lengkap dengan sayur dan lauk dari Xandra.
Ia melihat Xandra terdiam sejanak, ada piring berisi sama dengan miliknya, Alex paham sedang apa Xandra saat ini, ia ikut diam
" Selamat makan" ucap Xandra
" selamat makan juga" balas Alex
Mereka menikmati sarapan tanpa bersuara sama sekali sampai sarapan mereka habis.
" Saya akan beristirahat di kamar, tolong jika ada yang mencari, bilang saya sedang tidak ingin diganggu" pamit Alex, ia berlalu menuju kamarnya.
Di kamar, Alex mengganti pakaiannya dengan celana pendek dan kaus. Ia merasa badannya
tidak bisa diajak kompromi, ia butuh istirahat.
Namun pikiran tentang hubungan Charles dan Xandra memenuhi pikirannya.
*Apa Xandra tidak mengatakan apa yang terjadi selama ia di Jakarta pada Charles, atau Charles yang terlalu cuek dengan Xandra. Tapi mengapa tadi terlihat mesra, apa mungkin hanya karena sudah lama tidak bertemu. Batin Alex menerka-nerka.
Seharusnya aku tak memikirkan ini, lagi pula aku tak ingin ikut campur urusan mereka, apalagi menjadi pengganggu*.
Alex memandang langit-langit kamar, menerawang memikirkan bagaimana ia harus mengatakan pada mereka yang terlalu berharap akan dirinya, dan Xandra.
Maaf ma, pa, aku sudah berusaha untuk mendapatkan dia, tapi sepertinya ini mustahil.
Ya Alex dan Xandra memang sudah dijodohkan sejak Xandra lahir. Kedua pasang orang tua mereka berniat menjodohkan Alex, ketika Xandra lahir
" *Jeng, bagaimana kalau kita besanan saja. Anakmu cowok dan anakku cewek, pas kan" ucap ibu Xandra kala itu di rumah sakit sehabis melahirkan.
" Wah, ide bagus itu jeng. Bagaimana para bapak?" mama Alex meminta persetujuan dari para suami, dan ternyata tidak ada yang keberatan akan hal ini*.
Kepala Alex serasa berdenyut, dan semakin lama semakin sakit hingga ia tidak bisa menahannya. Ia mencoba bangun mencari obat pereda sakit yang biasa ia minum, namun sakit yang ia rasa benar-benar tak bisa
diajak kompromi lagi, ia jatuh tersungkur dilantai, dan detik berikutnya ia sudah tak sadarkan diri.
Dering ponsel Alex menyita perhatian Xandra saat ia sedang mengepel lantai. Tadinya ia tak ingin tahu siapa yang menelpon, namun dering yang tak kunjung mati, bahkan berulang setiap kali selesai membuat Xandra mau tidak mau menghampiri meja makan tempat hp Alex berada.
" Halo Ren" Xandra berani mengangkat karena itu dari Reno
" Bisa bicara dengan bapak mbak?" pinta Reno
" Pak Alex sedang istirahat dan tak mau diganggu, itu pesannya tadi sebelum masuk kamar" ucap Xandra
" Tapi ini penting mbak, bisa berikan sebentar?" paksa Reno
Bagaimana ini, sudah tidur belum ya? mungkin aku coba saja.
" Baiklah tunggu sebentar akan aku coba Ren"
" Iya mbak"
Tanpa memutus panggilan, Xandra membawa hp Alex menuju kamar Alex. Ia mengetuk-ngetuk pintu berkali-kali, namun tidak ada jawaban.
Baru saja masuk, apa mungkin sudah tidur. Masa tidur pagi-pagi
Xandra malihat jam di ponsel Alex
" Ren, sepertinya pak Alex tidur" Xandra memberi tahu Reno
" Apa pak Alex sakit mbak? Kenapa jam segini tidur?" tanya Reno
" Coba mbak buka pintunya, tolong lihat apa bapak baik-baik saja. Jika nanti beliau marah, bilang saja saya yang suruh" ucap Reno kemudian.
Berbekal tameng dari Reno, Xandra memberanikan diri membuka pintu kamar Alex
Ceklek
Tidak dikunci
Xandra melonggok melihat ke dalam, tidak ada. Kamar mandi juga sepi.
Xandra melangkah masuk lebih dalam
" Pak Alex" panggilnya, namun tidak ada jawaban.
Xandra semakin mendekat menuju sisi lain tempat tidur, ia melihat tubuh Alex tergeletak di sana di dekat lemari, dengan laci yang terbuka dan isinya yang berantakan.
" Ya Tuhan pak Alex" pekikan histeris Xandra terdengar nyaring di telinga Reno, ia langsung tanggap telah terjadi sesuatu. Tanpa menunggu waktu lama, ia langsung pergi meninggalkan para investor setelah ia berpamitan. Mengendarai mogenya dengan kecepatan tinggi menuju rumah Alex.
