NovelToon NovelToon
Batas Yang Kita Sepakati

Batas Yang Kita Sepakati

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Princess Saraah

Apakah persahabatan antara laki-laki dan perempuan memang selalu berujung pada perasaan?

Celia Tisya Athara percaya bahwa jawabannya adalah tidak. Bagi Tisya, persahabatan sejati tak mengenal batasan gender. Tapi pendapatnya itu diuji ketika ia bertemu Maaz Azzam, seorang cowok skeptis yang percaya bahwa sahabat lawan jenis hanyalah mitos sebelum cinta datang merusak semuanya.

Azzam: "Nggak percaya. Semua cewek yang temenan sama gue pasti ujung-ujungnya suka."
Astagfirullah. Percaya diri banget nih orang.
Tisya: "Ya udah, ayo. Kita sahabatan. Biar lo lihat sendiri gue beda."

Ketika tawa mulai terasa hangat dan cemburu mulai muncul diam-diam,apakah mereka masih bisa memegang janji itu? Atau justru batas yang mereka buat akan menghancurkan hubungan yang telah susah payah mereka bangun?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Princess Saraah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awal Tanpa Geng

Setelah dua minggu libur, akhirnya aku kembali masuk sekolah. Awal tahun dengan cerita dan semangat baru. Meskipun sekarang hanya tersisa 15 orang di kelasku, aku harus tetap semangat.

Begitu masuk kelas, Khalif langsung menyapaku.

"Sya, duduk sini aja," ucapnya sambil menunjuk kursi kosong di sebelahnya, tepat di samping jendela yang menghadap ke belakang sekolah. "Daripada lo duduk sendiri paling depan."

"Oke," jawabku singkat sambil tersenyum kecil dan berjalan ke tempat yang ditunjuknya.

Baru minggu pertama sekolah, tapi tugas sudah mulai berdatangan. Contohnya hari ini. Pak Sarbin, guru Seni Budaya kami, masuk kelas hanya untuk memberi pengumuman.

"Pagi semua," ucapnya sambil duduk di kursinya.

"Pagi Pak," jawab kami serempak.

"Baiklah,langsung saja. Saya akan memberikan kalian tugas membuat proposal dan film bertema dongeng atau cerita rakyat. Dikumpulkan pertengahan Maret sebelum kalian mulai magang. Hari ini Bapak ada urusan, jadi silahkan kalian gunakan waktu ini untuk diskusi kelompok. Pokoknya hari ini tema dan nama-nama tugas masing-masing orang sudah dikumpulkan di meja saya."

Belum sempat kami mencerna perkataan Pak Sarbin, guru itu sudah tidak kelihatan wujudnya. Kelas langsung riuh.

"Ayolah guys. Diskusi sekarang! Nanti kalau ga siap pak Sarbin marah," seru Safira sambil berdiri di depan kelas, sok seperti ketua panitia besar.

"Tulis Ya," lanjutnya sambil meraih spidol dan memberikannya kepada Naraya.

"Mau tulis apa ni?," tanya Naraya.

"Tulislah judul film, pemeran utama, pemeran pembantu, seksi-seksi gitu," oceh Della dari bangku tengah.

Satu persatu ide pun mulai dilontarkan. Mulai dari Malin Kundang, Putri Salju, Bawang Merah Bawang Putih, namun tidak ada satupun cerita yang disepakati. Hingga akhirnya aku mengangkat tangan, ikut memberikan pendapatku. "Gimana kalau Cinderella aja? Simple, semua orang udah tahu ceritanya. Naskahnya bisa adaptasi dari film-film yang udah ada aja."

Beberapa teman langsung mengangguk setuju.

"Setuju. Kita bisa bikin versi lokalnya. Cinderella naik motor beat misalnya," seru Rania seraya tertawa terbahak-bahak.

Semua tertawa. Ide-ide konyol langsung berseliweran, bikin suasana makin hidup.

"Okey. Jadi kita pakai Cinderella versi modern ya." Naraya mengunci pilihan di papan.

Sekarang yang tidak kalah berat adalah menentukan pemeran utama.

"Yang mau jadi pangeran siapa nih," ucap Safira sedikit teriak.

Seketika, hampir semua kepala menoleh ke arah Khalif yang duduk tenang sambil makan keripik.

"Khalif! Lo aja jadi pangeran!" cetus Naraya.

Khalif langsung menoleh, kaget, dengan sisa keripik masih di mulut.

"Hah? Nggak ah, males jadi pemeran utama. Banyak dialognya. Gue jadi pengawal aja."

"Ih Khalif. Lo aja. Lo tuh udah tinggi, ganteng, humoris. Cocok lah jadi pangeran," ucap Rania membujuk Khalif.

"Ganteng doang, aktingnya nol," celetuk Jevan, disambut tawa satu kelas.

Akhirnya pilihan berikutnya jatuh ke Afiq.

"Afiq aja deh. Lo kan sama gantengnya kaya Khalif," ucap Naraya seraya menuliskan nama Afiq di papan.

Afiq langsung geleng-geleng dengan wajah panik.

"Ogah gue jadi pangeran. Serius. Gue tuh ga bisa akting. Nanti kaku."

"Justru itu, jadi lucu!" ujar Khalif.

"Ayo vote aja lah!" kata Safira menengahi.

