Semua orang di sekolah mengenal Jenny: cantik, modis, dan selalu jadi pusat perhatian tiap kali ia muncul.
Semua orang juga tahu siapa George: pintar, pendiam, dan lebih sering bersembunyi di balik buku-buku tebal.
Dunia mereka seolah tidak pernah bersinggungan—hingga suatu hari, sebuah tugas sekolah mempertemukan mereka dalam satu tim.
Jenny yang ceria dan penuh percaya diri mulai menemukan sisi lain dari George yang selama ini tersembunyi. Sedangkan George, tanpa sadar, mulai belajar bahwa hidup tak melulu soal nilai dan buku.
Namun, ketika rasa nyaman berubah menjadi sesuatu yang lebih, mereka harus menghadapi kenyataan: apakah cinta di antara dua dunia yang berbeda benar-benar mungkin?
Spin off dari novel Jevan dan Para Perempuan. Dapat di baca secara terpisah 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 George Mencari Tahu
Sambil berjalan menuju ruang kepala sekolah, George lalu berbisik di telinga Jenny.
"Jen, anggap saja yang tadi Crash katakan itu tidak kamu dengar ya"
"Aku takkan mengatakan pada siapapun George, asalkan kamu jujur padaku"
"Jujur soal apa?"
"Aku hanya ingin tahu apakah yang Crash katakan tadi itu benar atau tidak"
George tampak ragu sesaat, tetapi setelah itu ia hanya menjawab dengan anggukan di kepala. Jenny tampak terkejut, tapi ia juga tak mengatakan apapun karena ia paham kalau saat itu George sedang tak ingin membahasnya dengan Jenny. Crash sebenarnya mendengar percakapan mereka walau terdengar samar, tetapi ia memasang wajah seolah tak peduli dan tak tahu apa-apa.
Setelah tiba di ruang kepala sekolah, Mr. Right langsung bicara.
"Saya akan mengatakan ini sambil Miss McKeen membersihkan luka-luka kalian"
"Tolong bersihkan luka di siku Jenny dulu, miss"
"Tentu saja, George" Miss McKeen lalu membersihkan luka Jenny sambil tersenyum maklum, membuat Jenny jadi menunduk malu. Kemudian Mr. Right melanjutkan pembicaraannya.
"Sebenarnya tadi saya dan miss McKeen sudah tiba di atap sekolah tak lama setelah Craig dan Jenny datang, jadi kami sempat mendengar percakapan kalian tadi sambil memantau seberapa jauh Craig bisa menangani masalah ini"
Baik George, Jenny dan Crash hanya diam sambil mendengarkan perkataan dari Mr. Right.
"Saya bisa bilang kalau yang dikatakan oleh Craig itu benar dan memang pernah terjadi percakapan antara saya dan Mr. Lehmans sesuai dengan apa yang telah Craig katakan sebelumnya. Saya minta maaf soal itu, George, karena seharusnya pembicaraan itu tidak pernah bocor kepada siapapun"
"Tidak apa-apa, Mr. Right. Asalkan hanya Jenny dan Crash saja yang tahu"
"Baiklah, kalau begitu berarti semua yang ada di ruangan ini paham kalau setiap percakapan yang kita lakukan sekarang tak boleh bocor kepada siapapun, paham?"
"Paham, sir"
"Khusus untuk kamu, George, saya harap kejadian tadi tak terjadi lagi. Memangnya apa sih yang kamu pikirkan? Kamu dan Jenny telah membuat sekolah ini bangga dengan meraih juara ketiga di seluruh kota Las Vegas. Besok trofinya akan saya pajang di etalase dekat mading"
"Tapi bagi daddy saya itu tidak cukup, sir"
"Kalau begitu saya akan bicara dengan daddy kamu segera"
"Tolong jangan lakukan itu, sir"
"Kenapa kamu tak ingin saya bicara dengan daddy kamu, George?"
"Karena itu akan membuat ia semakin di marahi oleh daddy-nya. Iya kan, George?" tanya Crash kepada George. Tetapi sebelum George menjawab, Mr. Right menyelanya.
"Kamu tak perlu menjawabnya, George. Karena saya rasa saya sudah tahu jawabannya. Tapi saya ingin tahu bagaimana jawabanmu nanti jika kamu pulang dengan kondisi luka-luka seperti ini? Apa yang akan kamu katakan kepada daddy kamu nanti?"
Mr. Right menunjuk kepada wajah George yang juga terdapat beberapa luka dan lebam seperti Crash.
"Ia mungkin takkan begitu peduli karena ia juga telah memukuliku semalam"
George kemudian menunjukkan luka-luka di beberapa bagian tubuhnya, membuat semua yang ada di ruangan tersebut menjadi terkejut.
