NovelToon NovelToon
Dewa Ninja Lima Element

Dewa Ninja Lima Element

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Igun 51p17

menceritakan kisah seorang pemuda yang menjadi renkarnasi seorang lima dewa element.

pemuda itu di asuh oleh seorang tabib tua serta di latih cara bertarung yang hebat. bukan hanya sekedar jurus biasa. melainkan jurus yang di ajarkan adalah jurus dari ninja.

penasaran dengan kisahnya?, ayo kita ikuti perjalanan pemuda tersebut.!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Igun 51p17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 21

Di kedalaman hutan tersembunyi, berdirilah Perguruan Badai Neraka yang jarang di ketahui keberadaannya.

Pagi itu, sinar matahari menyusup malu malu menembus celah pepohonan, menerangi halaman luas tempat ratusan murid berbaris rapi.

Tubuh mereka kokoh, tangan menggenggam erat senjata senjata tajam yang siap terhunus kapan saja, seolah pertarungan sudah ada di depan mata, napas mereka teratur tapi penuh waspada.

Di depan barisan itu, berdirilah sosok yang tak tergoyahkan, Ki Saganda, sang ketua perguruan.

Matanya menyapu setiap wajah murid dan guru dengan tatapan tajam yang penuh arti. Ia menarik napas panjang, menahan genggaman di dadanya sejenak, lalu menghembuskannya dengan tegas, membelah keheningan pagi.

Huhhh..

"Aku yakin kalian sudah mengerti mengapa kalian aku kumpulkan di sini,” suaranya berat menggetarkan udara, mengundang kesunyian yang kian pekat.

Murid murid menahan napas, tak ada satu pun yang berani bersuara, raut wajah mereka menunggu dengan penuh rasa hormat dan ketegangan akan perkataan berikutnya dari sang ketua.

"Hari ini adalah hari keberangkatan kita ke Perguruan Jaya Abadi, kita akan menghancurkan perguruan itu sama seperti Perguruan Matahari" kata Ki Saganda tegas. Dengan sorot matanya yang tajam.

"Aku harap kalian mempersiapkan diri kalian, serta bertarung dengan semua kemampuan yang kalian miliki tanpa ada keraguan sama sekali" kata Ki Saganda lagi.

"Siap Ketua.." seru mereka serempak dengan sangat keras.

Ki Saganda tersenyum mendengar seruan murid murid dan guru pengajar, serta para anggota pendekar kuat yang ada disana.

Ia melihat semangat membara yang di tunjukkan oleh ratusan orang yang berdiri di depannya itu.

"Baiklah. Ayo kita berangkat sekarang, dan hancurkan Perguruan Jaya Abadi menjadi rata dengan tanah" kata Ki Saganda sembari membayangkan benda yang ingin ia dapatkan dari perang tersebut. Yaitu sebuah kotak misterius.

Pada hari itu juga, rombongan yang di bawah piminan Ki Saganda langsung berangkat menuju Perguruan Jaya Abadi yang ada di Kota Rasaujaya.

Mereka berlompatan di dalam hutan tersebut dengan rasa percaya diri. Perang di depan mata. Mungkin sebagian dari mereka masih takut dengan pertarungan nyata yang sebentar lagi akan mereka hadapi. Namun mereka tidak bisa melakukan apa apa. Melawan sang ketua sama saja dengan perang juga yang berakhir dengan kematian mereka.

Jarak yang cukup jauh membuat rombongan tersebut. Sampai di Kota Rasau Jaya pada sore hari. Namun untuk meminimalisir penglihatan penduduk kota. Rombongan itu memutuskan melewati jalan lain. Yaitu jalan yang sedikit sepi dan jauh dari keramaian. Selain itu, jalan yang sepi juga mempecepat mereka sampai di tempat tujuan.

Hingga, saat menjelang malam. Rombongan itu melihat perguruan Jaya Abadi dari kejauhan.

"Lihat . Target di depan mata. Persiapkan diri kalian untuk sebuah pertarungan!" kata Ki Saganda.

Saat jarak sudah dekat, Ki Saganda berteriak dengan sangat keras memberikan aba aba untuk menyerang.

"Hancurkan Perguruan Jaya Abadi.!" Teriak Ki Saganda keras agar di dengar oleh semua orang yang ia bawa.

Srenggg...

Semua orang langsung menarik senjata mereka. Setelah itu berteriak bersama. Lalu berlari ke depan sekuat tenaga

Hiaaaa....

