NovelToon NovelToon
Suamiku Tak Seperti Mereka

Suamiku Tak Seperti Mereka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora.playgame

Impian setiap wanita adalah menikah dengan pria yang mencintai dan dicintainya. Namun takdir berkata lain untuk Azura, gadis cantik yang terpaksa menikah dengan pria pengidap gangguan jiwa demi kepentingan keluarga tirinya.

Meski sang ayah masih hidup, hidup Azura sepenuhnya digenggam oleh ibu tiri yang licik dan kejam. Akankah Azura mampu bertahan dalam pernikahan yang tak diinginkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep. 26 - Pakai baju

Udara kamar masih hangat oleh uap dari kamar mandi, aroma sabun dan minyak esensial menyelimuti ruang berpenerangan lembut itu.

Kini Azura berdiri di depan lemari pakaian lalu menyiapkan setelan bersih untuk Rangga. Celana dalam, kaus dalam, dan kemeja santai berwarna biru laut yang dipilih karena warnanya cocok dengan kulit cerah Rangga.

Azura menatap baju-baju itu dengan hati yang bergejolak, karena ini pertama kalinya ia benar-benar berperan sebagai istri.

Ia menarik napas panjang, lalu berbalik menatap Rangga yang duduk di pinggir tempat tidur dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

Rambutnya basah, wajahnya polos dan kosong, lalu tiba-tiba ia tertawa kecil tanpa alasan.

"Dia seperti anak kecil..." batin Azura. "Tapi dia juga pria dewasa. Aku harus hati-hati."

Azura menghampiri Rangga lalu berlutut di depannya.

"Rangga... ayo kita pakai baju dulu ya," ucap Azura sambil tersenyum.

Rangga pun menoleh sebentar tapi tidak menjawab, lalu kembali menatap ke arah jendela.

Dengan perlahan, Azura mengangkat kaus dalam dan memakaikannya melewati kepala Rangga.

Tangan Rangga pun sempat naik untuk membantu memasukkan ke dalam lengan baju, sesuatu yang membuat Azura sedikit terkejut.

"Apakah dia sadar atau mungkin sudah terbiasa."

Setelah itu Azura mengambil celana dalam dan menatapnya ragu-ragu. Ia lalu berjongkok, tapi hanya berdiam diri. Matanya tertuju pada kain itu tapi tidak tahu harus memulainya dari mana.

"Ya Tuhan... aku benar-benar melakukannya," gumamnya.

Namun sebelum Azura sempat bergerak lebih jauh, Rangga tiba-tiba merebut celana itu dari tangannya dengan cepat dan lincah sehingga membuat Azura terlonjak kaget.

"Eh! Rangga?!."

Tanpa berkata apapun, Rangga langsung berdiri dengan tenang dan melepaskan handuknya.

"Akh!." Azura menjerit kecil dan langsung membalikkan badannya. Pipinya pun berubah jadi merah merona karena malu.

"Ya ampun! Hampir saja!," pekiknya.

Dengan posisi itu, Azura hanya bisa mendengar suara kain yang bergesekan, dan tawa kecil Rangga yang aneh tapi terdengar polos.

Beberapa detik pun telah berlalu dalam keheningan yang canggung.

"Sudah?," tanya Azura lirih, dengan masih membelakangi Rangga.

Namun Rangga tidak menjawab, ia hanya tertawa dan menepuk-nepuk pahanya sendiri.

Akhirnya Azura memberanikan diri untuk menoleh... dan melihat Rangga yang sudah mengenakan celana dalam serta duduk kembali di ranjang sambil memainkan kancing bajunya.

Namun ada satu hal yang mengganjal di benaknya...

"Tunggu... tadi waktu mandi... bukankah... celana dalamnya tidak dilepas?," gumam Azura.

Azura pun perlahan mendekat lalu berjongkok lagi dan menatap ke bagian bawah tubuh Rangga dengan sopan dan hati-hati, tentu saja.

"Rangga... maaf ya. Aku cuma mau lihat sebentar, ini penting."

