NovelToon NovelToon
SHIRAYUKI SAKURA

SHIRAYUKI SAKURA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Fantasi Isekai / Fantasi / Anime / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Reinkarnasi
Popularitas:299
Nilai: 5
Nama Author: IΠD

Shirayuki Sakura adalah dunia fantasi medieval yang bangkit di bawah kepemimpinan bijaksana Araya Yuki Yamada. Kisah intinya berpusat pada Ikaeda Indra Yamada ("Death Prince") yang bergumul dengan warisan gelap klannya. Paradoks muncul saat Royal Indra (R.I.) ("Destroyer") dari semesta lain terlempar, menyadari dirinya adalah "versi lain" Ikaeda. R.I. kehilangan kekuatannya namun berperan sebagai kakak pelindung, diam-diam menjaga Ikaeda dari ancaman Lucifer dan trauma masa lalu, dibantu oleh jangkar emosional seperti Evelia Namida (setengah Gumiho) dan karakter pendukung lainnya, menggarisbawahi tema harapan, kasih sayang, dan penemuan keluarga di tengah kekacauan multidimensi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KINGSGUARDS : NATSUYA & AGITO' DAILY TASK

Di tengah hiruk pikuk kota Niflheim yang diselimuti kabut abadi, sebuah pengejaran sedang berlangsung. Bukan perkelahian sihir besar, melainkan tugas rutin—memburu sepasang bandit rendahan yang nekat mencuri peti berisi ramuan langka. Di atap-atap batu dan kayu, siluet dua pria melompat dengan lincah. Salah satunya adalah Natsuya Kiryu, seorang pemuda dengan karisma tak terbantahkan dari Niflheim. Natsuya, yang terkenal sebagai ahli presentasi yang elegan dan mematikan, menarik busur panah kayunya yang tampak sederhana. Ia selalu tampak santai, seolah tugas ini hanyalah piknik sore. "Hei, Agito," seru Natsuya, sambil melompati celah sempit, "Mereka itu pelari yang gigih, ya? Tapi kau tahu, 'kejutan adalah senjata terbaik,' jadi mari kita biarkan mereka merasa aman sebentar."

Di samping Natsuya, melaju dengan kecepatan dan keseriusan yang kontras, adalah Agito. Lahir dan besar di Niflheim, Agito adalah sosok pendiam dan suram, dikenal karena kemampuan bertarungnya yang sadis. Ia adalah tangan kanan rahasia Nina Yamada dan ahli operasi senyap. Mengenakan pakaian kulit gelap yang minim suara, Agito bergerak seperti bayangan yang haus akan pertempuran. Ia sama sekali tidak menanggapi celotehan Natsuya. Sebagian besar kekuatannya disegel oleh mentornya, Nina, namun bahkan dengan kondisi terbatas, auranya sudah cukup membuat para bandit gemetar. Dalam keheningan yang mencekam, ia fokus pada jalur pelarian para buronan di bawah.

Saat para bandit berbelok tajam di antara kios-kios pasar, Natsuya tiba-tiba berhenti. Ia mengangkat busurnya. "Sekarang, Tuan-tuan, waktu bermain sudah berakhir," bisiknya, sebelum melepaskan anak panah. Anak panah itu terbang dengan akurasi mematikan, menjepit jubah salah satu bandit ke dinding, membuatnya terhenti mendadak. Bandit lainnya terkejut, mencoba kabur lebih cepat. Natsuya tersenyum tipis. Ia tahu betul busur kayu itu hanyalah kedok; senjata aslinya jauh lebih mematikan dan tersembunyi. "Kejutan kecil pertama," katanya, mengaitkan anting kayunya yang tampak biasa dengan busur sebagai isyarat kecil sebelum kembali berlari.

Agito, yang sudah menduga rencana Natsuya, tidak lagi melompat di atap, melainkan meluncur turun dari sisi bangunan, mendarat tanpa suara di lorong gelap. Ia mengambil rute yang lebih singkat dan memotong jalan pelarian bandit yang tersisa. Bandit itu, yang melihat sosok muram nan berbahaya muncul entah dari mana, langsung tersentak mundur. Sifat impulsif Agito dan keinginannya akan pertarungan hampir tak tertahankan; ia sudah siap melumpuhkan bandit itu dengan satu gerakan cepat dan brutal, seperti saat ia mengalahkan Leviathan kecil bertahun-tahun lalu.

