Wang Wu Xie hidup damai bersama keluarganya di perbatasan dunia fana dan dunia kultivasi. Namun jauh di dalam hatinya, tumbuh kerinduan akan dunia yang lebih luas dan keinginan untuk menapaki jalan keabadian.
Suatu malam, ia bermimpi tentang sosok misterius yang melawan tiga tetua sekte besar demi mempertahankan Pusaka Penentang Langit dan Kitab Reinkarnasi. Mimpi itu terasa terlalu nyata untuk sekadar bunga tidur.
Siapa sebenarnya sosok dalam mimpi itu? Apa hubungannya dengan darah Wang Wu Xie sendiri?
Pertanyaan-pertanyaan itu akan menyeretnya menuju takdir yang tidak pernah ia bayangkan.
Penuh ketegangan dan intrik, jadi ikuti misteri yang ada dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamtaro Dasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25 - Jamuan Keluarga Wang
"Itu mereka..!" seseorang berseru.
Ketika Wang Jian dan Wang Tian Lei menapak lebih dulu, wajah mereka berseri-seri, disambut hangat oleh keluarga masing-masing. Suara ucapan selamat dan tepuk tangan bergema.
Di belakang mereka, Wang Wu Xie melangkah. Jubah putih murid Sekte Awan Putih yang ia kenakan berkibar pelan tertiup angin.
Tidak ada senyum bangga di wajahnya, hanya ketenangan yang aneh untuk usianya yang masih tiga belas tahun. Tatapannya menyapu halaman sesaat, seakan mendengar bisikan orang-orang yang memandangnya, namun ia tidak memperdulikannya.
"Adik Wu Xie!" suara nyaring Wang Feng terdengar. Dia berlari melewati kerumunan dan tanpa ragu langsung memeluk Wang Wu Xie.
"Kau berhasil! Aku tahu kau pasti bisa!' Wang Feng sangat bersemangat, seolah dialah yang sudah terpilih menjadi murid Sekte Awan Putih.
"Kau luar biasa, Saudaraku..!" Wang Feng menepuk-nepuk bahu Wang Wu Xie dengan bangga.
"... Terima kasih."
Wang Wu Xie membalas pelan, matanya sempat melirik ke arah Wang Tian Lei dan Wang Jian yang kini dikerumuni kerabat mereka, dihujani ucapan selamat. Sementara dirinya sendiri... Meski juga lulus, tapi tidak satu pun orang dewasa yang datang dan menghampirinya. Dia justru lebih hangat disambut oleh Wang Feng, Wang Qing He, Wang Liang Yu, dan Wang Yuan.
"Wu Xie-Gege, apa sekarang kau sudah jadi Abadi?" Wang Liang Yu bertanya dengan mata berbinar penuh penasaran.
Wang Wu Xie tersenyum tipis dan menggeleng. "Jalanku masih panjang. Tidak bisa langsung menjadi Abadi begitu saja, kan?"
"Kalau begitu... Apa sekarang kau sudah jadi dewa?" Wang Yuan ikut menyela. Wajahnya polos sekali hingga membuat Wang Wu Xie tidak tahan untuk tersenyum lebih lebar.
"Aiya, dasar anak kecil." Wang Feng mengibaskan tangan, setengah sebal. "Pertanyaan macam apa itu, huh?"
"Kami kan cuma ingin tahu," Wang Liang Yu cemberut, lalu kembali menatap Wang Wu Xie. "Wu Xie-Gege, bagaimana rasanya bisa terbang? Pemandangan apa yang kau lihat dari atas? Apa nanti kau bisa terbang sendiri juga?"
"Aku juga mau ikut terbang," Wang Yuan merangkul lengan Wang Wu Xie erat-erat, seolah takut ditinggalkan.
"Wu Xie-Gege, katakanlah..." Wang Liang Yu semakin tidak sabar.
Wang Wu Xie menarik napas dalam. "Rasanya... Dingin."
"Dingin?"
"Gelap."
"Haah?"
"Menyakitkan."
"Apa?!"
Wang Wu Xie mendengus kecil, lalu menjelaskan, "Aku menutup mata sepanjang perjalanan. Jadi yang kurasakan hanya gelap, angin dingin, dan karena kecepatannya terlalu kencang.... Maka rasanya lumayan sakit."
Kedua anak itu terdiam sebentar, lalu saling berpandangan.
"Jadi....?" tanya Wang Liang Yu dengan dahi berkerut.
"Terbang tidak seperti yang kalian bayangkan. Rasanya justru tidak nyaman," Wang Wu Xie menoleh ke arah kultivator yang tadi membawanya. Dia berujar tenang, "Mungkin jika aku bisa sekuat dia... Rasanya akan jauh lebih baik."
"Kalian berdua terlalu banyak bertanya," Wang Qing He menepuk pelan tangan Wang Yuan yang sejak tadi terus merangkul lengan Wang Wu Xie. Dengan nada lembut, ia berujar. "Xie'Er pasti sangat ingin bertemu bibi Yun Mei. Kalian jangan ganggu lagi,"
Wang Qing He menoleh ke arah Wang Feng, "Kau pergilah bersama Xie'Er."
