Seharusnya, dengan seorang Kakak Kaisar sebagai pendukung dan empat suami yang melayani, Chunhua menjadi pemenang dalam hidup. Namun, kenyataannya berbanding terbalik.
Tubuh barunya ini telah dirusak oleh racun sejak bertahun-tahun lalu dan telah ditakdirkan mati di bawah pedang salah satu suaminya, An Changyi.
Mati lagi?
Tidak, terima kasih!
Dia sudah pernah mati dua kali dan tidak ingin mati lagi!
Tapi, oh!
Kenapa An Changyi ini memiliki penampilan yang sama dengan orang yang membunuhnya di kehidupan lalu?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miaomiao26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Kesepakatan diam
Senja mulai merayap turun, membiaskan warna jingga keemasan di atas atap-atap ubin merah ibu kota.
Dari jendela lantai dua, Jing Zimo menatap ke arah lobi.
Di sana, ia melihat Liu Boyan tengah berbincang dengan seorang pria tua sebelum keduanya menaiki kereta masing-masing.
“Guru Negara?” gumamnya heran. Ia menoleh, hendak bertanya pada Chunhua, tetapi yang dilihatnya justru Sang Putri sedang mencicipi satu demi satu potong kue di meja.
Beberapa potong kecil yang patah dikumpulkannya dalam satu piring, ditata membentuk gunung kecil yang nyaris runtuh.
“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Jing Zimo, alisnya terangkat.
“Restoran ini, meski tehnya enak,” jawab Chunhua ringan sambil menepuk jari, “tapi kuenya tidak sebaik kedai pinggir jalan.”
“Jika Yang Mulia menginginkan, saya akan membelinya di tempat terakhir,” ujar Su Yin lembut.
Chunhua menepuk tangannya dua kali untuk menghilangkan remah, lalu berdiri. “Tidak perlu,” katanya, “Putri ini akan membelinya sendiri.”
Su Yin menunduk hormat, kemudian menopang tangan Chunhua saat dia berjalan. Cahaya sore menimpa gaun sutra sang putri, membuatnya berkilau lembut di setiap langkah.
“Tunggu, Yang Mulia!” seru Jing Zimo, buru-buru bangkit. “Kau belum menjawab, kenapa Guru Negara ada di sini?”
Langkah Chunhua tidak berhenti. Dari balik pintu, Mo Fei yang berjaga segera membuka pintu, menyambut mereka dengan kaku.
“Kamu bawa kereta dan tunggu di samping Jembatan Qinghe,” ucap Chunhua tenang tanpa menoleh. “Tak perlu mengikuti Putri ini.”
Kening Mo Fei berkerut, keraguan jelas di wajahnya. “Meski Ibu Kota aman, bukan berarti tanpa bahaya.”
Chunhua menepuk bahunya dua kali, senyum samar muncul di bibirnya.
“Tenang saja,” katanya, matanya menoleh sekilas pada Jing Zimo yang kebingungan. “Ada Mo’er bersamaku.”
Mereka menuruni tangga restoran. Cahaya sore merambat masuk lewat kisi jendela, memantul di ubin batu dan menyalakan bayangan panjang di lantai. Udara mulai berubah dingin; aroma teh dan dupa perlahan tergantikan bau jalanan—pasar, kuda, dan embusan angin senja dari arah sungai.
Mengikuti Chunhua keluar, Jing Zimo semakin yakin bahwa apa yang Sang Putri katakan siang ini bukanlah gurauan.
“Wanita ini,” pikirnya, menatap punggung Chunhua yang ramping, “benar-benar bukan Murong Chunhua.”
Putri Fangsu yang dulu ia kenal tidak akan berjalan santai seperti itu, apalagi turun ke jalan tanpa pengawalan penuh. Ada sesuatu yang lain dalam setiap langkahnya—ringan, tapi menyiratkan kekuatan yang tersembunyi.
Ia mempercepat langkah, mendekat hingga jarak di antara mereka menyempit.
“Jika aku menjual jiwaku,” katanya pelan, nyaris seperti bisikan yang terhempas angin, “bisakah Yang Mulia memenuhi keinginanku?”
Langkah Chunhua berhenti.
Ia menoleh perlahan, menatap lurus ke mata Jing Zimo.
Jing Zimo terpaku, mata hitam itu seperti menghisapnya, membawanya ke jurang yang penuh keputusasaan. Teriakan melengking bersahut dari segala arah.
Kemudian Chunhua terkekeh pelan dan semua kembali normal. Namun, dia masih tidak menjawab pertanyaan Jing Zimo.
Ia tidak menjawab pertanyaan itu. Hanya mengulurkan tangannya, jemarinya ramping dan dingin seperti porselen.
Dan Jing Zimo, tanpa ragu, menggenggam tangan itu.
Entah mengapa, hatinya tahu. Uluran tangan itu adalah Sang Putri yang memberikan jawaban yang Tidak diucapkan.
Akan tetapi, kenapa rasanya sangat aneh?
Seolah dia baru saja turun dari kapal pencuri—hanya untuk naik kapal bajak laut?
Semangat selalu!👏🙌