Yura yang terjerat masalah terpaksa meninggalkan Hanan suaminya dan putri yang baru dilahirkannya, agar mereka tetap hidup karena kritis dirumah sakit akibat kecelakaan. Hanya keluarga suaminya yang memiliki uang yang bisa membantunya dengan satu syarat menyakitkan!
Lima tahun kemudian, Yura dipertemukan dengan anak yang dilahirkan, dibawa sebagai pengasuh oleh istri baru Hanan. Dengan kebencian dari keluarga Maheswari serta pria yang di cintai, mampukan Yura bertahan demi anaknya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26.
"Kau pikir kau bisa melindungi Aura? Dia cucuku, anak dari putraku! Jangan ikut campur urusan keluargaku! Dari kecil, saya yang merawat Aura! Karena dia sudah membuat kesalahan dan membuatku rugi, dia harus dihukum!" Eva menatap dengan tajam dan menantang.
Yura menganggukkan kepalanya. Ia tau kalau dari bayi Aura bersama keluarga Maheswari, tapi karena apa sebabnya? Karena keegoisan Eva sendiri yang memisahkan seorang ibu dari anaknya, kalau tau Aura akan diperlakukan seperti ini, Yura akan membawa Aura kabur saat itu.
"Saya bisa melindungi Aura! Saya punya hak untuk melindungi Aura! Hanya karena uang, bu Eva sampai hilang hati untuk anak sekecil ini! Dimana hati nurani bu Eva?" Balas Yura dengan berani.
"Kau!!!" Eva sangat geram mendengar Yura yang terus melawannya. Sejak kapan gadis lemah seperti Yura berubah tegas dan bisa membantahnya seperti itu. "Kau pikir kau siapa berani menantangku, hah? Apa kau lupa, kau hanya pengasuhnya Aura! Hanya pengasuh!" Eva menegaskan status Yura sekarang dengan sangat tegas bahwa Yura hanyalah seorang pengasuh untuk Aura, bukan sebagai ibu kandungnya. "Jangan ikut campur caraku mendidik Aura! Jangan pernah ikut campur atau..."
"Atau apa bu?" Yura memotong ancaman wanita tua itu, "Atau bu Eva akan memecat saya? Atau akan membuat hidup saya menderita seperti semula? Saya tidak takut lagi ancaman bu Eva! Dengan nyawa saya, saya akan melindungi Aura! Saya akan melindungi anak kandung saya!" Yura menekankan kalimatnya. Dia belum selesai, Yura kembali melanjutkan. "Kalau bu Eva berani bertindak seperti tadi kepada anak saya, saya tidak akan segan-segan, mengungkapkan ke pak Hanan, apa yang bu Eva lakukan kepada saya dan pak Hanan lima tahun yang lalu!"
Seorang Yura Anastasya yang dulu hanyalah wanita lemah dan penurut, yang bisa Eva tindas dengan mudah, kini bisa bicara dengan tegas, bahkan mengancamnya dengan sangat berani.
Eva mengepalkan tangannya, "Berani sekali kau mengancamku!" Bentak Eva.
"Saya akan melawan kepada siapapun yang menyakiti Aura! Kita pergi sayang..." Yura berbisik lalu melangkah pergi meninggalkan Eva.
"Kau mau membawa Aura kemana? Kembalikan Aura!" Eva berteriak namun Yura tidak berhenti dan menggubris ucapannya. "Dasar wanita miskin!"
Dua pelayan yang masih berdiri dibelakang pintu kaca syok melihat keberanian Yura melawan Nyonya Eva. Tapi sayangnya mereka tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Eva maupun Yura.
"Yura berani sekali ya bi, menentang keputusan Nenek lampir itu!" Bisik Ika.
"Yura memang pemberani, pantas saja Nona kecil menyayanginya karena dia bisa melindunginya!"
Bibi Amy menganggukkan kepalanya, satu rahasia yang tidak diketahui dua pelayan itu namun hanya bibi Amy yang tau kalau sebenarnya Yura adalah ibu kandungnya Aura.
Bibi Amy tidak sengaja mendengar saat pertama kali Nyonya Eva datang lalu mengusir Yura. Bibi Amy saat itu membersihkan halaman samping rumah dan tidak sengaja mendengar keributan, bukannya lancang, ia hanya penasaran siapa yang berdebat dirumah majikannya.
Dan dengan sangat jelas, bibi Amy mendengar bahwa Yura ibu kandungnya Aura yang meninggal. Berarti selama ini, ibu kandungnya Aura masih hidup. Tapi Bibi Amy tidak mau ikut campur masalah keluarga mereka.
.....
"Jangan menangis terus sayang. Sekarang sudah aman, ada bibi yang akan melindungi Anak cantik ini!" Ucap Yura sambil mengusap rambut Aura yang masih menyembunyikan wajahnya di dadanya.