Akan tetapi, saat langkah mereka belum sampai di depan pintu gerbang perguruan, tiba tiba terdengar desingan anak panah yang membelah udara. Panah itu melesat cepat, menembus tubuh beberapa dari mereka tanpa ampun. Tubuh tubuh itu mulai terjatuh satu per satu, cairan merah mengalir dan kekacauan pun pecah yang mengakibatkan kerugian bagi Perguruan Badai Neraka di awal peranf tersebut.

Ki Saganda menatap ngeri, dadanya membusung dengan marah.

"Tidak mungkin... mereka sudah tahu akan kedatangan kita," geramnya sambil menggenggam erat tongkatnya, matanya menyala penuh amarah dan kebingungan.

Sebenarnya, saat mereka melewati jalan sunyi itu, keberadaan mereka sudah diamati oleh seorang pemuda yang bernama Bayu Wirata.

Setelah bermeditasi di tepian hutan, Bayu Wirata tanpa sengaja melihat kedatangan mereka. Lalu ia menatap tajam ke arah kedatangan mereka sembari mencoba menerka tentang apa yang akan di lakukan oleh mereka itu. Hingga sesaat kemudian akhirnya ia merasa akan ada sesuatu yang akan terjadi, bibirnya bergumam pelan. "Jangan-jangan mereka berniat menyerang Perguruan Jaya Abadi."

Bayu Wirata menelan ludah, hatinya berat. Sebelumnya, ia enggan untuk mencampuri urusan mereka, apalagi setelah mendengar dan melihat bagaimana sikap para murid perguruan itu yang dilindungi sang ketua dari perguruqn tersebut. Rasa skeptis dan kecewa membuat Bayu menutup diri, tak ada niat dalam membantu mereka sama sekali.

Bayu Wirata memutar badannya hendak pergi dari tempat tersebut. Namun lagi lagi ia berhenti ketika teringat dengan sosok bayi yang pernah ia bawa.

"Bayi itu sama sekali tidak tahu apa apa, aku harus menyelamatkanya" kata Bayu Wirata yang memutuskan kembali ke Perguruan Jaya Abadi untuk memberitahu orang orang yang ada di sana.

Hupp...

Dalam satu kali hentakan kuat. Bayu Wirata langsung melesat dengan kecepatan tinggi. Ia tidak ingin membuang banyak waktu. Baginya ia harus terlebih dahulu sampai di Perguruan Jaya Abadi sebelum rombongan dari Perguruan Badai Neraka.

Beruntungnya pada saat itu, ia memang lebih dahulu sampai di Perguruan Jaya Abadi. Akan tetapi, ia sama sekali tidak melewati gerbang perguruan. Melainkan melompati pagar yang tinggi, lalu masuk ke dalam perguruan tanpa harus berhadapan dengan penjaga gerbang yang akan membuang banyak waktu.

Bammm..

Suara hentakan kaki terdengar saat kaki Bayu Wirata mendarat di halaman perguruan. Hingga membuat semua orang melihat ke arahnya.

Sikap waspada dan takut kembali mereka rasakan. Ketika melihat sosok pemuda yang sempat menghajar anggota mereka itu beberpaa jam yang lalu.

Bayu Wirata mengetahui tatapan banyak orang tersebut. Akan tetapi, ia sama sekali tidak memperdulikannya. Baginya ia harus cepat menemui sang ketua perguruan dan memberitahu situasi darurat saat ini.

Wussshh..

Bayu Wirata melesat menuju ke ruangan Ki Kurawa. hingga pada saar ini, ia sudah berada di depan ruangab tersebut

Tanpa menunggu izin siapapun, ia langsung membuka ruangan tersebut dengan paksa.

Brakkk..

Pintu terbuka membuat suara yang cukup berisik. Beberapa orang yang ada di dalam langsung berdiri menatap Bayu Wirata yang tiba tiba masuk membuka pintu.

Kebetulan pada saat itu, di dalam ruangan tersebut. Sedang di adakan sebuah pertemuan yang di hadiri beberapa guru pengajar dan juga Ki Kurawa.

"Jaga sikapmu anak muda, seharusnya kau mengetuk pintu terlebih dahulu" kata salah satu guru pengajar menegur Bayu Wirata.

"Maaf jika aku membuat kalian terusik. Namun jika aku lambat karena hanya mengetuk pintu. Kalian semua akan mati" sahut Bayu Wirata.

Semua orang yang ada di sana saling pandang. Dan mereka sama sekali tidak mengetahui apa maksud dari perkaraan dari Bayu Wirata tersebut.

"Apa maksudmu, apakah kau berniat membunuh kami?" Tanya salah satu dari mereka yang salah paham.

