NovelToon NovelToon
Salah Baca Mantra

Salah Baca Mantra

Status: tamat
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Menikah dengan Musuhku / Preman / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:91.6k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Dyah Galuh Pitaloka yang sering dipanggil Galuh, tanpa sengaja menemukan sebuah buku mantra kuno di perpustakaan sekolah. Dia dan kedua temannya yang bernama Rian dan Dewa mengamalkan bacaan mantra itu untuk memikat hati orang yang mereka sukai dan tolak bala untuk orang yang mereka benci.

Namun, kejadian tak terduga dilakukan oleh Galuh, dia malah membaca mantra cinta pemikat hati kepada Ageng Bagja Wisesa, tetangga sekaligus rivalnya sejak kecil. Siapa sangka malam harinya Bagja datang melamar dan diterima baik oleh keluarga Galuh.

Apakah mantra itu benaran manjur dan bertahan lama? Bagaimana kisah rumah tangga guru olahraga yang dikenal preman kampung bersama dokter yang kalem?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Bagja sebenarnya cuma punya jatah libur selama tiga hari, jadi waktu terasa tinggal hari ini, benar-benar mepet. Setelah sarapan buru-buru, dia dan Galuh langsung tancap gas ke kota buat beli barang-barang mengisi rumah baru.

Begitu masuk toko perabotan, drama kecil langsung dimulai.

“Aa, aku suka yang warna biru muda,” kata Galuh sambil menunjuk sofa empuk yang tampak seperti awan jatuh ke bumi.

“Eh, tapi biru tua lebih keren, Sayang. Enggak cepat kotor juga,” sahut Bagja, dengan nada penuh keyakinan, seperti dosen lagi memberi kuliah.

“Biru muda bagus. Warna cerah akan membuat rumah terasa terang.”

“Menang terlihat cerah, tapi kalau kena noda gimana? Sayang, kan, doyan makan sembarangan.”

Galuh langsung mendengus. “Kamu, eh, Aa, tuh, yang suka numpahkan kuah bakso di mana-mana, bukan aku.”

Perdebatan kecil itu berlangsung cukup lama. Mereka pindah ke bagian barang elektronik, debat lagi. Pindah ke bagian gorden, debat lagi. Pokoknya, apa pun barangnya, ujung-ujungnya ribut manis. Namun anehnya, setiap kali selesai berdebat, mereka malah sepakat pilih barang yang sama.

Pemilik toko sampai geleng-geleng kepala melihat pasangan muda itu. Untungnya, semua barang bisa dikirim langsung, jadi mereka tidak perlu repot angkut sendiri.

Setelah drama belanja, mereka mampir ke warung bakso favorit Bagja. Saat Bagja sedang asyik meniup bakso panas, seorang wanita datang.

“Eh, Bagja? Lama banget enggak ketemu.”

Galuh otomatis menoleh. Wulan. Wanita itu berdiri manis, senyum sumringah, matanya berbinar-binar, apalagi kalau arahnya ke Bagja.

“Eh ... iya, Wulan. Apa kabar?” Bagja agak kikuk.

“Aku baik. Kamu makin keren aja sekarang.” Wulan melirik Bagja dengan tatapan yang jelas bikin Galuh mendidih.

Galuh langsung bergerak cepat. Dia meraih lengan Bagja, lalu bersandar manja. “Aa, suapin aku dong, baksonya.”

Bagja melotot. “Hah? Kamu biasa makan sendiri, kan?”

Galuh menekan siku Bagja. “Suapin.” Tatapannya jelas-jelas berkata, “ikuti permainanku, atau tamat riwayatmu.”

Mau tak mau Bagja menurut. Dengan ekspresi setengah pasrah, dia menyuapkan bakso ke mulut istrinya. “Nih, makan, ya, Sayang!.”

Galuh mendesah lebay. “Ih, enak banget, Aa. Kalau disuapin, tuh, rasanya beda. Lebih nikmat.”

Wulan terbatuk kecil, tetapi tetap pura-pura tersenyum. Terlihat sorot matanya penuh kecemburuan.

Bagja yang awalnya risih, lama-lama malah ikut masuk ke mode romantis pura-pura. Dia mengusap pipi Galuh pelan. “Iya, dong, kan istri itu harus selalu dimanja.”

Galuh hampir ngakak, tetapi ditahan sekuat tenaga. Dari sudut mata, dia melihat wajah Wulan yang langsung masam. "Sukses."

Tak lama kemudian, Wulan pamit dengan wajah kaku dan muram. Begitu wanita itu hilang dari pandangan, Galuh meletakkan sendoknya dan menatap Bagja tajam.

“Kenapa tadi kamu semangat banget bilang aku manja segala, hah?”