Ia menekuk sedikit pinggiran celana untuk memastikan... dan ternyata benar.

"Oh... kering. Dan dia cuma pakai satu. Lalu celana basahnya kemana?!."

Azura bergumam sendiri dengan dahi yang berkerut, karena memang tadi saat mandi celana Rangga itu tidak di buka.

Ia hanya tak tahu, saat tadi semua fokus tertuju padanya, Rangga ternyata diam-diam melepas celana dalamnya sendiri dan mencuci bagian sensitif tubuhnya itu secara mandiri, seperti kebiasaan lama yang sudah tertanam di bawah kesadarannya.

Sebuah rutinitas masa lalu yang tak pernah hilang dari tubuh meski ingatannya telah kabur.

Azura menatap wajah Rangga... kini pria itu menyandarkan kepalanya di dinding dengan sesekali tersenyum sendiri sambil memainkan jarinya.

Tak terlihat seperti seseorang yang tahu apa yang baru saja terjadi. Tapi entah mengapa... Azura merasa ada sisa-sisa kesadaran kecil yang belum hilang dari diri suaminya itu.

"Apa kau benar-benar tidak sadar, Rangga? Atau sebenarnya... kau hanya memilih diam di duniamu sendiri?," tanya Azura, yang tentunya tidak mendapat jawaban.

Azura pun hanya tersenyum getir. Hari ini dia telah melangkah lebih jauh. Menjadi lebih dari sekadar istri... tapi juga penjaga, perawat, dan mungkin satu-satunya orang yang bisa menjemput kembali jiwa Rangga yang hilang di lorong waktu.

"Baiklah... aku akan menjagamu, Rangga. Sampai kamu sendiri yang mengatakan padaku untuk berhenti."

Kemudian Azura merapikan rambut pria itu dengan jari-jarinya yang lembut, lalu berdiri dan berjalan keluar kamar sebentar untuk mengambil sarapan Rangga.

Saat tiba di depan pintu, terdapat beberapa asisten yang masih berjaga.

"Nona... bagaimana? Apa semua berjalan lancar?" tanya Mila seraya menatap Azura dengan senyum kecil.

Azura hanya mengangguk, lalu berkata, "Kalian bisa istirahat. Aku akan urus Rangga mulai sekarang."

Semua orang menatap Azura dengan mata yang berbinar, seolah melihat seorang ratu baru yang turun ke medan perangnya sendiri.

"Terima kasih, Nona."

**

Setelah kembali ke kamar, Azura membawa nampan berisi sarapan sederhana yang sudah di siapkan asisten dengan menu bubur ayam hangat, segelas susu, dan sepotong roti.

Ia menutup pintu dengan hati-hati, lalu menatap Rangga yang kini duduk bersila di atas ranjang sambil menyentuh-nyentuh bantal seolah sedang mencari sesuatu.

"Rangga... kamu lapar, kan?," tanya Azura sambil meletakkan nampan di atas meja kecil dekat tempat tidur.

Pria itu tidak langsung menjawab, namun ia langsung berhenti bergerak, lalu menoleh pelan ke arah Azura dengan sebuah senyuman aneh.

Azura kemudian berlutut di depan Rangga dan menyuapkan sesendok bubur ke arah mulut suaminya itu.

"Aaa... buka mulutmu, Rangga."

Pria itu pun mengangguk pelan... lalu membuka mulutnya, dan suapan pertama pun berhasil.

Azura pun tersenyum karena merasa terharu. Ada semacam kepuasan kecil saat ia bisa melakukan hal sesederhana ini, hal yang menyentuh sisi manusiawi Rangga.

Setelah beberapa suapan, Rangga mulai mengambil sendiri sendok dari tangan Azura. Ia lalu makan sendiri, namun sesekali tersenyum seperti anak kecil yang baru belajar makan sendiri.

Melihat Rangga merasa nyaman dan menikmati sarapannya, Azura pun hanya membiarkannya, lalu duduk di pinggir ranjang sambil menatap wajah pria itu dengan bermacam perasaan.

