Zidane Alvaro Mahesa adalah pewaris ketiga dari kelurga terkaya di Asia Tenggara Reno Mahesa, yang menempuh pendidikan di Inggris. Pria tampan dan cerdas ini telah salah pergaulan hingga berakhir menyedihkan. Demi mendapatkan hukuman dari sang Daddy, Zidane di asingkan untuk mendapatkan pelajaran.
Hidup tanpa keluarga dan tidak memiliki aset apapun membuat Zidane merasa sendiri. Hingga ia bertemu dengan sekelompok genk yang menjerumuskan dirinya semakin dalam dan menuju jalan kematian.
Zidane harus menjalani hidupnya penuh kesialan, tuduhan atas pembunuhan dan pemerkosaan seorang gadis telah membuatnya masuk kedalam jeruji besi. Berbagai siksaan dan intimidasi ia peroleh. Hukuman mati telah menanti, Namun Zidane tidak tinggal diam.
Berhasilkah sang pewaris membalas dendam pada orang-orang yang telah membuatnya menderita?
Yuk ikuti kisah selanjutnya, ada juga kisah-kisah romantis anak-anak Reno yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Refreshing ke Mall
Pagi itu dering ponsel berbunyi sangat intens. Zidan yang masih tertidur lelap akhirnya terbangun dengan raut wajah masih mengantuk.ia meraih benda pipih di samping bantal dan menggeser tombol warna hijau.
"Hallo..."
"Varro, nanti malam ada pesta party topeng yang di adakan di sebuah gedung sekolah."
"Hah?! Ini siapa?" tanyanya masih mode mengantuk
"Astaga, apa kamu sudah lupa dengan suara ku? Jam berapa semalam bersama Riska?"
Zidane menyipitkan matanya dan mengeja nama depan layar. "Aldo..."
"Sorry, aku tertidur pada jam empat subuh. Jadi masih mengantuk."
"Beneran, kalian berdua sampai jam empat subuh?"
"Sialan kau! kamu pikir aku tidak punya adab, mengobrol hingga jam empat subuh! Kami mengobrol hanya sampai jam sebelas malam di kafe, setelah itu aku mengantarkan Mariska pulang. Aku ngobrol dengan Victor hingga subuh."
"Kau menyelamatkan Mariska tepat waktu, dia sudah ceritakan semuanya pada ku."
"Apa kamu tahu, siapa yang menyuruh melukai Rizka?" tanya Zidan, ia bangun dari tidur dan bersandar pada dinding.
"Aku tidak tahu, setahu ku Rizka gadis pendiam dan tidak punya musuh?"
"Semoga tidak ada lagi yang menyakiti gadis baik itu."
"iya benar." sahut Aldo.
"Nanti malam aku jemput, di kampus ada acara party Bonbon. Semua harus datang dan memakai topeng mata."
"Kenapa acaranya meski di gedung kampus? Bagaimana bila anak-anak pada mabok, apa tidak jadi masalah nantinya."
"Kita ikuti saja acara mereka, Bonbon selalu ikuti kemauan Carlos dan teman-teman lainnya. Bila kita tidak datang, malah akan di bully oleh mereka."
"Oke, jam berapa kita berangkat."
"Jam tujuh aku sudah sampai ke tempat mu, sebelumnya aku jemput Rizka dulu."
"Baiklah."
Pada hari minggu, bengkel Victor tutup. Victor sedang berkunjung ke rumah kerabatnya yang sedang mengadakan pernikahan. Jadi hari ini Zidane benar-benar bebas. Ia berencana untuk pergi ke Mall, membeli berbagai perlengkapan untuk acara nanti malam. Kebetulan semalam ia sudah mendapatkan gajih pertama dari Victor. Jadi, Zidan berencana ingin mentraktir Mariska.
Siang itu dia sudah menghubungi Mariska dan akan menjemputnya di pertigaan jalan raya. Motor melaju dengan cepat menuju kota Kingston. Pada hari minggu perjalanan tidak macet, Zidane sudah sampai di pertigaan. Tak lama kemudian muncul Mariska dari sebuah taksi dan menghampiri Zidane.
"Zidane tumben sekali kamu ngajak aku ke mall."
"Sudah, ayo naik lah."
Mariska naik di belakang Zidane, motor melaju dengan cepat menuju Mall XX. Zidan memarkirkan motor di bawah basement. Mereka berdua melangkah ke lantai tujuh menggunakan lift. Zidan masuk kedalam sebuah restoran termahal yang berada di Mall dan memilih aneka makanan siap saji.
"Pesan saja apa yang kau inginkan." kata Zidane, seraya menyerahkan daftar menu di atas meja.
