NovelToon NovelToon
Takdir Sang Penakluk Hati

Takdir Sang Penakluk Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:533
Nilai: 5
Nama Author: Nocturne_Ink

Lin Chen hanyalah siswa biasa yang ingin hidup tenang di Akademi S-Kelas di Tiongkok. Namun, kedatangan Wei Zhiling, teman masa kecilnya yang cantik dan pewaris keluarga terkenal, membuat hidupnya kacau. Meskipun berusaha menghindar, Lin Chen malah menjadi pusat perhatian gadis-gadis berbakat di akademi. Bisakah ia menjalani kehidupan sekolah normal, atau takdirnya selalu membuatnya terjebak dalam situasi luar biasa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturne_Ink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 - Rayuan Yang Tak Mempan

“Fufufu! Lin Chen! Aku punya pacar baru!”

…Sekarang, buku apa ya yang sebaiknya ku rekomendasikan pada Presiden Qingya?

Sebagai siswa yang pernah tinggal di luar negeri, mungkin ia belum terlalu akrab dengan sastra Tiongkok. Kalau begitu, aku akan menyarankan karya-karya Lu Xun atau Lao She.

Secara pribadi, aku lebih suka Yu Dafu, tapi sepertinya Su Qingya tipe orang yang agak selektif.

“Ayo, Lin Chen! Cemburu, ya? Cemburu? Terbakar api asrama? Ayolah, ayolah!”

Aku menelusuri deretan rak buku, memperhatikan punggung-punggung buku yang berjajar rapi.

“Presiden, sudah pernah baca karya Penulis Lao She?”

“Eh?”

“Penulis Lao She. Rickshaw Boy, Teahouse…”

Presiden menggeleng cepat, tampak sedikit gugup. Rupanya pikirannya sedang melayang ke hal lain. Ternyata bahkan dia juga bisa begitu.

“Fufufu. Lin Chen, kau mengabaikanku. Apa rayuanku tidak mempan?”

Yah, coba kita minta pendapat pihak ketiga saja.

“Huang Meilin, kau sendiri bagaimana? Untuk sastra Tiongkok?”

“Eh?”

Huang Meilin menatapku, tampak terkejut. Sepertinya dia juga belum sepenuhnya sadar dari kebingungannya.

“U-uhm… mungkin A Madman’s Diary?”

“Ah, karya Lu Xun, ya. Sepertinya itu juga yang kupikirkan.”

“Kalau begitu, mungkin aku akan merekomendasikan The True Story of Ah Q—”

…tunggu dulu.

“Hei, Lin Chen! Sudah cukup!”

Seseorang menarik kerah bajuku dari belakang.

Ketika aku menoleh, kulihat si rambut pirang berkilau itu — si babi — berdiri di sana sambil mendengus kesal.

“Ada apa lagi? Kau masih di sini?”

“Tentu saja! Aku sudah memanggilmu sejak tadi, tahu!”

Aku bahkan tidak sadar.

Aku memang sudah terbiasa mengabaikan ocehan kosongnya, karena kalau setiap kali kudengar, hidupku tak akan tenang. Rasanya sudah jadi refleks untuk mematikan pendengaranku terhadap suara cempreng itu.

“Jadi, apa yang kau mau?”

“Aku bilang aku punya pacar!”

“Oh, begitu. Selamat, ya. Jangan lupa kirim undangan nikahmu.”

Baiklah, kembali ke Lu Xun. Bukunya seingatku di rak bagian tengah…

Namun sebelum aku sempat melangkah, kerah bajuku kembali ditarik kasar.

“Aku belum selesai bicara! Dengarkan baik-baik, karena aku tahu kau sebenarnya penasaran!”

Dengan suara keras, ia menghentakkan kaki di lantai — ritmis tapi sia-sia.

Aku akhirnya memilih untuk mendengarkan, sebelum dia benar-benar menjebol lantai perpustakaan.

“Hmph, akhirnya kau mau jujur juga.”

Si babi kemudian menarik tangan seorang anak laki-laki yang dibawanya.

Ia mengenakan seragam SMP, kulitnya putih pucat, tubuhnya ramping, dan rambut cokelatnya berkilau lembut. Sekilas, dia malah terlihat seperti gadis. Wajahnya bersih, halus, dan manis — tipe yang mudah disukai siapa pun.

“Namaku Bai Ruyan, siswa kelas tiga SMP,” ucapnya dengan senyum gugup.

Pipi merahnya semakin menonjol di wajahnya yang pucat.

Huang Meilin langsung berseru, “Bai Ruyan?! Itu, siswa spesial dari klub drama, kan?!”

“Kau mengenalnya?” Tanyaku.

“Tentu. Dia dapat beasiswa penuh dan pindah dari prefektur lain karena bakat aktingnya.”

Sebagai pengisi suara, tak heran Huang Meilin tahu banyak tentang dunia teater.

“Aku juga pernah dengar,” sahut Presiden Su Qingya. “Katanya, dia siswa istimewa pertama di departemen drama. Benar-benar pendatang baru yang menjanjikan.”

Kalau sampai Presiden tahu, berarti reputasinya memang besar. Sepertinya dia benar-benar berbakat.

