NovelToon NovelToon
Langit Yang Kedua

Langit Yang Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Romansa pedesaan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Janda / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Starry Light

Hagia terkejut bukan main karena dirinya tiba-tiba dilamar oleh seorang pria yang jauh lebih muda dari usianya. Sebagai seorang janda beranak satu yang baru di ceraikan oleh suaminya, Hagia tidak menyangka jika tetangganya sendiri, Biru, akan datang padanya dengan proposal pernikahan.

"Jika kamu menolakku hanya karena usiaku lebih muda darimu, aku tidak akan mundur." ucap Biru yakin. "Aku datang kesini karena aku ingin memperistri kamu, dan aku sadar dengan perbedaan usia kita." sambungnya.

Hagia menatap Biru dengan lembut, mencoba mempertimbangkan keputusan yang akan diambilnya. "Biru, pernikahan itu bukan tentang kamu dan aku." kata Hagia. "Tapi tentang keluarga juga, apa kamu yakin jika orang tuamu setuju jika kamu menikahi ku?" ucap Hagia lembut.

Di usianya yang sudah matang, seharusnya Hagia sudah hidup tenang menjadi seorang istri dan ibu. Namun statusnya sebagai seorang janda, membuatnya dihadapkan oleh lamaran pria muda yang dulu sering di asuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 02

Di sebuah pondok pesantren, seorang pria dengan celana hitam, kemeja putih dan peci hitam baru saja keluar dari salah satu kelas. Pria tampan dengan alis tebal itu sesekali menarik sudut bibirnya, membalas sapaan para santri yang di lewati sepanjang koridor kembali ke ruang kantor.

"Assalamualaikum, Gus Biru." sapa wanita cantik berhijab putih, pada pria yang tak lain adalah Biru.

"Walaikumsalam," balas Biru menunjukkan senyumnya yang menawan. "Baru selesai juga, Ning?" tanya Biru. Wanita itu mengangguk kecil sambil berjalan beriringan, karena tujuan mereka sama-sama ke kantor.

"Gus Biru nanti sore jadi pulang?" tanya Hilya. Ia adalah putri bungsu dari pemilik pesantren tempat Biru mengajar.

"Ning tahu dari mana?" Biru heran karena dirinya hanya berpamitan pada Abah Yai Khalid, ayah dari Hilya.

"Emmm, tadi Ning dengar waktu Abah ngobrol sama Mas Hanafi." bohong Hilya. Padahal gadis itu sengaja menguping saat tahu Biru mengunjungi rumah utama.

Biru mengangguk pelan. Karena setahu Biru, Abah Khalid memang akan meminta Hanafi untuk menggantikan dirinya selama Biru pulang kerumah orang tuanya.

"Gus," kata Hilya pelan, karena Biru tidak menjawab pertanyaannya.

"Ya, seperti yang sudah aku bilang sama Abah. Kalau di kampung, Abi juga baru membangun pesantren." jelas Biru menjeda kalimatnya. "Jadi, Mas gak bisa full ngajar di sini." sambung Biru.

Hilya terlihat murung mendengar itu, sebenarnya Hilya juga sudah tahu jika Biru tidak akan selalu ada di pesantren milik Abahnya. Karena sejak dua tahun yang lalu, ayah Biru juga mendirikan sebuah pondok pesantren, hanya saja Hilya masih berharap Biru akan menghabiskan lebih banyak waktu di pesantren Darul Hikmah ini.

Setelah membersihkan ruangannya, Biru kembali ke pondok asrama. Ya, setelah Biru menyelesaikan pendidikan di pesantren 8 tahun lalu. Biru memilih tetap berada di pesantren, sekaligus menjadi Ndalem, sambil kuliah dan memperdalam lagi ilmu agamanya.

Namun, karena dua tahun lalu Abinya juga membangun sebuah pesantren. Jadi Biru harus membagi waktunya untuk kesana kemari. Untung saja kuliah jenjang S2 nya juga sudah selesai tahun lalu, jadi Biru tidak begitu keteteran membagi waktu.

"Banyu, kamu jadi pulang?" tanya seorang pria seumuran Biru yang tiba-tiba masuk kamarnya.

"Ckk, walaikumsalam." decak Biru melirik kesal. Pria itu meringis sambil menggaruk kepalanya.

"Maaf lupa, assalamualaikum." ucapnya meskipun terlambat.

"Kebiasaan," ujar Biru sambil memasukkan pakaiannya kedalam ransel. "Ngapain kamu kesini?" tanya Biru.

"Kamu jadi pulang?"

"Menurutmu?" Biru mengeluarkan beberapa kemeja dan baju koko dari dalam lemari.

"Kapan kesini lagi?"

"Belum tahu," kata Biru kembali memasukkan bajunya dalam ransel.

"Ehh, kok pakaian di bawa semua?"

"Sepertinya aku akan lama di kampung." Biru menutup ranselnya. Temannya itu hanya beroh ria.

"Mitttt," seru Biru membuat temannya melotot.

"Hamid! Hamid! Hamid!" ralat temannya.

"H A M I D." bahkan dia mengeja namanya, membuat Biru terkekeh pelan.

"Lagian, siapa suruh kamu panggil aku Banyu." ujar Biru membalas temannya.

"Nama kamu kan memang ada Banyu nya." sahut Hamid tidak mau kalah. "Banyu Sagara Albiru Bachtiar, udah kayak restoran seafood aja tuh nama." cibir Hamid membuat Biru melempar bantal pada temannya.

