NovelToon NovelToon
WHO¿

WHO¿

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Anak Genius / Identitas Tersembunyi / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:303
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Misteri kematian Revano yang tidak pernah meninggalkan jejak, membuat gadis penderita ASPD tertantang menguak kebenaran yang selama bertahun-tahun ditutupi sebagai kasus bunuh diri.

Samudra High School dan pertemuannya bersama Khalil, menyeret pria itu pada isi pikiran yang rumit. Perjalanan melawan ego, pergolakan batin, pertaruhan nyawa. Pada ruang gelap kebenaran, apakah penyamarannya akan terungkap sebelum misinya selesai?

Siapa dalang dibalik kematian Revano, pantaskah seseorang mencurigai satu sama lain atas tuduhan tidak berdasar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Duapuluh

Aletha masih diam didepan piano milik Revano. Tentu masih dengan tatapannya yang dingin dan kosong itu. Cukup mendiskripsikan saat pikiran dan hatinya tidak sejalan. Maniknya melirik pada berkas yang tergeletak diatas meja. Napasnya melantun tak beraturan saat apa yang dia khawatirkan justru terjadi.

“Aletha dan Khalil, apa yang kalian lakukan?”

Aletha menyelipkan sebuah map usang yang dia temukan ke dalam jas sekolahnya. Membiarkan Khalil yang sedang berusaha membuat alibi yang masuk akal. Matanya membeku kaku ketika nama lengkap kakaknya tertera sempurna pada berkas itu. Tangannya yang sembari tadi memegang kunci bergetar. Berusaha kembali menguncinya tanpa suara apapun, seperti bagaimana tapak kakinya justru dibaca oleh Mahen, hanya karena sekali lagi, Khalil yang membersamainya.

“Kita cari laporan penelitian minggu lalu, Pak. Harusnya masih ada ya?”

Alibi yang sempurna. Khalil tahu banyak hal tentang dimaan dokumen yang tidak semua siswa tahu, termasuk dimana sisa laporan penelitian murid yang sudah tidak terpakai.

“Untuk apa mengeledah lemari itu?”

Khalil hanya diam, disusul tatapan dingin Aletha terarah pada Mahen. Memberikan umpatan batin yang ingin dia berikan detik itu juga, namun gadis itu hanya sanggup menghela napas. Untuk tidak membuat runyam suasana sore ini.

“Kuncinya tidak mau membukakannya untukku, jadi dimana laporannya?”

Mahen menghela napas sejenak, menatap kotak trasparan yang tergeletak tak jauh dari mereka.

Nama itu, Sean Ahmad.

Apa yang harus dia lakukan sekarang? Bahkan setelah menemukan bukti yang kongkrit, justru dia tidak tahu harus melakukan apa. Semua rencana yang ada dikepalanya seakan buyar begitu saja. Setiap rencana yang sudah dia tulis berantakan dalam semalam.

Panggilan yang sudah berjalan hampir setengah jam hanya dia diamkan, bahkan setelah sang lawan bicara berusaha mengajaknya bicara berulang kali. Hanya ada suara napas Aletha yang bisa Khalil dengarkan.

Bagaimana dia memulainya? Bahkan kali ini rasanya sudah cukup sesak untuk bicara, Aletha kebingungan. Jika dia datang ke kantor polisi dengan bukti yang dia kumpulkan, itu sama saja dia menyerahkan diri karena kasus pemalsuan identitas, dia akan kembali di tangkap bahkan saat kasus ini belum dia tuntaskan. Gadis itu sudah bisa menjawab semuanya secara transparan. Bahkan jika ada highlight kenapa kasus sebesar ini justru di hilangkan dan banyak mulut bisu setelahnya.

Setetes air mata jatuh di mata kanannya. Tidak ada yang tahu tapi terkesan musik sendu menderu kehidupannya. Sementara Khalil yang ada disebrang masih diam dalam kesunyian. Menatap langit-langit kamar sambil menunggu hilal kapan gadis itu akan bicara. Pandangannya juga kosong, sama persis seperti Aletha. Hanya saja konflik yang berputar dipikiran mereka berbanding terbalik.

Rasanya, ide yang bisa dibilang tidak masuk akal ingin dia bicarakan dengan Khalil. Tapi seperti mulutnya membisu begitu saja, bahkan pada pria yang setiap hari selalu menolak rencana-rencana gilanya, dan tentu tetap dia lakukan karena Aletha juga tidak pernah meminta dirinya bergabung.