"Apakah kamu akan sembuh, Rangga?," ucap Azura.

Tiba-tiba, Rangga meletakkan sendok ya dan menatap Azura... lalu bertanya, "Namamu siapa?."

Sejenak Azura membeku dan tidak menyangka jika Rangga tidak mudah mengingatnya.

"Aku Azura. Istrimu," jawabnya, dengan mencoba tetap tersenyum.

Rangga menatap Azura lekat-lekat lalu tertawa kecil. "Xi Xi Xi... Istriku... cantik ya..."

Azura tercekat. Bukan karena kata-katanya, tapi karena nada suaranya tidak seperti sebelumnya.

"Kamu ingat aku?," tanya Azura cepat.

Tapi Rangga malah kembali tertawa... lalu menjatuhkan sendok ke lantai dan mulai bertepuk tangan seperti anak-anak.

Keceriaan aneh itu pun membuat suasana kembali terasa dingin.

"Jangan terlalu berharap, Azura..." batin Azura getir.

Kemudian Azura membantu Rangga mengelap tangannya dengan handuk kecil, lalu menatap wajahnya lagi.

"Rangga..." panggilnya. "Apa kamu suka aku merawatmu seperti ini?."

Namun sama seperti sebelumnya. Pertanyaan Azura selalu tidak ada jawaban.

Rangga hanya menatap keluar jendela, lalu merentangkan tangannya seperti sedang bermain burung terbang. Sekejap kemudian, ia merebahkan tubuhnya dan menutupi wajahnya dengan bantal.

Melihat hal itu, Azura pun berdiri lalu menyelimuti tubuh Rangga.

Tepat saat itu, tiba-tiba terdengar ketukan lembut di pintu.

Tok. Tok. Tok!!

"Nona Azura, mohon maaf mengganggu... Tapi Tuan Adrian ingin berbicara dengan Anda di ruang tengah," suara Bu Sari dari luar.

"Apa? Ternyata Pak Adrian datang," ujar Azura.

Ia menatap Rangga sebentar, lalu mengangguk.

"Baik. Aku segera ke sana."

**

Di ruang tengah berada...

Ruangan itu tampak sunyi. Yang terdengar hanya suara jam tua yang berdetak dan angin semilir dari jendela yang terbuka.

Adrian duduk di kursi empuk berbalut beludru merah. Wajahnya dingin namun terlihat tenang. Di tangannya ada secangkir teh hangat yang mengepul karena baru saja di sajikan.

Azura pun menemuinya dan menunduk dengan sopan.

"Pak Adrian memanggil saya?."

Adrian menatap menantunya itu lekat-lekat lalu berkata, "Duduklah, Azura."

Azura pun menurut.

Sesaat suasana terasa hening, sebelum sang mertua akhirnya bicara.

"Aku dengar kau sudah mulai membantu Rangga secara pribadi... bahkan hingga ke hal yang sangat intim."

Azura langsung menunduk. Wajahnya pun memerah, bukan karena malu tapi karena bingung harus menjawab bagaimana.

"Saya hanya mencoba menjadi istri yang baik, Pak ..."

Adrian meletakkan cangkirnya dan membalas, "Itu keputusan yang... mengejutkan. Tapi aku menghargainya."

Azura pun mengangkat wajahnya karena merasa sedikit lega.

"Aku tahu ini tidak mudah. Tapi kamu harus tahu, Rangga... bukan hanya sakit secara mental. Dia menyimpan sesuatu... rahasia yang bahkan kami belum pahami sepenuhnya."

"Rahasia?."

Adrian menatap jendela, lalu berkata dengan lirih, "Kadang dia berbicara dalam tidur. Kadang menyebut nama-nama yang tak dikenal. Kami... khawatir, mungkin dia mengalami lebih dari sekadar gangguan jiwa biasa."

Azura menatap mertuanya itu dan mencerna perkataannya. Namun bukannya takut, ia malah mengepalkan tangannya di atas paha dan semakin bertekad.