“Itu benar!” Si babi menegakkan dagu dengan bangga.

“Bakat menjanjikan itu adalah pacarku!”

Ia menatap kami dengan senyum puas.

“Kemarin sepulang sekolah, dia mengajakku pacaran! Maaf ya, sudah membuat masa mudanya yang polos jadi bergejolak~☆ Tapi yah, itu semua karena pesonaku yang tak tertahankan! Iya kan, Bai Ruyan?”

“Y-ya… begitulah…,” jawab si anak itu dengan senyum kikuk. Ia tampak canggung.

Tapi… entah kenapa, ada sesuatu yang aneh.

Tatapan anak itu ke arahku, terlalu intens.

Ada semacam semangat aneh di balik matanya.

Mungkin dia waspada padaku, karena aku mantan teman masa kecil si babi ini.

Mungkin dia menganggapku saingan cinta.

“Bai Ruyan, ya?”

“I-iya!”

“Aku sudah tidak ada hubungan apa pun dengan dia. Aku orang asing baginya sekarang. Jadi, santai saja. Kuharap kau bahagia.”

Dia mengangguk pelan, wajahnya sedikit memerah.

Yah, memang tampangnya manis. Bahkan aku, yang tak tertarik pada pria sekalipun, bisa merasa sedikit canggung dibuatnya.

Sementara si babi, yang sama sekali tak manis itu, justru tertawa puas.

“Kuhuhuhuhu! Dasar Lin Chen, lebay banget! Kuharap kau dimakan dinosaurus di Jurassic Park! Shashashasha!”

...Tidak perlu komentar.

“Tapi tenang saja,” lanjutnya dengan gaya berlebihan. “Aku kan pengisi suara, jadi akan kujaga rahasia hubungan kami. Walau begitu, entah aku bisa menahan cinta membara ini atau tidak~ ah, Lin Chen~ sebaiknya kau lakukan sesuatu sebelum itu terjadi~ oke?”

Ia menatapku dari bawah dengan ekspresi menggoda.

“...Oke?” katanya sekali lagi.

Aku hanya bisa menatapnya datar. Apa sih yang kau mau, sebenarnya?

“Yah, kalau begitu aku pulang dulu! Tapi aku bakal balik lagi!”

“Tak perlu,” gumamku.

“Ayo, Bai Ruyan!”

“Y-ya, Wei Zhiling!”

Anak itu buru-buru mengikuti langkahnya yang bersemangat.

Namun sebelum benar-benar keluar ruangan, ia tiba-tiba berhenti, lalu menoleh ke arahku.

“U-uhm, Senior Lin. Apa kau… tidak ingat aku?”

“Hmm? Maksudmu?”

“Aku… aku…”

Dia tampak ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian menutup mulutnya.

Dari luar, terdengar suara si babi, “Ayo cepat, Bai Ruyan!”

Ia menunduk, bahunya turun lemas.

“Kalau begitu… permisi.”

Dia menunduk sopan, lalu keluar ruangan.

Huang Meilin menatap pintu yang tertutup itu dengan ekspresi kosong.

“Apa sih sebenarnya yang mereka lakukan di sini?”

Presiden Su Qingya ikut menatap ke arah pintu.

“Anak itu bertingkah aneh. Kau mengenalnya, Lin Chen?”

“Tidak. Aku bahkan belum pernah bertemu dengannya.”

Dan kalau aku pernah bertemu anak laki-laki semanis itu, aku yakin aku tidak akan lupa.

[BERSAMBUNG]

1
🟡⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ 【≛PATRICK>⃟🌐】
Hati-hati kalo keseringan pake "—" di kira AI/Blackmoon//Pray/
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Yups. Sering banget di ingetin begini. Memang lebih baik menggunakan tanda baca seperti (.) (,) (:) (;)
total 1 replies
🟡⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ 【≛PATRICK>⃟🌐】
Nak bikin novel juga, tapi mager banget pas nulis/Scream/
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Penyakit itu mah klo mager 🙂‍↔️
total 5 replies
my story
betul tuh,harta mu harta ku,uang mu uang ku ibaratnya kan gitu
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Salah dong kak. Kan mereka hanya sebatas teman masa kecil aja. Bukan pasangan juga mereka.
total 1 replies
my story
lah baru aja baca udah ada kata aku benci🤣🤣🤭
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Aseekk, ada dua orang yang bilang begitu 🤣🤣
total 1 replies
𝗔𝗹𝘄𝗮𝘆𝘀 𝗬𝗼𝘂'𝗛 <𝟯
my kisah/Doge/
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Sama-sama kak. Mari semangat 💪
total 9 replies
☕︎⃝❥ Anul (PPSRS)
mau dirundungkah?
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Mencoba percaya diri uy
total 1 replies
☕︎⃝❥ Anul (PPSRS)
maksa kau dekkk😡
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Namanya juga cewek 🤭
total 1 replies
☕︎⃝❥ Anul (PPSRS)
baru masuk dah saling benci ga tuh🗿
𝓝𝓸𝓬𝓽𝓾𝓻𝓷𝓮 𝓘𝓷𝓴: Tau mahkluk bernama cewek? Kalau tau pasti ngerti 👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!