"Dasar bodoh" bentak Bayu Wirata yang membuat orang yang baru bicara itu terdiam.

"Aku sebenarnya tidak peduli dengan nyawa kalian, aku lebih peduli terhadap bayi yang aku bawa kesini, ia tidak tahu apa apa. Aku tidak ingin dia menjadi korban pertarungan yang akan kalian hadapi" kata Bayu Wirata yang membuat semua orang yang ada di buat kebingungan dengan apa yang di katakan oleh Bayu Wirata

Ki Kurawa yang duduk di dari tempat duduknya, tiba tiba berdiri tegak. Matanya menatap tajam ke arah Bayu Wirata, penuh rasa penasaran yang sulit disembunyikan.

"Apa maksudmu dengan pertarungan dan kematian kami?" suaranya berat, bergetar sedikit oleh kekhawatiran yang mulai merayapi hatinya.

Bayu Wirata menghela napas dalam dalam, mencoba merangkai kata sambil wajahnya mengeras.

"Aku melihat rombongan besar tadi... seolah sedang bersiap menyerang sebuah tempat. Dari gerak gerik mereka, aku curiga perguruan ini akan jadi target serangan mereka."

Suasana seketika berubah tegang. Semua orang saling bertukar pandang, tapi tak seorang pun berani memastikan dugaan itu benar.

Ki Kurawa mengerutkan kening, menatap Bayu lebih intens.

"Rombongan apa itu? Dan mengapa kau yakin mereka akan menyerang kita?" tanya Ki Kurawa ingin tahu.

Bayu Wirata menatap lantai sesaat sebelum menatap balik sosok Ki Kurawa.

"Mereka mengenakan pakaian yang sama seperti orang yang membunuh putrimu."

degghh..

Detak jantung Ki Kurawa seolah berhenti sesaat. Matanya melebar, bibirnya bergetar tipis.

"Perguruan... Badai Neraka," desisnya, napasnya tercekat oleh ketakutan yang mengintai dari dalam diri.

Sesaat matanya melihat semua orang yang ada di sana. Pada saat itu, ia mempercayai perkataan pemuda tersebut. Hal itu terjadi karena Ki Kurawa mengetahui jika target musuh memang perguruan mereka. Yang di sebabkan sebuah kotak misterius yang akhirnya di miliki oleh Bayu Wirata.

"Semuanya,, persiapkan diri kalian, apa yang di katakan pemuda ini memang benar adanya, Perguruan matahari juga sudah hancur oleh serangan dari Perguruan Badai Neraka. Dan targetnya sekarang adalah perguruan kita" kata Ki Kurawa menjelaskan sedikit situasinya.

Semua mata orang yang ada disana mendongak ke arah Kurawa, terkejut sekaligus bingung. mereka tidak menyangka jika Ki Kurawa bisa mebgatakan hal seperti itu, meskipun begitu, mereka semua tidak ada yang berani menyahuti sang ketua.

“Siapkan semua senjata kalian. Pedang, tombak, panah, atau apapun yang bisa jadi alat pertarungan. Waktu kita sangat sedikit,” suara Ki Kurawa bergetar, mencerminkan kegelisahan yang ia tahan rapat.

Satu per satu kepala mengangguk, gerakan yang penuh tekad tapi juga rasa cemas. Mereka bergegas keluar ruangan, bersemangat tapi dengan hati yang berat, menyebarkan perintah kepada para murid perguruan dan menyiapkan segala perakatan pertempuran seperti yang sudah di sebutkan oleh Ki Kurawa.

Setelah kepergian para guru pengajar dari ruangab itu. Kini, hanya tersisa Bayu Wirata dan Ki Kurawa, saling bertatapan dalam keheningan yang penuh arti.

“Aku harap kau tetap di sini. Bantu kami melawan Perguruan Badai Perkasa. Karena kau bagian dari ini semua,” bisik Kurawa, matanya penuh harap dan beban yang tak terucap.

"Benda yang menjadi incaran mereka ada padamu, jadi kau tidak bisa melarikan diri yang mengakibatkan banyak nyawa di perguruan ini" lanjut Ki Kurawa lagi.

Bayu Wirata mendengar apa yang di katakan oleh Ki Kurawa. Hal itu terdengar seperti seorang yang sedang meminta.

"Aku tahu apa yang akan aku lakukan, aku tidak seperti dirimu, yang mebiarkan murid muridmu bertindak layaknya golongan hitam." Sahut Bayu Wirata menyindir Ki Kurawa.