"Selesai, Agito?" tanya Natsuya, yang kini telah bergabung, mendarat dengan anggun di sebelah rekannya yang tegang. Ia menyentuh bahu Agito dengan lembut. "Ingat kata-kata Nina, 'operasi senyap, bukan pertunjukan horor'. Setidaknya biarkan aku mendapatkan presentasi penangkapan yang layak." Agito hanya mendengus, mata kuningnya yang tajam tidak berkedip. "Mereka akan kabur lagi. Lebih cepat diikat."

Natsuya, yang selalu mencari sisi terang, tertawa kecil. "Ah, Agito, selalu serius. Lihatlah, mereka tidak kemana-mana. Mereka terlalu takut pada tangan kanan rahasia Nina Yamada. Lain kali, biarkan aku yang membawakan bunga dan busur panah yang sebenarnya. Itu akan menghemat waktu." Perbedaan kepribadian mereka sangat jelas—Natsuya yang santai dan Agito yang selalu siaga—tetapi di tengah kekacauan Niflheim, kemitraan mereka tetap menjadi salah satu yang paling efisien, meskipun didasari trauma masa lalu Natsuya dan kekuatan yang disegel milik Agito. Misi rutin hari itu pun berakhir, dengan Agito menarik para bandit yang terikat dan Natsuya merapikan anak panahnya, menyembunyikan senjata aslinya dengan senyum misterius di wajahnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Natsuya dan Agito kini duduk di sebuah kedai kumuh namun ramai di Niflheim, dikenal sebagai 'Kabut Abadi'. Aroma ale yang difermentasi dan daging asap memenuhi ruangan. Dua bandit yang mereka tangkap sudah diserahkan kepada penjaga. Natsuya, dengan postur tubuhnya yang santai, menyesap minuman manis. Ia telah meletakkan busur kayu di meja, seolah itu adalah tongkat jalan biasa. Agito, di sisi lain, duduk tegak, bahkan saat bersantai. Ekspresinya suram, seolah seluruh kedai adalah ancaman potensial.

"Lihat Agito, bukankah ini menyenangkan?" ujar Natsuya, menggerakkan tangannya secara teatrikal ke arah keramaian. "Kejutan penangkapan yang mulus, dan sekarang kejutan anggur buah yang menyegarkan. Semuanya berjalan lancar."

Agito hanya menggerutu, mendorong piring yang berisi roti keras ke samping. Ia tidak menyukai makanan yang tidak dipersiapkan sendiri atau yang tidak diizinkan oleh Nina. "Tidak ada yang 'menyenangkan' tentang mengejar tikus jalanan. Mereka mengotori waktu kita." Ia mengambil cangkir air, meminumnya perlahan, sambil mengamati pintu masuk.

Natsuya menghela napas, tersenyum kecil. "Ayolah, Agito. Jika kau terus-terusan serius, kekakuanmu akan menarik lebih banyak perhatian daripada keanggunan presentasiku. Kita butuh waktu istirahat. Bahkan sang ahli operasi senyap pun butuh rehat." Ia kemudian mencondongkan tubuh sedikit. "Jadi, jujur saja. Bagaimana menurutmu tentang warna jubah baruku? Apakah cukup elegan untuk seorang ahli panah berkelas?"

Agito menatap jubah Natsuya dengan tatapan datar, lalu kembali menatap cangkirnya. "Terlalu terang. Target bisa melihatmu dari jarak satu mil. Tidak senyap."

"Ah, kau ini," tawa Natsuya, mengibaskan tangannya. "Itu intinya! Aku ingin mereka melihatku. Ingat, presentasi! Itu menarik perhatian mereka, lalu... boom! Kejutan senjata asliku akan jauh lebih mematikan. Sementara kau, kau hampir tidak terlihat, bahkan jika kau menari di atas meja." Natsuya sengaja sedikit menyindir sifat Agito yang sangat pendiam.

Agito menoleh, tatapannya sedikit tajam. "Jika aku menari di atas meja, itu hanya untuk menendang kotoran dari meja itu." Ia membalas dengan nada serius. Ia kemudian melihat ke arah Natsuya yang sedang menyentuh anting kayunya. "Dan senjata aslimu. Suatu hari, kau akan terlalu mengandalkan 'kejutan'. Mengapa tidak menggunakan yang terbaik dari awal?"

Natsuya tersenyum misterius. "Itu karena aku menghormati para bandit. Aku ingin mereka memiliki sedikit harapan sebelum aku menghancurkannya. Lagipula, jika aku menggunakan senjata asliku untuk setiap pekerjaan kecil, apa yang tersisa untuk kejutan besar?" Ia mengambil gigitan roti, terlihat tidak peduli dengan kritik Agito. "Pokoknya, aku yakin Nina pasti memberimu snack kesukaanmu setelah kita kembali. Kau terlihat seperti akan mulai berburu di kedai ini. Santai, kawan. Ale lagi?"

