NovelToon NovelToon
Janda Melati

Janda Melati

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Selingkuh
Popularitas:19.5k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

sebuah cerita sederhana seorang melati wanita sebatang kara yang memilih menjadi janda ketimbang mempertahankan rumah tangga.

jangan lupa like dan komentar
salam autor

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jm 25

“Mbak Tika,” ucap Arga, hampir saja dia teriak.

“Sudah, Arga, nikmati saja. Aku tahu kamu sudah tiga bulan tidak melakukan ini, bukan? Nanti barang kamu karatan.”

Arga menarik celananya yang melorot, lalu segera duduk.

“Pergi, Mbak. Ini enggak betul,” geram Arga.

Tika tidak menyerah, dia melorotkan bajunya.

Arga menelan ludah.

“Pergi dari kamarku, Mbak,” ucap Arga.

“Arga, apakah aku jelek?”

“Ini tidak benar, Mbak. Mbak adalah kakak iparku.”

“Lalu masalahnya di mana? Aku menginginkanmu, Arga.”

“Tidak bisa, Mbak. Ini tidak betul.”

Kartika tidak menyerah. Dia terus mendekat ke arah Arga. Tidak ada lelaki yang tidak tertarik sama wanita yang tak pakai busana, termasuk Arga. Hanya perlu sedikit usaha saja, Arga pasti mau.

“Arga!” teriak Ibu Mega dari luar kamar.

“Ya, Bu,” ucap Arga merasa lega. Dia lelaki normal, butuh seorang perempuan, tapi Arga bukan orang gila. Kartika adalah istri kakaknya, bisa berantakan keluarganya kalau Arga melayani Tika.

“Arga, napas Ibu sesak. Lilis tadi sore pulang,” Ibu Mega terdengar parau.

Arga buru-buru mengambil sarung dan melangkah ke arah pintu.

“Mbak, cepat keluar kamarku setelah aku di kamar Ibu,” bisik Arga.

Tampak wajah cemberut Kartika. “Nafsuku sudah di ubun-ubun, perempuan tua itu bisa-bisanya menggagalkan rencanaku,” gerutu Kartika dalam hati.

Arga memegang gagang pintu, mengintip kondisi di luar melalui lubang kunci. Tampak Ibu Mega sedang duduk di sofa.

“Mbak, ingat, keluar dari sini,” ucap Arga dengan pandangan tajam.

“Aku mencintai kamu sejak lama, Arga.”

“Tidak, Mbak,” geram Arga. “Aku tidak mencintai kamu.”

Arga mematikan lampu kamar, lalu membuka pintu dan melangkah menuju Ibu Mega.

“Ibu, kenapa?”

“Sesak, Arga,” Ibu Mega memegang dadanya.

“Ayo, Bu,” ucap Arga, memegang pundak Ibu Mega lalu mengantar Ibu Mega ke dalam kamarnya.

Arga berdehem kencang, kode agar Kartika cepat keluar dari kamarnya.

Sampai di kamar ibunya, bau balsam menyeruak. Arga menuju ruang P3K mengambil obat asma.

“Sebentar, Bu, Arga ambilkan air minum.”

Ibu Mega hanya menganggukkan kepala, memandang putra keduanya itu. “Maafkan aku, Arga. Ibu tidak ingin kamu gagal. Kamu harus sukses agar keluarga Bapak kamu tidak selalu menyalahkan kamu karena Bapak kamu meninggal,” gumam Ibu Mega dalam hati.

Arga melangkah ke dapur, melihat ke arah kamarnya. “Hampir saja hubungan terlarang berlangsung,” gumamnya. Dia mengambil air dari dispenser lalu menuju kamar Ibu Mega.

Kartika hanya bisa memandang Arga dari dalam kamarnya. Gaun tidurnya sudah dia kenakan lagi.

“Arga, suatu saat kamu akan jadi milikku.” Dia meremas hordeng lalu menutupnya dan merebahkan tubuhnya di kasur, membuka ponsel, dan terus melihat foto Arga.

Arga masuk ke kamar Ibu Mega, tampak Ibu Mega sedang nyadar di tepian ranjang.

“Ini diminum dulu,” ucap Arga.

Ibu Mega meminum obat dengan sekali tenggak.

“Arga,” lirih Ibu Mega.

“Ya, Bu.”

“Irma KKN kok lama banget,” ucap Ibu Mega.

“KKN?” gumam Arga. “Irma baru semester empat, Bu. Sepertinya belum waktunya KKN. Dia kan katanya ngekos karena sekarang kerja sambil kuliah.”

Ibu Mega mengerutkan dahinya.

“Lho, kok Ibu bilangnya dia KKN?”

Arga menarik napas. “Besok aku cari keberadaan Irma, Bu.”

“Tapi kamu sekarang manajer umum, pasti kamu sibuk.”

“Tenang, Bu, keberadaan Irma lebih penting.”

“Ya sudah, kabari Ibu kalau sudah ketemu Irma.” Mata Ibu Mega sayu, seperti akan tidur lagi.

“Bu,” lirih Arga.

“Mmm?”

“Arga mau tidur sama Ibu,” ucap Arga.

Ibu Mega membuka matanya. “Kenapa?”

“Aku takut, Bu. Aku mimpi buruk.”

“Ya sudah, ayo sini,” ucap Ibu Mega menggeser tubuhnya.

Arga melangkah ke kasur Ibu Mega lalu merebahkan badan di samping ibunya.

“Kok kamu bau parfum perempuan?” ucap Ibu Mega.

Jantung Arga berdebar kencang dan mengutuk Kartika kenapa pakai parfum padahal mau tidur.

“Ibu salah kali, Ibu kan lagi asma.”