Ki Kurawa memang sedikit tersinggung dengan perkataan pemuda di depannya. Akan tetapi, ia tidak melawnnya karena ia juga menyadari jika semua itu memang kesalahannya sejak awal.

Ki Kurawa melangkah mantap menuju dinding kayu tua yang menghiasi ruangan itu. Tangannya meraih sebuah pedang besar yang tergantung dengan erat di sana, suara logam beradu perlahan tercium saat ia menariknya turun.

Pedang itu berat, tapi genggamannya tak goyah. Dengan tekad menyala di mata, ia berbalik dan mendekati Bayu Wirata kembali.

"Ayo, kita keluar," seru Ki Kurawa dengan suara tegas, "kita sambut kedatangan orang orang dari Perguruan Badai Neraka." lanjutnya lagi.

Bayu Wirata menatapnya dengan alis berkerut, penuh kekhawatiran. Matanya menelusuri lengan kanan Ki Kurawa yang masih diselimuti perban.

"Kau yakin mau bertarung dengan kondisi seperti ini?" tanya Bayu, suaranya pelan namun penuh perhatian.

Ki Kurawa berhenti sejenak, menarik napas dalam dalam sampai dadanya mengembang. Perlahan ia menghembuskannya, tanpa menoleh ke belakang, lalu ia menjawa dengan suara yang mantap, "Ini bukan soal yakin, Bayu. Ini soal kewajiban." Dia kemudian melangkah ke pintu, menyingkirkannya perlahan, seolah membuka gerbang takdir yang sudah lama menanti.

"Lawan kita memiliki sosok pendekar yang kuat, dia adalah Ki  Saganda, sosok ketua Perguruan Badai Neraka yang di kenal dengan kemampuan bertarung yang hebat" jawab Ki Kurawa matanya sudah menghadap ke arah halaman perguruan di mana pada saat itu, semua murid sudah bersiap dengan senjatanya masing masing.

"Tidak akan ada yang mampu menghadapinya selain aku" lanjut Ki Kurawa lagi, dengan melangkahkan kakinya menuju perkumpulan para murid perguruan.

Bayu Wirata hanya menganggukkan kepalanya. Lalu melangkahkan kakinya mengikuti langkah dari Ki Kurawa.

"Aku tahu kau tidak akan mampu, jadi biarkan aku yang akan melawan sosok pemimpin mereka" gumam Bayu Wiraya dalam hatinya.

Ki Kurawa melangkah pelan ke halaman perguruan. Di sana, ia sudah melihat para guru sedang sibuk membagi tugas dengan wajah serius, bersiap menghadapi pertarungan yang akan datang.

Para murid tampak terbagi dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama adalah para pemanah, yang sejak tadi sudah bersiap di dekat pagar perguruan, berdiri tegak di atas tumpukan kayu agar dapat mengawasi musuh dari kejauhan. Sementara itu, murid lain memegang senjata pedang, tombak, dan golok, bersiap untuk bertarung jarak dekat saat pertempuran di mulai. Baru saja persiapan selesai, seorang murid pengintai berlari cepat mendekat, wajahnya memerah dan napas tersengal. Dengan suara tegas ia berteriak, "Musuh telah datang!"

Seketika itu juga, semua guru dan murid merapat ke gerbang perguruan yang masih tertutup rapat. Mereka mengintip waspada dari celah celah gerbang, menahan napas, menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.

Benar saja, pada saat itu mereka melihat orang orang dari Perguruan Badai Perkasa yang sedang berlari ke arah mereka sambil membawa senjata.

"Mereka benar benar menyerang" gumam para guru pengajar.

Hingga saat jarak sudah dekat, salah satu guru pengajar langsung memberikan arahan untuk para murid perguruan untuk melesatkan anak panah mereka terlebih dahulu.

"Panah mereka..!" Teriak guru pengajar dengan lantang.

Para murid yang bersembunyi di balik pagar. Mendengar perintah dari sang guru. Dengan segera mereka berdiri melewati batas pagar, lalu melepaskan anak panah mereka ke arah depan.

Ratusan anak panah melesat menyerang puluhan murid murid dari Perguruan Badai Perkasa. Hingga membunuh sebagian dari mereka.

1
nts 03
no komen yg jelas keren banget
nts 03
keren/Good//Good//Good//Good/
nts 03
keren
igun 51p17
berikan bintang lima kalian sebagai penyemangat saya dalam berkarya.
Baby MinMin <3
Baper abis. 😢❤️
Claudia - creepy
Hats off untuk authornya, karya original dan kreatif!
Zuzaki Noroga
Kece banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!