Agito menggeleng. Ia memang sedang memikirkan kapan mereka akan kembali ke markas Nina. Meskipun ia selalu tampak serius dan berbahaya, ia diam-diam menantikan perhatian kecil dari mentornya, yang sering memperlakukannya seperti anak kecil. "Tidak. Kita pergi setelah kau selesai dengan 'presentasi' makan malammu." Natsuya tertawa senang. Meskipun sangat berbeda, mereka tahu bahwa mereka adalah tim yang efektif—kejenakaan Natsuya menutupi kesadisan Agito, dan keseriusan Agito menjaga Natsuya agar tetap pada jalurnya. Mereka menikmati kontras mereka, di bawah kabut abadi kota Niflheim.

.

.

.

.

.

.

.

Perselisihan Busur dan Belati di Hari yang Cerah

Hari itu, kota Niflheim disinari cahaya matahari yang jarang-jarang, membuat arsitektur batu kuno berkilauan. Kabut tebal yang biasanya menyelimuti kota telah terangkat, menyisakan udara yang segar dan cerah. Pemandangan ini kontras dengan suasana muram kemarin. Natsuya Kiryu, memanfaatkan cuaca bagus, sedang berada di halaman pelatihan markas mereka. Ia sedang mengkilapkan busur panahnya dengan penuh perhatian.

Agito, yang baru saja selesai dengan latihan pertarungan pribadi yang keras, berjalan mendekat. Ia melihat Natsuya dengan kegiatan yang ia anggap remeh. Agito mengenakan sarung tangan kulit yang masih lembap, dan sepasang belati kecil andalannya terselip di pinggangnya, siap sedia.

"Hari yang cerah," kata Natsuya, tanpa mengalihkan pandangan dari busur kayunya. "Sempurna untuk presentasi di udara terbuka. Panahku akan berkilau saat terbang. Betapa elegannya."

Agito menyipitkan mata. "Kegiatanmu membuang-buang energi. Seharusnya kau menghabiskan waktu dengan melatih akurasi, bukan penampilan." Ia kemudian duduk di bangku batu terdekat, mengawasi Natsuya.

Natsuya tersenyum geli. Ia tahu cara memancing Agito. "Ah, Agito. Kau tidak mengerti seni. Keterampilan panahan adalah tentang kecepatan dan jarak, tapi keindahan adalah tentang membangkitkan harapan. Coba kau lihat belati mu. Mereka memang mematikan, tetapi siapa yang bisa melihatnya dari jarak seratus langkah? Belati mu hanya bagus untuk 'kejutan' kotoran, bukan 'kejutan' elegan."

Agito mendengus. Ekspresinya yang suram semakin terlihat gelap. "Kejutan yang elegan? Itu omong kosong. Senjata terbaik adalah senjata yang menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, tidak terdeteksi. Busur panahmu terlalu berisik, terlalu lambat, terlalu... jauh."

Natsuya berdiri tegak, memegang busurnya seperti tongkat kerajaan. "Itu karena kau adalah pemburu yang suka bersembunyi. Aku adalah bintang panggung. Jarak menciptakan aura, Agito! Coba sekarang. Aku tantang kau."

Agito mengangkat alis, sedikit tertarik. "Tantangan apa?"

"Lihat pohon oak di ujung lapangan itu?" Natsuya menunjuk ke sebuah pohon besar yang jaraknya sekitar lima puluh langkah. "Ada daun gugur yang tersangkut di dahan ketiga dari bawah. Kau harus melempar belatimu, aku menembak panahku. Siapa yang menjatuhkannya lebih dulu, dia pemenangnya. Senyap versus Gaya."

Agito tidak menunggu lama. Dalam satu gerakan cepat tanpa suara, belatinya sudah terlepas dari genggamannya, berputar lurus dan cepat. Wush! Belati itu melesat seperti kilat yang tak terlihat. Hampir bersamaan, Natsuya melepaskan busur kayunya. Zing! Anak panah itu meluncur dengan kecepatan dan sedikit suara siulan.

Kedua senjata itu mengenai sasaran. Belati Agito menusuk batang kayu tepat di sebelah daun. Anak panah Natsuya—melayang sedikit lebih tinggi—berhasil memotong tangkai daun, menjatuhkannya ke tanah sedetik lebih cepat.

Natsuya menunduk sedikit, memberi hormat. "Sepertinya 'Gaya' menang, meskipun hanya dengan perbedaan sehelai rambut. Bukankah itu presentasi yang indah?"