“Khal, semuanya berantakan”

Khalil menghela napas, kali ini suara yang keluar dari mulut Aletha terdengar berbeda. Dia bisa merasakan ada aura yang lebih gelap dari tatapan gadis itu saat pertama kali mereka saling bertemu. Pria itu beranjak, duduk di kursi belajarnya menatap foto yang tertempel di dinding. Gadis kaku dengan pria yang nyaman ada pada kecanggungan foto itu, tertempel dengan solatip bening.

“Gue harus apa ya?”

Khalil terkekeh, “Ini yakin nih, Athena Putri Sean tanya sama gue tentang jalan keluarnya? Biasanya juga lo selalu punya jawaban dari setiap pertanyaan”

Aletha menekan tuns piano, nada yang tidak berubah sejak awal gadis itu menyentuh piano milik Revano. Justru karena dia sudah menemukan semua buktinya, malah jadi semakin tidak dia tahu harus melakukan apa. Jika saja dia maju pasti akan jauh lebih berat karena dia harus berhadapan dengan keluarga Ahmad.

“Lo butuh situasi genting apa lagi supaya lo bisa kasih penilaian spontan? Lo bukan penulis yang harus duduk sendirian minum kopi di cafe buat nyari inspirasi tentang apa yang bakal lo lakukan lima tahun kedepan, kan?”

“Lima tahun ya?”

“Iya”

“Keluar dari penjara dan hidup normal”

Khalil mengerenyitkan dahinya. Kembali menatap wajah Aletha yang ada di dinding meja belajarnya dengan kebingungan. Kali ini apa lagi? Apakah pertanyaan dan pernyataan spontan yang selalu Khalil beri adalah sebuah hal genting bagi Aletha? Sampai dia juga selalu punya jawaban dari semua itu?

“Lo tuh sakit ya?”

“Kalo lo bisa buktiin semuanya, gue bisa keluar lebih cepet”

“Wah beneran gila nih anak”

Avrem hanya diam diambang pintu, mendengar bagaimana percakapan anaknya dengan Khalil yang terarah. Hanya sang lawan bicaranya saja yang belum menangkap maksudnya, atau Aletha memang lahir untuk berpikir lebih banyak dari Khalil.

Pria paruh baya itu masih menatap map berkas yang ada di meja, sama seperti yang sempat dia lihat tiga tahun yang lalu. Tidak berubah, hanya sedikit berbau barang lama.

“Al, lo perlu butuh ketemu sama gue nggak sih?”

Aletha kali ini menghela napas panjang sambil menatap layar ponselnya yang masih menyala. Membuat Khalil tertawa karena penolakan yang ketara. Sementara Avrem, dia selalu berharap hidup Aletha yang jauh dari kehidupan anak seusianya, tidak membawanya lebih jauh lagi.

“Enggak, gue aja yang butuh ketemu sama lo sih, kalo lo mau”

“Gerobak nasi goreng didepan komplek”

“Oke”

Gadis itu melirik ponselnya yang tiba-tiba mati. Sejenak menatap tuns piano sebelum beranjak dari tempat duduknya.

“Kalau butuh bantuan, Papah Mamah selalu punya banyak waktu untuk membantu”

Gadis itu meraih berkas yang belum sempat dia tutup. Sejenak mengabaikan suara dingin Avrem yang menggema ruang musik milik Revano. Jika dibilang ini adalah semua bukti, tentu Aletha belum setuju. Tapi ini adalah bukti utama saat beberapa kuncinya belum ditemukan.

“Biarkan seperti ini jika semua akan bertumbal ke kamu, lagi”

Kedua pasang mata mereka bertemu pada kesedihan. Avrem bisa merasakan, sisa air mata yang seperti disengaja untuk tidak keluar.

“Tapi, libatkan Papah dan Mamah jika kamu masih mau bergerak, Athena”

“Kalau sampai aku masuk kesana lagi, sekiranya aku bisa selesaikan semuanya dulu”

Avrem tersenyum. Selain keyakinan tentang kemustahilan yang selalu anak gadisnya buat. Dia juga percaya jiwa yang dibuat Tuhan untuknya memang terlalu lapang. Tidak pernah benar-benar mencerminkan keluarga Sach.

To Be Continue...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!