“Mmm, ya sudahlah,” ucap Ibu Mega.

Arga tidur di samping Ibu Mega. Setakut dan segelisah apa pun dirinya, setiap kali tidur di samping ibunya, Arga pasti akan tertidur.

Napas Arga mulai teratur. Ibu Mega menatap putra keduanya itu dengan lekat.

“Maaf, Nak, Ibu harus lebih keras sama kamu,” ucapnya lirih.

Tangannya membelai wajah Arga yang tenang. Air mata tiba-tiba menggenang di sudut mata Ibu Mega. Ia buru-buru menyekanya sebelum Arga sempat melihat. Lalu, perlahan, ia membaringkan tubuhnya di samping Arga. Malam itu sunyi, hanya terdengar napas lembut mereka berdua.

Pagi datang begitu cepat. Seperti biasa, Melati bangun sebelum subuh. Biasanya terdengar lantunan selawat dari suara parau Ki Darki. Namun kali ini, suara seorang lelaki muda terdengar menggantikan—bukan selawat, melainkan berita duka.

“Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, Ki Darki meninggal dunia.”

Melati menutup Al-Qur’an di pangkuannya. “Kenapa orang baik cepat sekali pergi,” gumamnya pelan, lalu segera beristigfar.

Ia beranjak dari sajadah, memakai jilbab cokelat, rok warna hitam, dan kemeja putih. Di depan cermin, ia tersenyum kecil. “Aku akan menjalani hidupku dengan bahagia,” bisiknya, seolah meneguhkan hati.

“Melati, maaf, aku enggak bisa bareng,” ucap Laras dari luar kamar.

“Enggak apa-apa,” jawab Melati.

“Aku harus sampai di tempat kerja jam tujuh.”

“Semangat, ya!” seru Melati sambil mengepalkan tangannya.

Setelah Laras pergi naik ojek online, Melati membuka ponselnya. Pandangan matanya kosong. Statistik pembaca terus menurun. Ia menghela napas. Beginilah algoritma menulis di platform digital. Sekali tersandung cela, sistem tidak lagi berpihak. Ironis, pikirnya. Platform melarang pakai AI, tapi algoritmanya sendiri bekerja seperti robot.

Ia menutup ponsel dan menyimpannya ke saku. Jam menunjukkan pukul delapan.

Melati mengenakan jaket dan helm, menyalakan motor.

Sudah tiga bulan ia tak keluar rumah.

Hari ini, untuk pertama kalinya, ia kembali menatap jalan dengan dada yang sedikit berdebar.

Keluar dari rumah dengan status baru sebagai janda membuat langkah Melati terasa berat.

Sejak di jalan, di beberapa perempatan dan pangkalan ojek, beberapa lelaki bersiul dan menggoda.

“Eh, janda kembang!”

“Hai, janda muda!”

Melati menarik napas panjang. Begitulah nasib janda—selalu dipandang negatif. Lelaki yang menggoda tak pernah disalahkan, tapi janda selalu jadi bahan cibiran.

Ia menyalakan motor dan melaju dengan kecepatan sedang. Angin pagi menerpa wajahnya, dingin tapi menenangkan. Setelah beberapa menit, Melati tiba di sebuah gedung tinggi dan megah. Orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan urusannya masing-masing.

Ia mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Sumi, namun nomornya tak aktif. Ia mencoba menghubungi Laras, hasilnya sama.

“Astaga, harusnya tadi malam aku telepon Mbak Sumi,” gumamnya kesal.

Melati melangkah menuju lobi kampus. Di meja resepsionis, beberapa pegawai tengah berbincang.

Tiba-tiba terdengar suara sinis dari arah samping.

“Wih, ada janda nih.”

Melati menoleh, dan tubuhnya seketika menegang.

“Mawar...” suaranya hampir tak terdengar.

“Kenapa aku harus bertemu dia di sini?” bisiknya gelisah.

“Apakah Mbak Sumi sengaja menjebakku?”

1
partini
noh si Kunti dekta kamu panji ,,kaya gitu kamu ga ngeh hemmmmmm kamu termasuk CEO ledhoooooooooo
partini
panji selangkah di depan dong ,,istrimu tuh di kelilingi iblis setiap saat bisa nyerang so kasih lah bodyguard g susah yg nempel cukup dari jauh kalau ada apa apa kan bis antisipasi
Wiwit
lnjut
partini
karena sudah tau ya harus caranya jangan sampai rencana dia berhasil dong itu baru Smart
end then kamu pakai be smart don't be stupid selangkah di depan dong bukan di belakang
partini
semoga dapat kembar
partini
ayo bang pakai kenal kan istri mu
partini
hemmm keluar sinting semua
partini
busettttt
partini
kali ini Arga tahan ga yah apa ina ini jg😂
partini
ayo cerita kan semua mel
partini
sehhh itu bukan barang suka Suak kasih ke orang OMG
kalea rizuky
novel aying
kalea rizuky
mati aja lah hidup g guna jg bodoh
kalea rizuky
benci wanita menye thor pantes like dikit bikin kuat donk
partini
bertempur dengan masa lalu hemmm no good karena si laki laki tuh bego nya mendarah daging ga tertolong kalu udah tau belangnya baru nyesel minta ma"af ke istri
partini
hemmm udah lihat mukanya belum mau cerai aja
partini
wanita tua ,lah hemmmmm paling si itu
partini
ya emang tugas suami Mel,,istri tuh melayani doang tapi di kehidupan nyata mah jarang yg kaya gitu
partini
ha butul kan rencana jahat,,obsesi cinta dupuluan tahun yg lalu
lah ini orang umur berap Thor
partini
wwkkwkw panji panji lagu lama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!