Agito, yang sangat jarang kalah, hanya terdiam. Ia berjalan mendekat untuk mengambil belatinya yang menancap. "Itu hanya keberuntungan. Dan kau masih menggunakan busur kayu itu. Kau belum menggunakan senjata aslimu."

Natsuya tertawa santai. "Benar. Karena aku harus menyimpannya untuk kejutan yang benar-benar layak, Agito. Kau harus selalu memiliki rencana cadangan, bukan?" Ia menyentuh anting kayunya, mata berbinar di bawah sinar matahari Niflheim yang langka, meninggalkan Agito yang mendengus, kembali serius, namun diam-diam menghargai tantangan yang membuatnya sedikit terhibur.

Sore harinya, setelah sesi latihan dan tantangan yang ketat, Natsuya dan Agito kembali ke markas mereka di sebuah benteng kuno yang tersembunyi. Natsuya sedang berkonsentrasi penuh pada misi yang jauh lebih penting daripada bandit atau latihan: mencari makanan ringan favorit Agito. Ia tahu Nina Yamada sering menyembunyikan kudapan khusus untuk Agito.

Natsuya mengendap-endap di dapur yang luas, yang biasanya sangat rapi. Agito berdiri diam di ambang pintu, tampak seperti patung penjaga yang suram.

"Kita di sini untuk 'operasi senyap' sejati, Agito," bisik Natsuya, mengintip ke dalam lemari kayu tua. "Nina menyembunyikan kue beras manis dari Elfgard di suatu tempat. Ini adalah kejutan yang sangat kubutuhkan setelah seharian penuh dengan kejutan elegan."

Agito, meskipun tidak suka dengan operasi yang tidak melibatkan kekerasan, tidak bisa menyembunyikan minatnya pada kue beras itu. "Cepat. Jika Nina menemukan kita, dia akan menyegel sisanya dari kekuatanku."

Natsuya terkekeh pelan. "Tenang, temanku. Aku ahli dalam presentasi, jadi aku akan mempresentasikannya sebagai 'Pemeriksaan Rutin Kualitas Makanan Markas'. Kau bertugas sebagai 'Pengamat Kepatuhan Standar Kebersihan'." Ia kemudian menunjuk ke deretan toples keramik yang rapi. "Aku yakin itu ada di toples yang paling mencolok. Nina suka mengelabui."

Agito menggeleng. Ia menggunakan pengamatan tajamnya sebagai ahli operasi senyap. "Tidak. Itu terlalu jelas. Dia tahu kau akan melihat yang paling menonjol. Dia akan menyembunyikannya di tempat yang paling membosankan dan terlindungi." Agito berjalan lurus menuju rak rempah-rempah yang kotor di sudut, tempat tumpukan karung goni bekas diletakkan.

Natsuya memiringkan kepalanya. "Karung goni bekas? Agito, kau sedang bercanda. Itu bukan tempat yang layak untuk kue Elfgard yang berharga."

Agito tidak menjawab. Ia hanya menggeser dua karung goni bekas. Di bawahnya, terdapat sebuah peti kayu kecil, tersembunyi dengan baik. Agito membukanya. Di dalamnya, terbungkus kain sutra bersih, adalah sekantong kue beras manis favoritnya.

Natsuya tertegun. Ia berjalan mendekat dengan kagum. "Luar biasa, Agito! Tangan kanan rahasia Nina benar-benar tahu semua persembunyian rahasia! Jelas, aku tidak bisa bersaing dengan presentasi 'Menemukan Harta Karun di Tumpukan Sampah' milikmu." Ia tersenyum, menyentuh anting kayunya. "Tapi kau harus berbagi. Itu adalah harga untuk 'presentasi' ini."

Agito mengeluarkan sekantong kecil itu. Ekspresi wajahnya yang serius sedikit melunak—hampir tidak terlihat. Ia memecah salah satu kue dan menyodorkannya ke Natsuya tanpa banyak bicara. "Ambil. Sekarang kita keluar sebelum aroma manis ini menarik perhatian."

Natsuya menerima kue itu dengan gembira.

"Itu dia! Kerjasama tim sejati. Aku ahli dalam panggung, kau ahli dalam bayangan. Aku membawa kejutan, kau membawa makanan ringan yang tersembunyi. Niflheim memang membutuhkan kita berdua, si elegan dan si suram!" Mereka meninggalkan dapur, Agito kembali serius saat berjalan, sementara Natsuya menikmati kuenya.

Dengan begitu, tugas hari itu selesai, tidak lagi dengan panah atau belati, melainkan dengan kue beras, menutup kisah tentang dua rekan yang sangat kontras namun tak terpisahkan di kota berkabut.

1
Fairuz
semangat kak jngan lupa mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!