Apa jadinya jika mika seorang remaja 17 tahun masuk ke dalam tubuh ratu di masalalu , ratu yang di musuhi oleh seluruh penghuni istana karena tak bisa memberikan keturunan pada sang raja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rica Ricu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi bersama Eric
Anya tengah menyantap makan paginya saat Alaric datang dan membawa setangkai bunga mawar merah di tangannya.
"Selamat pagi" Sapanya.
"Aku sedang makan" Jawabnya acuh.
"Ya aku tahu, apa kau tak ingin tahu apa aku sudah makan atau belum"
"Kau pasti sudah makan kan? menghadapi drama di tempat ini butuh banyak tenaga, Tidak mungkin kau lambat makan" Sindirnya.
"Anya maafkan aku"
"Aku sedang makan tolong jangan merusak pagiku, dan buang saja bunga itu ,aku tidak suka" Katanya.
Bukannya menuruti permintaan Anya, Alaric justru meletakkan bunga tersebut pada meja kecil milik sang ratu, kemudian ia berjalan mendekati Anya di tempatnya.
"Bagaimana tidurmu?"
Anya memutar bola matanya jengah, ia tahu Alaric hanya merasa bersalah saja, namun ada sedikit perasaan senang di hatinya, setidaknya Alaric memiliki sedikit penyesalan akan perlakuannya yang tidak menyenangkan.
"Tidak baik, bagaimana aku bisa tidur nyenyak sementara orang orang disini menggunjingku habis habisan" Sarkasnya.
"Maafkan aku, mereka punya pemikiran masing masing, aku tak bisa membatasinya" Kata Alaric, Alaric mendudukkan dirinya didepan Anya , memperhatikan bagaimana wanita itu menyantap makanannya dengan tidak santai.
"Aku akan pergi ke desa seberang dan pulang malam, bisakah kau menungguku? aku ingin tidur denganmu"
Anya memicing tak suka dengan ucapan Alaric , "Hei tuan, kau ingin wanita ular itu semakin membenciku ya? pergi saja dan tidur dengannya, lagipula kan dia sedang hamil" Cibirnya.
Alaric termenung dengan ucapan Anya, sebenarnya apa yang dikatakan Anya ada benarnya, tapi perasaannya terus mendorong dirinya untuk selalu berdekatan dengan Anya, walaupun wanita ini aneh tapi Alaric sangat menyukainya.
"Aku akan meminta izin Viviene, kau tenang saja"
"Terserah kau saja" Jawab Anya acuh.
"Baiklah, aku pergi dulu" Alaric mulai kembali berdiri , menatap Anya yang sedang makan dengan lahap beberapa saat lalu berbalik keluar ruangan kemudian.
"Dia bilang akan pulang malam kan? Itu berarti aku bisa pergi dengan pangeran Eric hari ini" Gumam Anya.
Anya dengan cepat melahap semua makanannya dan akan menemui Eric nanti.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Yang mulia"
"Yang mulia?" Levi dan Mia memanggil Anya bersahutan, ratunya itu tiba tiba saja pergi dan berjalan cepat entah kemana tujuannya.
"Ini ruangan pangeran Eric kan?" Tanyanya memastikan.
"Benar yang mulia, tapi ada apa?"
"Kalian ikut saja" Anya mulai mengetuk pintu kayu kamar Eric.
Pintu itu bergeser dan langsung menampilkan Eric.
"Yang mulia, apa yang kau lakukan?" Tanya Eric.
"Kita bisa pergi sekarang, alaric-- maksudku raja akan pulang malam" Ungkapnya.
Eric tersenyum lebar sebelum mengangguk menyetujui ajakan Anya "Baik yang mulia"
"Yang mulia, mau kemana?" Bisik Mia.
"Aku akan pergi keluar istana dengan pangeran"
Hal itu membuat Mia dan Levi membelalak kaget, itu adalah kabar buruk bagi mereka.
"Yang mulia jangan! Jika raja tau dia akan marah" Ujar Mia takut takut.
Eric yang mendengar hal itu menautkan alisnya tak suka, rupanya kedua pelayan wanita ini mencoba menghalangi Anya.
"Aku akan membawa panglima Josh" Kata eric
Mendengar hal itu Levi dan Mia berpandangan dengan raut wajah bahagia, panglima yang terkenal tampan itu akan ikut perjalanan ratu?
"Kami ikut!" Seru keduanya.
...****************...
"Panglima kenapa kau membawa senjata mu kemana mana?" Mia bertanya malu malu pada pria tinggi di sampingnya.