"Baik!" Wang Feng langsung menyambar bahu Wang Wu Xie, "Ayo Adik Wu Xie. Biar kutemani kau menemui bibi Yun Mei."
"Mn,"
Wang Wu Xie dan Wang Feng berjalan melewati kerumunan. Dari kejauhan, terlihat Wang Liang Chen, salah satu paman Wang Wu Xie dan berseru nyaring, "Mei'Er! Coba lihat, putramu datang!"
Seketika Yun Mei dan Nenek Sun Ling menoleh.
"Ibu…"
"Wu Xie…!" Yun Mei segera berdiri dan memeluk erat putranya. "Syukurlah kau pulang dengan selamat. Kau baik-baik saja, kan?"
"Mn. Baik-baik saja," Wang Wu Xie mengangguk kecil lalu menggumam, "Tapi.... Ibu, kau memelukku di depan semua orang.... Itu membuatku malu."
"Ha ha, maafkan Ibu," Yun Mei tersenyum bahagia, matanya basah. "Ibu hanya terlalu senang melihatmu."
"Sudah kubilang, keponakan kecilku ini pasti terpilih!" Wang Liang Chen maju dengan wajah sumringah. Ia menepuk bahu Wang Wu Xie. "Wu Xie, kau harus berlatih keras. Buat Ibumu bangga,"
Wang Feng langsung menyenggol Wang Wu Xie dari samping dan berbisik keras, "Adik Wu Xie, hati-hati. Paman Liang Chen hanya begitu karena dia suka Bibi Yun Mei. Jangan sampai terpengaruh."
"Hei, Bocah! Apa yang kau katakan barusan, hah?!" Wang Liang Chen mendelik.
"Ha ha ha!" Wang Feng lari terbirit-birit, sambil berteriak, "Tenang saja, Adik Wu Xie! Aku akan menjaga Bibi Yun Mei dari godaan Paman Liang Chen…!"
"Wang Feng, mulutmu…!" Wang Liang Chen mengejarnya, membuat seisi halaman pecah oleh tawa.
Wang Wu Xie hanya menggeleng pelan. Paman Wang Liang Chen memang seusia ayahnya dan hingga sekarang belum pernah menikah.
Beberapa orang masih terkekeh melihat tingkah paman dan keponakan itu. Namun, Nenek Sun Ling hanya menghela napas dan menggeleng perlahan.
"Aiya, Liang Chen itu... Sudah punya banyak keponakan, tapi masih saja bertingkah kekanakan," ujarnya lirih. Lalu ia melambaikan tangan. "Xie'Er... Kemarilah, Nak."
Yun Mei mengusap kepala Wang Wu Xie, lalu menuntunnya mendekat.
"Xie'Er... Mari Nenek lihat wajahmu," Nenek Sun Ling buka suara sambil membelai pelan pipi Wang Wu Xie. Matanya melembut. "Bagus... Bagus sekali. Kau sangat tampan. Anak yang baik..."
Nenek Sun Ling tersenyum, nada suaranya dalam saat berkata. "Xie'Er... Menjadi seorang kultivator bukanlah hal yang mudah. Dari keluarga Wang kita, ada tiga orang yang menapaki jalan itu. Mereka adalah Pamanmu Han Lin, Bibi Bai Ying-mu, dan sepupumu Zhao Xian."
Nenek Sun Ling menatap Wang Wu Xie lekat-lekat. "Saat mereka menapaki jalan abadi, hubungan dengan keluarga Wang bisa dibilang akan terputus. Tapi terkadang... Seringkali mereka bersinggungan dengan kultivator kuat dan menyeret keluarga Wang ke dalam masalah. Saat itu terjadi.... Kompensasi besar sering dibutuhkan."
Nenek Sun Ling menghela napas panjang, lalu menggenggam tangan Wang Wu Xie dengan erat. "Itulah sebabnya, Xie'Er... Nenek ingin kau berlatih dengan baik. Jangan sembarangan menyinggung orang. Tidak masalah jika sesekali berkelahi... Tapi jangan sampai kau menciptakan dendam yang bisa merugikan dirimu sendiri. Apa kau mengerti, Nak?"
Wang Wu Xie terdiam cukup lama dan mengangguk pelan sebagai jawaban.
******
Perjalanan MC di mulai dari nol,,, sehingga terlihat seperti real,, bukan sekedar fiksi
Dan tinggalkan jejak 👣👣👣👣
Semangat 💪💪💓💓
Jangan berhenti,,,, raihlah apa yang jadi mimpi mu.....
Ingatlah,,,, sukses berawal dari mimpi....
Meskipun tak menyukai Wu Xie,,,, nyatanya masih perduli,,, meskipun mungkin hanya untuk menjaga martabat keluarga Wang di mata umum,,,,
hehehehe 😁😁😁😁
Kenapa begitu panik...?!
Klo kematiannya begitu miris,, maka aku harap itu bukan Xiao Shuxiang, thor...
Cari tokoh lain aja,,, aku ngga rela Xiao Shuxiang di cabik-cabik...
Ini jejak-jejak 👣👣👣👣 kehadiranku