Bagja nyengir. “Lho, aku kan cuma nurut perintah istri. Jangan salahin aku dong kalau aktingku kebablasan.”

Galuh mendengus, pipinya memerah. “Dasar!”

Mereka sampai di rumah baru sebelum waktu Ashar. Belum sempat istirahat, truk pengangkut furnitur sudah datang. Suara tukang angkut bersahut-sahutan, barang-barang berat diangkat masuk, satu per satu ruangan mulai terisi.

Sofa biru—yang entah bagaimana akhirnya jadi perpaduan biru muda dan biru tua—terpasang manis di ruang tamu. Lemari jati megah berdiri di kamar, masih kosong menunggu diisi baju. Lalu, tempat tidur king size menjulang gagah di kamar pengantin baru.

Begitu semua beres, Galuh berdiri di tengah kamar sambil bertolak pinggang. Senyum puas menghiasi wajahnya.

“Akhirnya rumah ini kelihatan kayak rumah beneran, bukan bangunan kosong.”

Bagja mengangkat alis, lalu menjatuhkan diri ke ranjang baru mereka. “Hmm, kasurnya empuk banget. Coba deh kamu sini, rebahan bareng aku.”

Galuh langsung menatapnya sinis. “Kamu kira aku enggak tahu jebakan mu, ya?”

Bagja hanya tertawa sambil merentangkan tangan. “Enggak jebakan, kok. Cuma kasur ini kayaknya enggak lengkap kalau kedua penghuninya tidur bareng.”

Galuh mendengus, tetapi pipinya merona. Dia berjalan keluar kamar, pura-pura cuek. “Aku mau ambil minum. Tidurlah sama bantalmu itu.”

Bagja menatap punggung istrinya sambil senyum lebar. “Nanti juga balik lagi ke sini, nyusul aku.”

Sehabis minum, Galuh balik lagi ke kamar. Melihat Bagja berbaring dengan nyaman di atas ranjang, dia pun ikut berbaring di sisi kanan.

“Sayang, bagaimana kalau malam ini kita tidur di rumah ini?” bisik Bagja sambil membetulkan rambut Galuh yang jatuh menutupi separuh wajah istrinya.

Galuh mendongak, menatap mata Bagja yang serius tetapi ada cahaya nakal di sana. “Aku ikut saja apa keinginan Aa,” jawabnya pelan, sambil pura-pura sibuk merapikan kerah baju Bagja. Padahal jantungnya berdegup kencang seperti bedug ditabuh anak kecil menjelang lebaran.

Bagja tersenyum miring. Dia mendekat, jarak wajah mereka makin tipis. Galuh sempat ingin mundur, tetapi kedua tangannya malah terjebak di dada bidang suaminya. “Ya Allah, kenapa aku malah enggak bisa kabur, sih?” batinnya.

Perlahan Bagja menempelkan bibirnya ke bibir Galuh. Awalnya hanya sentuhan singkat, sekadar kecupan manis. Namun, ketika Galuh tanpa sadar membalas, Bagja merasa seperti ada api kecil yang tiba-tiba membesar dalam tubuhnya. Kecupan berubah jadi ciuman yang lebih dalam dan penuh gelora.

Galuh mendorong dada Bagja pelan, napasnya tersengal. “Kota … kita enggak bawa baju ganti, handuk, juga enggak bawa perlengkapan mandi. Mana bisa tidur di sini?” katanya terbata-bata, wajahnya panas sampai ke telinga.

Bagja masih menatapnya dengan senyum penuh percaya diri. “Ada. Sudah aku siapkan.”

Galuh terperanjat. “Hah? Maksudnya?”

Bagja melangkah ke lemari kecil di pojok kamar, lalu membuka pintunya. Di dalamnya sudah tertata beberapa potong pakaian pria dan wanita, dua handuk baru, sabun, shampo, bahkan sikat gigi couple yang warnanya senada.

“Aa, sejak kapan nyiapin semua ini?” Galuh menutup mulutnya, antara kaget dan malu. Dia melihat semua keperluan sehari-hari mereka ada di lemari itu.

“Sejak sebelum akad nikah,” jawab Bagja santai, seolah-olah itu hal biasa. “Masa pengantin baru mau tidur di rumah baru tanpa persiapan? Aku kan laki-laki visioner.”

“Visioner, katanya?!” Galuh menepuk jidatnya. “Kamu tuh sengaja, ya, kayak udah rencana matang banget.”

Bagja mencondongkan tubuh, menyeringai. “Ya harus. Aku enggak mau malam—”

Belum sempat melanjutkan, Galuh buru-buru menutup mulut suaminya dengan telapak tangan. “Ssssttt! Jangan ngomong macam-macam. Ada malaikat yang nyatet, tahu!” Wajahnya sudah merah padam.