Aura menganggukkan kepalanya dengan pelan, dia baru berani menampakkan wajah sembabnya, hati Yura sangat sakit melihat putrinya seperti itu.
"Bibi Yura, terima kasih..." Suara Aura masih tersenggal, kedua tangannya mengalun dileher Yura.
"Tidak perlu berterima kasih, sayang. Ini kan sudah jadi tugas bibi melindungi Nona Aura!" Jawab Yura dengan senyum lebar. Aura menganggukkan kepalanya, dia masih sangat syok atas kejadian tadi, dan Yura tau itu. "Sekarang, kita jalan-jalan supaya Aura happy lagi..."
"Kaki Aura sakit, bibi!" keluh gadis kecil itu.
Yura mengerutkan keningnya, "Sakit?" Dia tidak tau kalau kaki Aura terkena pecahan cangkir tadi. Dalam kondisi berdiri sambil berjalan di trotoar, Yura tidak bisa melihat kaki Aura. "Turun dulu ya, bibi mau lihat kaki kamu!"
Aura diturunkan disebuah kursi dipinggir jalan, gadis itu duduk lalu Yura berjongkok melihat kaki Aura. "Kok bisa berdarah?"
"Tadi, Aura tidak sengaja pecahin cangkir baru oma. Pecahannya, kena kaki!"
Sampai segitunya Eva tidak perduli kondisi Aura, yang dipentingkan hanyalah sebuah barang yang bernilai uang. Bagaimana kalau ternyata lukanya dalam, apa Eva tidak memikirkan itu?
Yura tidak habis fikir kepada wanita tua itu, yang ada dikepalanya hanyalah harta, tahta, dan keselamatan orang lain itu tidak penting.
"Paman baik!" Tiba-tiba saja Aura tersenyum melihat sosok pria dibelakang Yura.
Yura hendak berdiri dan menoleh, namun tiba-tiba dia terkejut kala Nicko sudah berdiri dibelakangnya.
Dengan gerakan secepat kilat, Nicko meraih pinggang Yura dengan satu tangan lalu membawanya mendekat. Yura sungguh syok, tiba-tiba saja pria itu muncul dan mengagetkannya. "Sejak dulu aku memang tampan, Yura! Kau sampai tidak berkedip!" Tegur Nicko sok percaya diri.
Seketika Yura tersadar, dia menggeleng-gelengkan kepalanya lalu melepaskan tangan Nicko dan mundur. "Apaan sih!" Gerutu Yura.
Aura tertawa melihat bibinya yang seperti salah tingkah. "Cie cie... Bibi Yura suka ya, sama paman tampan?" Ledek Aura.
Yura menoleh, dia menggeleng-gelengkan kepala dengan cepat. Namun hatinya lega melihat senyum dan tawa yang menghiasi wajah cantik itu. "Nggak sayang! Kamu hanya salah paham!" Jawab Yura.
Nicko diam sambil menahan senyumnya, ekspresi wajah Yura terlihat begitu lucu. "Kenapa kalian ada disini?" Tanya Nicko.
"Hanya sedang jalan-jalan saja. Tiba-tiba Aura mengeluh katanya kakinya sakit, pas aku cek ternyata memang berdarah!" Jawab Yura.
Nicko menunduk melihat kaki Aura, pria itu lalu berjongkok meraih satu kaki kecil itu untuk mengecek lukanya seperti apa. "Sebaiknya kerumah sakit sekarang!" Nicko menatap gadis kecil itu sembari mengedipkan sebelah matanya.
Aura mengerti, ia langsung mengangguk dengan cepat. Tangannya tiba-tiba merangkul leher Nicko lalu pria itu berdiri dengan Aura digendongannya. "Bibi Yura, aku mau kerumah sakit diantar paman tampan!" Pinta Aura.
"Sama bibi saja Sayang! Nanti kalau papa tau, papa bisa marah!" Balas Yura.
Namun Aura tidak perduli, ia tetap memeluk leher Nicko dengan erat. "Kalau bibi Yura tidak mau, paman saja yang antar aku. Kalau kelamaan nunggu bibi Yura, nanti kakiku bisa infeksi, terus bagaimana kalau dipotong? Aura tidak mau...Ayo paman!"
Nicko menganggukkan kepalanya dengan patuh. "Ya, baiklah gadis kecil! Yura, kau pulang saja kalau tidak mau ikut. Nanti urusan Hanan biarkan sama aku!" Nicko lalu berjalan pergi.
Yura melongo, kenapa jadi seperti ini? Harusnya kan Aura memilihnya, kenapa jadi pilih Nicko yang baru dikenal. Tidak mungkin juga Yura membiarkan Aura dibawa Nicko, yang ada Hanan akan marah besar!
haissh dasar si nenek peott 😤
mantep gendhis mertua seperti eva itu harus tegas terlalu sombong harus sgra di basmi..
emang hanan punya adik cewek ya thor maaf aku juga lupa 🤭😅