"Kau ini bagaimana?! Panglima kan harus menjaga raja dan pangeran! dasar!" Omel Levi pada temannya, setelah memarahi Mia Levi kembali bersikap sok manis didepan Josh.
Anya memicing jijik melihat bagaimana kedua pelayannya tampak sama sama menyukai pria bernama lengkap Joshua itu.
"Semua wanita sama saja, mereka seperti ulat bulu" Gumam Anya.
Eric terkekeh ringan mendengar gerutuan Anya, "Kenapa ulat bulu yang mulia?"
"Kau tau kan ulat bulu itu gatal, dan begitulah mereka" Anya menunjuk Mia dan Levi bergantian.
Anya tampak berjalan mendekati Josh dan kedua pelayannya.
"Hai aku Anya!" Anya melambai pada Josh.
"Yang mulia aku tau, semua orang disini mengenalmu" Balas josh sopan.
"Aku hanya takut kalian lupa karena kedatangan ratu ular itu" Kata Anya.
Josh tampak melirik Eric dengan tawa yang tertahan mendengar Anya menyebut Viviene sebagai ratu ular.
"Ngomong Ngomong kau suka bintang ya?" Tanya Anya basa basi.
"Bintang?" Tanya Josh kebingungan.
"Aku melihat ukiran tanda bintang di senjatamu, kupikir kau suka bintang"
"Ahh ini, ya aku suka , aku sengaja mengukirnya agar tak tertukar dengan milik orang lain" Balas Josh.
"Ohh begitu, selain tampan kau juga rajin ya rupanya" Puji Anya.
Joshua tampak tersenyum dengan kepala yang menunduk malu karena Anya memujinya, sementara di belakang sana Eric menatap momen itu tak suka
"Baiklah sudah cukup" Eric menarik Anya kebelakang perlahan untuk menjauhi Josh, Josh tentu tau Eric sedang merasa cemburu sekarang.
"Kita harus cepat pergi yang mulia" Kata Eric.
"Oh baiklah ayo!" Ajaknya.
"Apa yang sedang mereka lakukan?" Viviene yang tak sengaja melihat Anya dan juga beberapa orang lainnya bertanya penasaran.
"Kami juga tidak tau nona, sepertinya yang mulia ratu akan pergi ke luar" Jawab salah satu pelayannya.
"Pergi keluar? Dengan pangeran Eric?" Tanya Viviene seolah tak percaya.
"Sepertinya begitu"
Viviene tampak Tersenyum licik, ia menemukan satu cara lagi untuk membuat Anya dan Alaric bertengkar.
"Bukankah yang mulia raja akan marah jika tau tentang ini?" Kekeh Viviene.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Yang mulia ratu! Aku sungguh terhormat bisa menyambutmu di tempatku yang kecil ini" Seruan wanita tua itu menyapa Anya penuh hormat.
"Halo nenek, tidak perlu terlalu formal, aku sangat suka tempat ini" Kata Anya.
Saat berjalan kaki tadi Anya tak henti memuji pemandangan yang mereka lewati, hingga berakhir pada tempat sejuk ini, didekat sungai dan pepohonan yang tumbuh subur , nenek ros begitulah eric menyebutnya, wanita itu tinggal di rumah bambu yang lumayan kecil.
"Masuklah yang mulia ratu, masuklah pangeran!" Ajak nenek ros.
"Kalian bertiga tunggu disini, aku akan masuk dengan yang mulia ratu" Ujar eric pada Josh dan kedua pelayan Anya, keduanya mulai masuk bersamaan.
"Yang mulia kau mengeluhkan tentang perutmu?" Tanya nenek ros.
"Benar ,tapi tidak sakit hanya ... Tak bisa hamil" Sendunya.
"Yang mulia izinkan aku memeriksa mu" Ujar nenek ros.
wanita itu mulai meraba perut Anya pelan dan sesekali menekannya, bahkan Anya di minta berbaring dan memeriksanya kemudian ...
"Seharusnya semua baik baik saja, perutmu baik baik saja yang mulia, mungkin sebentar lagi kau akan hamil" Ucap nenek ros.
"Benarkah?"
"Aku mendoakan yang terbaik untukmu yang mulia"
"Terimakasih nenek ros"
Wanita tua itu mengangguk ramah kemudian menatap Eric yang sedang sedang mengagumi Anya,
"Yang mulia raja dan pangeran dulu hanya selisih 2 hari saja, setelah amber melahirkan Eric kemudian yang mulia ratu Sofya melahirkan Alaric " Ungkapnya.
Anya mengangguk antusias mendengar cerita nenek ros , siapa tau dengan itu ia dapat mengenal Eric dengan Alaric semakin baik.