Siapa yang menyangka permohonan yang berada di ujung nyawanya terkabulkan. Arum, gadis cantik yang merupakan salah satu gundik gubernur jenderal Belanda kembali ke masa lalu.
"Aku tidak mau mati dalam keadaan mengenaskan! Dicampakkan dan kehilangan anakku! Terlebih, kepada mereka!"
Mampukah Arum merubah masa depan nya? Apakah semuanya berjalan seperti yang diharapkan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keinginan Arum
Ada lima dokter yang bertugas, dengan barisan Nyai sekitar lima perbaris nya. Arum berada diantara barisan itu. Pemeriksaan dilakukan dengan teliti, terlihat penjagaan yang ketat menjaganya.
"Lanjut!" Ucap dokter, sekarang tiba giliran Arum.
"Mari, ikut saya." Jelas dokter itu, seperti yang lainnya Arum mengikuti langkah sang dokter.
"Isi ini." Arum mengerti, urin nya akan ditampung disana dan hasilnya akan segera diketahui. Selain itu tentunya juga dari pemeriksaan fisik.
Frans tak melepaskan pandangannya dari Arum yang berada di kamar mandi. Tak lama, Arum keluar.
"Hasilnya akan keluar selama sepekan ini. Mohon maneer bersabar. Saya pastikan, tidak ada masalah atau kekeliruan."
"Aku harap begitu."
"Maaf, tapi kami menemukan ada lima nyai yang hamil." Tentu saja telinga Frans langsung tegak mendengar nya. Dia menatap kelima nyai itu, dengan tatapan yang membuat kelima nya menunduk dan menahan tubuh mereka yang mulai gemetar.
"Maaf maneer."
"Urus mereka!" Frans tidak bisa lagi menerima nya, jelas ..... Ini bukan salahnya. Dia sudah mengatakan bahwa dia tidak menginginkan bayi dari Nyai manapun. Kalau ada yang kebobolan, maka tanggung resiko nya.
"Aku tidak peduli dengan air mata kalian!" Kelimanya menangis memohon ampun, tapi Frans tidak peduli.
"Berani sekali mereka!" Ucap Caroline menatap mereka dengan amarah.
"Ada lagi?" Tanya Frans.
"Tidak maneer."
'Hanya lima? Sudahlah, setidaknya berkurang. Siapa tau, masih ada lagi.' batin Caroline berharap lebih dengan gundik-gundik suaminya ini.
Setelah pemeriksaan, semuanya kembali ke tempat masing-masing. Begitu juga dengan Arum. "Hari yang cukup melelahkan." Jelasnya dengan tubuh yang sudah berbaring.
**************
"Sudah malam." Ucap Frans, dia merasakan dekapan istrinya.
"Ngomong-ngomong soal anak. Aku sudah menunggu nya. Kita cukup lama tidak menghabiskan waktu bersama,waktu yang benar-benar berkualitas." Jelas Caroline.
"Kau tau pekerjaan ku. Ini bukan negara kita, dimana ada waktu untuk bersantai."
"Aku tau, tapi tidak bisakah? Kau memiliki bawahan yang kompeten. Apa salahnya, setidaknya satu minggu ini? Apa kau tidak ingin ada anak diantara kita?"
"Saat kau pergi, baik bekerja ataupun menghabiskan waktu dengan nyai-nyai itu. Aku merasa sendiri, setidaknya, dengan anak. Itu akan terobati. Aku ingin anak-anak seperti mu, tinggi, wajah yang tegas, hidung yang begitu mancung dan mata yang indah. Serta rambut seperti mu, begitu mirip." Andai-andai Caroline.
"Untuk sekarang belum bisa."
"Tapi, kalau malam ini .... Bisakan?" Caroline mulai melepaskan pakaiannya dan begitu juga dengan Frans, masalah yang terjadi, dia tidak akan memikirkannya lagi. Dia ingin anak, seorang anak, yang memperkuat dirinya dan membuat air mata Arum mengalir deras.
"Maaf. Aku lupa." Acara pertempuran panas diundur, karena Caroline sedang datang bulan. Dan Frans sudah mendidih bukan main, kepalanya, terutama bagian bawah yang sudah berdiri tegak.
"Jangan permintaan maaf saja. Bagaimana dengan ku? Kau sudah memulainya." Deru napas Frans bukan main, tubuhnya sudah memanas.
"Perutku sakit, apa kau bisa bermain sendiri?" Frans bangkit dengan tatapan marah.
"Frans!" Panggil Caroline, tapi pria itu sudah pergi dengan kain sarung yang hanya menutupi bagian bawahnya.
"Frans! Sshhh! Aghhh! S1AL!" Caroline lebih mementingkan perutnya yang kram, egonya membesar. "Seharusnya dia peduli padaku! Bukan pergi seperti itu! Lucy!"
Tubuh Frans yang mengkilap dengan napas yang memburu dan langkah yang tergesa-gesa. Tanpa ba-bi-bu, dia mengikat pintu dengan tak sabaran, membuat sang pemilik kamar terjaga.
"Tuan?" Arum melihat sosok tubuh atletis itu dengan tatapan tak bersahabat karena tertutupi oleh kabut g@irah.
"Lepas pakaian mu, aku tidak tahan lagi!" Tapi Arum tidak melakukan nya, dia justru tersenyum kecil.
"Arum!" Frans mulai menggila jar hasr@tnya yang sudah di ubun-ubun.
"Tuan .... Jangan marah, aku mengerti." Arum berbisik lembut di telinga Frans. Membuat tubuh Frans semakin meremang.
"Arum, aku bisa gila."
"Ya?"
"Ohhhh!" Frans memejamkan matanya disaat jari-jari lentik Arum bermain di dadanya yang terbuka.
"Suka? Tuan suka?"
"Ya." Balas Frans dengan suara berat.
"Disini!" Frans langsung menarik tangan Arum dan mengarahkannya pada senjatanya yang sudah berdiri tegak.
"Begitu panas, dan t3gang." Mata Frans melek keenakan, saat tangan Arum bermain disana.
"Tuan, aku akan memberikan kenikmatan yang luar biasa. Sehingga Tuan, akan minta terus."
"Kalau begitu lakukanlah!"
"Tentu saja. Tapi, tuan harus mengikuti keinginan ku."
"Kita akan b3rcinta."
"Ya, tapi bukan hanya disini. Aku ingin eksplorasi, ke tempat lain." Arum tidak lupa, Caroline b3rcinta di depan kamarnya. Dengan penuh g@irah seolah mengolok-olok dirinya.
"Setuju!" Arum tersenyum puas.
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak 🥰 🙏 🙏 sesuai janji author. ♥️♥️♥️♥️♥️