Dalam hitungan menit, hampir semua tangan terangkat untuk Afiq. Mau tak mau, dia pasrah.

"Yaudah yaudah, gue pangeran. Tapi jangan harap gue akting kaya aktor Korea ya."

"Gapapa, nanti kita edit aja akting lo yang jelek," ucap Raka mengejek Afiq.

Kemudian lanjut ke pemeran Cinderella.

Aku sudah bisa menebak ke mana arah mata mereka. Dan benar saja, seperti gerakan terkoordinasi, semua orang menoleh ke arahku. Aku yang sejak tadi duduk malas, bersandar sambil menggambar asal di kertas, langsung membenarkan posisi duduk.

"Tisya aja. Paling cocok, udah pinter, cantik lagi," ucap Rania diikuti anggukan Khalif di sebelahku.

Aku buru-buru mengangkat tangan.

"Lah? Kalau gue jadi Cinderella, yang bikin proposal siapa?" jawaban monohok yang pasti menyelamatkanku dari peran itu.

Sebenernya aku mau saja jadi Cinderella, jika pangerannya bukan Afiq. Aku hanya tidak mau saja berurusan dengannya.

"Iya juga woi. Tisya emang cocok bagian ribet-ribet aja," celetuk Raka sambil nyengir.

Akhirnya, setelah diskusi panjang dan saling lempar tanggung jawab, mereka memutuskan Vania yang akan menjadi Cinderella.

"Lo aja ya Van jadi Cinderella," bujuk Safira dan Fera kepada sahabat mereka itu.

Vania hanya tertawa pasrah. "Ikut aja deh gue."

...****************...

Bel istirahat berbunyi, tapi tak ada keinginan dalam diriku untuk beranjak ke kantin seperti biasanya. Biasanya aku akan jalan bareng gengku, Mira, Yumna, Salsa, dan Erina. Namun sejak mereka mulai magang, istirahat jadi terasa sepi.

Aku tetap duduk di kursiku, memainkan tutup pulpen sambil melamun menatap jendela.

"Sya, ikut ke kantin nggak?"

Suara Khalif diikuti Raka mengganggu lamunanku. Mereka berdiri di dekat mejaku, seolah siap jalan tapi masih nunggu persetujuanku.

"Nggak lah, kalian aja," jawabku malas tanpa menoleh.

"Nitip nggak?" tanya Khalif lagi.

Aku akhirnya merogoh sakuku, mengeluarkan selembar uang dan menyodorkannya.

"Nitip es teh sama coklat, ya."

"Okeeyy," seru mereka kompak, lalu berlalu keluar kelas.

Saat aku menunggu mereka kembali, angin dari jendela mengibaskan rambutku. Aku menyandarkan dagu di tangan, menatap halaman belakang sekolah yang mulai ramai.

Tiba-tiba suara seseorang memanggil dari bawah.

"Dek! Dek!"

Aku menoleh. Di bawah sana berdiri Tisyam Alaric, anak kelas sebelas Akuntansi 1. Di sebelahnya ada Afiq, dengan gaya santainya seperti biasa.

Aku memiringkan kepala ke luar jendela.

"Eh? Iya, Bang."

"Sendirian aja?"

"Iya."

"Nggak ke kantin?" tanyanya lagi sambil melipat tangan di dada.

Aku tersenyum tipis, lalu menjawab sambil agak berseru karena jarak. "Nggak, Bang."

"Kantin yuk! Abang traktir!" serunya dari bawah sambil mengangkat beberapa lembar uang seratus ribu.

"Sihiy, lagi banyak uang nih!" Aku tertawa melihat gayanya. "Sombong ya!"

Di sebelahnya, Afiq ikut tertawa.

"Ayuk lah," ajak Afiq.

Aku langsung meringis.

"Karena ada lo makanya gue nggak mau," jawabku cepat.

Mereka berdua malah tertawa lebih keras.

"Ada masalah apa dek sama Afiq?" goda Tisyam sambil tersenyum jail.

Aku menunjuk Afiq dari jendela.

"Abang jangan deket-deket dia deh. Nanti ketularan sombong, sok kegantengan lagi."

Alih-alih tersinggung, Afiq malah ngakak.

"Masih dendam lo ama gue? Padahal kemarin syuting baik-baik aja."

"Itu kan karena ada Mira sama Khalif ya. Kalau ngga ada mereka, udah habis lo sama gue," balasku.

Tepat saat itu, Khalif datang sambil membawa es teh dan coklat pesananku. Dia menengok ke arah halaman dan langsung tahu apa yang sedang terjadi.

"Ngapain nih?" tanyanya sambil meletakkan pesananku di mejaku.

Lalu ia mendekat ke jendela dan berteriak ke bawah,

"WOI! Kalian jangan ganggu Tisya! Dah tau kesabaran Tisya setipis otak kalian!"

Aku langsung tertawa keras. Bahkan Afiq dan Tisyam juga ngakak mendengarnya. Hari itu, meski tanpa geng lamaku, rasanya tetap seru namun dengan cara yang berbeda.

1
Asseret Miralrio
Aku setia menunggu, please jangan membuatku menunggu terlalu lama.
Daina :)
Author, kita fans thor loh, jangan bikin kita kecewa, update sekarang 😤
Saraah: Terimakasih dukungannya Daina/Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!