"Saya akan tetap di sisinya. Apa pun itu."

Mata Adrian sedikit berkaca-kaca, tapi ia tidak menampakkannya di hadapan Azura.

"Kalau begitu... pastikan kamu cukup kuat, Azura. Karena suatu hari, jika Rangga benar-benar kembali sadar, dia mungkin tidak akan mengingatmu."

Azura tertegun. Perkataan mertuanya itu memang benar adanya. Tapi ia merasa tidak ingin menyerah begitu saja.

Meskipun terkesan egois, tapi ia sudah memilih jalan hidup bersama Rangga demi kehidupan yang lebih baik dan layak, meski belum pasti.

"Apa pun itu, Rangga... aku akan jadi orang pertama yang menyambutmu saat kamu sembuh dan sadar. Karena kamu... adalah bagian dari hidupku sekarang."

"Oleh karena itu, berusahalah agar aku segera mendapat cucu."

BERSAMBUNG...

1
💝F&N💝
ayo thor up nya di tambah lagi.
Karwinah Dewi Handayani
terlalu banyak di suntik jadi trauma
Aurora: Ngomongin suntikan, ibu-ibu yang pake suntik kb bakal trauma juga gak ya... Semoga nggak ya 😇🤭🙏
total 1 replies
Purnama Pasedu
Rangga lupa semuanya ya
Aurora: Kayaknya gitu, ke reset kaya hp 😅
total 1 replies
Aurora
Ok, ntar Othor tambah, tapi gak janji hari ini y... 🤗
💝F&N💝
kenapa up nya sedikit banget.

tambah lagi doooooooong
Aurora: Ok ok, masih otw ceritanya. Mudah-mudahan bisa upload lagi ❤️😊
💝F&N💝: yaaaaah sebagai pembaca, ya kurang dong kaaaaaaaaaak.
apa lagi di waktu gabut seperti ini.
total 3 replies
💝F&N💝
azura, kamu harus mencari kebenaran yg sebenar benarnya tentang apa yg terjadi sama rangga dan masa lalunya.
Aurora: Siaapp, ntar di sampein ke Azura 😘👌
total 1 replies
Purnama Pasedu
suntikannya berbahaya ya
Aurora: Hmmm... Entahlah, disini Rangga seperti yang trauma gitu aja sama suntikan 🤗 mungkin jawabannya akan ada di episode2 selanjutnya... 😃
total 1 replies
Purnama Pasedu
cinta dan kemanusiaan
Purnama Pasedu
semoga berhasil azzura
Purnama Pasedu
bukan tugas ya azzura
💝F&N💝
ayo lanjut lagi, thor
Aurora: Siap kakak...
total 1 replies
Purnama Pasedu
hamil y
Purnama Pasedu: program bayi tabung
Aurora: Lha belum kak... Kapan mereka tidur bersama 🤭
total 2 replies
Purnama Pasedu
baru up thor
Aurora: Iya kak... Maaf udah bikin nunggu ya... Dan terima kasih udah setia membaca 🤗❤️
total 1 replies
mbok Darmi
kenapa villa mewah tidak ada yg jaga dan kenapa dgn mudah nadine dan rita bisa masuk ini cerita ngga masuk akal sama sekali
Aurora: Ceritanya para penjaga dan asisten di vila itu mereka pada ramah dan baik, apalagi yang datang keluarga Azura 😅😅🙏
total 1 replies
Purnama Pasedu
nyimak
Purnama Pasedu
lanjut
Aurora: Siap... ❤️
total 1 replies
Purnama Pasedu
kapan terungkapnya ya
Purnama Pasedu
masih belum berteman mereka ya
Aurora: Belum... Kira kira mereka bisa berteman gak ya🤗
total 1 replies
Purnama Pasedu
yaaah,,,Rangga kabur ya
Purnama Pasedu
berhasil ya Azura,
Aurora: Siap kakak... Dia emang harus banyak di kasih dukungan dan di temani sama kita, biar gak sendirian 💪😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!