Bagja tertawa kecil, lalu menarik tangan istrinya, menggenggam erat. “Tenang aja. Aku enggak bakal maksa kalau tidak mau. Aku cuma pengin kita tidur di sini, di rumah baru kita. Rasanya pasti berbeda.”

Ucapan itu membuat hati Galuh melunak. Ia mengangguk pelan. “Ya sudah malam ini kita menginap di sini. Tapi, kamu jangan dulu minta jatah, karena masih sakit.”

Bagja mengangkat tangan, seolah bersumpah. “Siap, Yang Mulia Nyonya Galuh. Aku hanya akan jadi suami yang manis dan sopan malam ini.”

“Bagus,” Galuh pura-pura galak, tetapi senyum tipis di bibirnya sudah membocorkan isi hatinya.

Bagja tertawa, lalu tiba-tiba menggendong Galuh ala drama Korea. “Woi! Turunin aku, Bagja!”

“Enggak bisa. Ritual masuk rumah baru harus spesial.”

“Ritual dari mana?!” Galuh menepuk bahu suaminya, tetapi diam-diam ia tersenyum dan menyandarkan kepala di dada Bagja, merasakan degup jantung yang membuatnya merasa aman sekaligus ikut deg-degan.

1
Nar Sih
kmu mesti bersyukur pinya suami seperti bagja ya galuh yg pinter msk kaya dan tampan☺️
🌸Santi Suki🌸: 👍👍👍👍👍
total 1 replies
Nar Sih
galuh teryata msih mlu ,tenang galuh bnr kta suami mu
🌸Santi Suki🌸: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nar Sih
jdi inggat sabrina dan akang zidan nih kak,galuh dan bagja punya pagilan sendiri nih ,yg bikin ngskak😂😂
🌸Santi Suki🌸: 😅😅😅😅😅
total 1 replies
Nar Sih
bnr,,psngan yg luar biasa kocak ,waah gimana nanti klau mereka punya ank pasti lucu juga😂
🌸Santi Suki🌸: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
ms. S
awalnya ga terlalu tertarik tapi malah jadi sng buat baca karena ceritanya real bgt dgn kehidupan kita tanpa ada ceo CEO an yg kdg ga masuk akal. suasan desa dan cita2 meraih hidup lebih baik yg bisa kita dapat disini. good job Thor
Nar Sih
psngn pengantin yg bnr,,kocak 😂
Sugiharti Rusli
bahagia itu memang sederhana, bisa berkumpul bersama orang yang kita sayangi dengan tulus, terkadang bukan sekandung tapi hubungannya bisa sangat erat yah
Sugiharti Rusli
apalagi sekarang mereka sudah jadi sahabat rasa saudara kan,,,
Sugiharti Rusli
semoga persahabatan mereka tetap terjalin sampai nanti mereka punya anak keturunan yah,,,
Sugiharti Rusli
baguslah pada akhirnya mereka sudah punya jodohnya masing" yah sekarang,,,
Sugiharti Rusli
oh ternyata panggilan anaknya Bagja dan Galuh jadi Agung yah😆😆😆
🌸Santi Suki🌸: 😁 Ya. Semua ambil nama tengah untuk panggilan sehari-hari
total 1 replies
Sugiharti Rusli
anak pertamannya laki" ternyata yah, semoga jadi anak yang sholeh, nama panggilannya Muhammad apa Agung tuh jadinya si bayik😁😁😁
Sugiharti Rusli
wah tanggal kelahiran putra pertama Bagja dan Galuh pada akhirnya sama dengan tanggal pernikahan Ryan dan Meylin nih
Sugiharti Rusli
semoga saja segera bisa menghalalkan neng Aisyah juga secepatnya yah Wa, mana tahu tiba" ada rejeki tak terduga kan,,,
Sugiharti Rusli
waduh Dewa kamu sepertinya tinggal menunggu giliran sambil menunggu tabungan cukup yah🤔🤔🤔
Sugiharti Rusli
apalagi walo tidak mewah tapi pernikahan mereka penuh khidmad dan rasa bahagia dari Ryan dan Meylin
Sugiharti Rusli
wah akhirnya si Ryan dan Meylin sudah halal juga dia yah💞💞💞
Sugiharti Rusli
apalagi sekarang ada Bagja yang jadi suami Galuh dan juga berteman dengan mereka sejak kecil,,,
Sugiharti Rusli
kalo Dewa sepertinya sudah menganggap Galuh saudara sendiri karena dia sudah dianggap anak oleh kedua ortu Galuh
Sugiharti Rusli
kalo Ryan dari dulu memang sukanya sa si Meylin kan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!