"Nama kamu kan juga Hamid, apa salah nya kalau aku panggil Mittt, Mittt?"

"Salah!" Hamid tidak terima. "Karena nanti kalau orang gak tahu. Dikiranya nama aku demit! Sembarangan aja kamu." semprot Hamid.

"Ehh, ngomong-ngomong gimana hubungan kamu sama Hilya?" tanya Hamid kepo. Biru mengerutkan keningnya.

"Hubungan apa?" bingung Biru. Karena Biru memang tidak punya hubungan apapun dengan siapapun, Biru adalah pria single yang masih belum bisa move on.

Bukan move on dari mantan, lebih tepatnya move on dari cinta pertama yang tak tersampaikan. Hal itu membuat Biru masih enggan membuka hati, memilih menyibukkan diri dengan belajar dan belajar.

"Banyu, Banyu. Kamu itu tampan, pinter, kaya, tapi minus." Hamid menggelengkan kepalanya. "Minusnya kurang peka, eh salah bukan kurang. Tapi sangat teramat tidak peka," kata Hamid. Biru hanya diam.

"Apa sih yang kamu cari? Wanita mana yang kamu inginkan? Hilya itu cantik, pinter, sholehah, baik, lemah lembut, kurang apa coba?" geram Hamid.

Bahkan seluruh penghuni pesantren tahu jika Hilya menyukai Biru. Tapi pria itu malah bersikap cuek, tidak peka atau memang pura-pura saja. Biru bukan anak ABG lagi, dia sudah termasuk kategori pria dewasa mengingat usianya sudah 26 tahun.

"Hilya itu adikku," selalu saja itu yang Biru katakan. Seolah memang tidak ingin membalas perasaan Hilya.

"Hehhh, adik, adik. Adik apaan kayak gitu, memangnya Hilya mau jadi adik kamu?" sewot Hamid.

"Kamu kesini cuma mau ngajak aku ghibah?" kata Biru membuat Hamid tercengang. Memang meng-ghibahkan siapa? Disini Hamid hanya membicarakan Biru.

"Sembarangan kamu kalau...,"

"Mending kamu balik ke kamar mu atau ke kelas." Biru menarik Hamid keluar dari kamarnya. "Aku mau istirahat, assalamualaikum." Biru menutup pintu kamarnya.

"Dasar temen lucknuttt, walaikumsalam." ucap Hamid meskipun kesal. Pria itu akhirnya kembali ke area tempat belajar mengajar karena dirinya masih ada kelas.

Biru merebahkan tubuhnya diatas kasur kecil, tempat tidurnya memang sempit. Tapi sangat bersih dan rapi karena Biru rajin membersihkannya. Matanya menatap langit-langit kamar, pikirannya mengingat wanita yang berhasil memasuki hatinya.

"Kamu apa kabarnya, Mbak?" ucap Biru pelan.

Saat itu, Biru baru berusia sepuluh tahun. Namun ia merengek masuk dalam pesantren dengan sebuah misi. Yaitu belajar ilmu agama dengan baik, agar bisa menjadi suami yang baik dan sempurna untuk wanita yang di sukai ya.

Ya, Biru menyukai wanita itu sejak usianya sepuluh tahun. Sangat aneh bukan? Namun, selang sebelas tahun saat dirinya kembali dari pesantren, mendapatkan kenyataan jika wanita yang disukainya sudah menikah dengan pria lain.

"Astaghfirullahaladzim," ucap Biru langsung duduk dan mengusap kasar wajahnya. "Ingat Biru, kamu gak boleh memikirkan istri orang." ucap Biru mengingatkan dirinya sendiri.

Pria itu mendesah pelan dan menyandarkan tubuhnya di tembok. Sejujurnya, Biru ingin melupakan cinta pertamanya itu, tapi entah kenapa semakin berusaha melupakan malah semakin mengingat nya. Nama dan wajahnya semakin jelas menari-nari di pelupuk matanya.

"Maafkan aku ya Allah, aku gak bermaksud. Tapi...," Biru akhirnya beranjak turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi mengambil wudhu.

"Lebih baik aku membaca Al-Qur'an dari pada terus menerus memikirkan istri orang." kata Biru sambil mengelap wajahnya dengan handuk kecil. Kemudian biru mengambil sebuah Al-Qur'an kecil yang ada diatas meja dan mulai membaca deretan ayat-ayat suci itu dengan suara merdunya.

*

*

*

*

*

TBC

Maaf ya, kalau ada kalimat atau kata yang tidak tepat. Karena author juga masih harus banyak belajar. Sebagai informasi, ini bukan murni novel religi ya, hanya bertema religi. Karena ilmu author belum sampai kalau harus menulis novel religi.

Mohon bantu koreksi, kritik dan saran terbuka lebar yaaa...

1
Chelsea Aulia
Biru bodoh ,,,jangan menikahinya insting seorang wanita itu kuat biru
Vanni Sr
hrusnya yg tau biru nikah siri sm rubah betina , org tua ny dulu. biar mereka jd tameng untk bela hagia
Vanni Sr
tp jujur aja yg tidak d bnerakn sifat dn sikah si halya dn umi ny apa lg. dlingkungn pesantren gtu, pasti hlya.bkal ngelakuin hal nekat lgi dn umk ny mendukung. 1lg bu salma hrus tau gmn gila ny hilya
Vanni Sr
masa iya hagia d buat sakit 2x?? bkn kwjibn biru jg unk peduli sm hagia kalau tindkn ny buat wanita lain sakit hati.
Aryati Ningsih
semangat Thor ..lanjut terus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!