"George, setelah ini tolong ke ruangan miss McKeen untuk bicara secara empat mata dengannya. Untuk Jenny dan Craig, saya minta kalian untuk kembali ke kelas masing-masing. Sebelumnya saya harap kalian dapat mengarang cerita mengenai kejadian tadi jika teman-teman kalian bertanya kepada kalian nanti"
"Baik, sir"
Jenny dan Crash lalu menuruti keinginan Mr. Right dengan kembali ke kelas masing-masing.
***
Sepulang sekolah, George yang dijemput oleh Eddie lalu duduk di bangku depan di sebelah Eddie.
"Kamu terlihat kacau, George"
"Iya memang. Dari tadi pagi memang sudah begini, kan?"
"Iya sih, tapi luka-luka kamu sepertinya bertambah banyak dibanding tadi pagi. Kamu habis berkelahi dengan siapa?"
"Dengan Crash"
"Oh, temanmu yang sama-sama tinggal kelas itu ya?"
"Iya"
George lalu diam, begitu juga dengan Eddie. Mereka larut dengan pikiran masing-masing. Eddie memikirkan kejadian semalam. Ia tahu kalau atasannya telah memukuli anak sulungnya yang tak lain adalah George dengan begitu kerasnya sampai Eddie merasa ngeri sendiri, takut George tidak akan bisa bertahan hidup jika Eddie tak melerainya.
Eddie dan istrinya, Reen telah bekerja untuk waktu yang lama untuk keluarga Lehmans. Ketika ia dan istrinya datang, George masih bayi. Ibu George saat itu sedang membutuhkan jasa seorang babysitter, sedangkan Mr. Lehmans juga sedang membutuhkan seorang tukang kebun yang mau merangkap sebagai supir pribadi.
Eddie sebenarnya tak ingin mengambil pekerjaan itu, tetapi melihat istrinya yang baru saja mengalami keguguran dan ketika melihat George kecil membuat dirinya menjadi lupa atas kesedihannya sehingga ia mengambil pekerjaan itu.
Eddie dan Reen tinggal di kediaman keluarga Lehmans di sebuah pondok kecil yang berada di bagian belakang rumah utama. Semenjak mengalami keguguran, Reen tak bisa hamil lagi, jadi ia dan Eddie menyayangi George dan adik George yang bernama Frannie seperti anak mereka sendiri.
"Eddie ... "
Suara George membuyarkan lamunan Eddie.
"Iya, George?"
"Apakah kamu mengenal seorang pria yang bernama Nino yang tinggal di sekitar tempat tinggal Jenny?"
"Kenapa kamu menanyakan itu?"
"Tadi Crash menyebut namanya"
"Crash?"
"Iya, dia temanku di klab sains. Hacker nomor satu di sekolah. Pintar, tapi juga nakal dan suka buat onar"
"Oh, maksud kamu Craig Sanderson ya?"
"Iya, itu nama aslinya"
"Kenapa dia menyebut nama Nino?"
"Entahlah, tadi ia mengatakan sesuatu yang membuatku ragu untuk mempercayainya. Kamu kan pernah bilang padaku kalau kamu akan menyelidiki Jenny, jadi aku pikir kamu tahu orang yang bernama Nino ini karena tinggal di lingkungan yang sama dengan Jenny"
Eddie lalu mengubah rute perjalanan yang semula ke arah rumah George menjadi ke arah tempat tinggal Jenny.
"Kenapa kita ke sini, Eddie?"
"Untuk menjawab pertanyaanmu dan untuk menjelaskan tentang hasil penyelidikan aku. Jenny dan Louisa hari ini pulang dengan naik kendaraan umum kan?"
"Iya. Seharusnya sih jam segini sudah sampai di rumah"
"Kalau begitu lebih baik kita tunggu mereka sebentar"
George masih bingung dengan ucapan Eddie, tetapi dengan sabar ia ikut menunggu kepulangan Jenny dan Louisa seperti yang Eddie lakukan.
Tak lama kemudian, bis sekolah yang biasa mengantar para siswa datang. Jenny dan Louisa terlihat turun dari bus. Mereka kemudian berjalan masuk ke dalam gang menuju rumah mereka. Sebelum memasuki gang, secara bersamaan tiga orang pria keluar dari gang tersebut.
"Kamu lihat tiga orang pria itu, George?"
"Iya, aku lihat. Apakah salah satunya adalah Nino?"
"Iya, kamu benar. Nino adalah pria yang tubuhnya paling kecil dari ketiga pria itu"
"Apakah Nino ini tetangganya Jenny dan Louisa?"
"Iya, dia juga atasan dari mamanya Jenny dan Louisa"
"Ooh... I see. Memangnya apa pekerjaan Nino?"
"Ia adalah pengelola Gedung La Femme yang berada di depan perumahan atau lebih tepatnya rusun di mana Jenny dan Louisa tinggal. Yang menarik adalah ia tidak hanya bekerja sebagai pengelola tetapi juga merangkap sebagai seorang mu**kari"
"APA!?"