Mariska membuka katalog yang terdapat banyak aneka makanan olahan. Seketika bola matanya terbelalak.
"Ada apa? Kenapa kamu terkejut?" tanya Zidane yang hampir tertawa melihat ekspresi Rizka.
Wanita itu mencondongkan tubuhnya ke depan dan berbisik di telinga Zidane. "kamu tidak salah membawa aku ke sini? lihatlah harga-harga di sini setinggi langit."
"Harga udang tempura satu porsi 3 juta? Wiener Schnitzel dan Sauerbraten, mencapai harga lima juta untuk satu porsi."
Zidane hanya tersenyum tanpa berbicara.
"Milkshake juga mahal 500 ribu satu gelas.Gila.. Ini benar-benar gila. Lebih baik kita cari tempat yang lebih murah." cetus Rizka, ia langsung berdiri dan tidak mau menghabiskan uang Zidane yang hanya seorang montir.
Dengan cepat Zidane menarik tangan Rizka. "Kamu saja tidak perhitungan pada ku, membelikan motor yang harganya tidak lah murah. Sudah pasti kamu menghabiskan uang tabungan mu."
Wanita cantik lesung pipi itu menatap Zidane, ia hanya menggeleng cepat "Jangan berlebihan, simpan saja uang mu. Kamu pasti membutuhkan banyak uang untuk biaya kuliah."
Zidane terkekeh "Kamu tidak usah khawatir, biaya kuliah S2 ku sudah lunas sampai dua tahun kedepan. Daddy ku paling tepat membayar uang kuliah ku."
"Ayo duduk lah."
Mariska tidak menolak lagi, ia duduk kembali."
"Harga di restoran ini tidak seberapa, di bandingkan di restauran tempat lain. Saat aku bersama Felicia. Bahkan dia memesan harga di atas harga disini. Kami berdua bisa menghabiskan 40-50 juta sekali makan."
Bola mata Rizka terbelalak "Pantas saja Alvaro begitu royal pada Felly, semua barang-barangnya berharga fantastis. Belum lagi perhiasan yang di belikan oleh Varro. Apakah Alvaro begitu mencintai Felly?" gumam nya dalam hati.
Mengingat betapa dulu Felicia di cintai oleh pria tampan dan kaya-raya, memberikan semua kemewahan padanya. Namun Felicia meninggalkan Zidane di saat pria itu sedang terpuruk. Dulu Zidane sangat berbeda sikap padanya. Zidan selalu acuh tak acuh terhadap dirinya. Tetapi sekarang, mereka mulai akrab sebagai teman yang saling mendukung.
Zidane menjentikkan jarinya di depan Mariska "Hey, apa yang sedang kamu pikirkan?"
Rizka tersenyum tipis "Tidak ada."
"Kalau begitu, pesanlah makanan disini. Setelah itu kita cari pakaian untuk acara party nanti malam."
Mariska tidak dapat menolak kebaikan Zidane. Ia menikmati hidangan bersama, meskipun Rizka sedikit kikuk makan bersama pria yang sejak dulu sudah menjadi idolanya.
Selesai makan, Zidan membawa Mariska kesebuah galeri pakaian.
"Belilah sesuai dengan keinginan mu, kamu bebas memilih gaun yang kau sukai."
"Tidak Varro, aku tidak mau. Aku masih memiliki banyak gaun."
"Aku ingin kita Copeland, beli juga dengan topengnya."
Mariska masih terdiam, sungguh ia tidak ingin di belikan gaun oleh Zidane, karena dia bukanlah Felicia yang selalu memanfaatkan kebaikkan orang.
Melihat Mariska terdiam, membuat Zidane paham. "Izinkan aku membalas semua kebaikan mu, tolong jangan pernah tolak pemberian ku. Uang ini benar-benar hasil kerja keras ku sendiri."
Mariska menghela nafas pelan. Ada ketulusan dari ucapan pria macho di depannya "Baiklah, aku sangat menghargai pemberian mu Ayo kita pilih pakaian yang cocok untuk acara nanti malam.
Zidane begitu senang, mereka berdua masuk kedalam galery pakaian dengan antusias.
MANA NIH KOMEN NYA? MAKIN SEDIKIT 😉 YUKK IKUTI TERUS KELANJUTANNYA. JANGAN LUPA LIKE setelah membaca, BERIKAN VOTE, GIFT DAN SERTAKAN KOMENTAR KALIAN 😍
💜💜💜
Tapi kenapa berita yg sp ke Reno blm maksimal ttg nasib terberat yg sedang dihadapi zidan
Kasian kamu Zidan
Semoga kamu lekas terbebas dari kasus yg sdg menimpamu