Selama ini Amara memberikan kehidupannya kepada Dion dan mengabdikan diri sebagai istri yang sempurna. sudah 3 tahun sejak pernikahan tidak ada masalah pada rumah tangga. namun fakta lain membuat hati Amara begitu teriris. Dion berselingkuh dengan seorang wanita yang baru ia kenal di tempat kerja.
Amara elowen Sinclair berusia 28 tahun, wanita cantik dan cerdas. Pewaris tunggal keluarga Sinclair di london. Amara menyembunyikan identitasnya dari Dion Karena tidak ingin membuat Dion merasa minder. mereka menikah dan membina rumah tangga sederhana di tepi kota London.
Amara menjadi istri yang begitu sempurna dan mencintai suaminya apa adanya. Tapi saat semuanya terungkap barulah ia sadar ketulusannya selama ini hanyalah dianggap angin lalu oleh pria yang begitu ia cintai itu.
Amara marah, sakit dan kecewa. ia berencana meninggalkan kenangan yang begitu membekas di sisa sisa hubungan mereka. akankah Amara dapat menyelesaikan masalahnya?....
ikuti terus ya guysss
selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17
Di dalam ruang Back stage, Vanya terlihat sudah siap dengan dress kurang bahan di bagian dada. Hari ini ada acara fashion show yang digelar di sebuah gedung di kota London. Vanya tampak santai sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Belahan dadanya begitu terbuka tapi Vanya sudah terbiasa dengan pakaian seperti itu. Tak lama Dion datang dan memeluk Vanya dari belakang. " Kamu sangat cantik sayang." bisiknya pelan di telinga Vanya. Kebetulan tempat itu sepi dan hanya ada seorang wanita yang menjadi stylist Vanya dan dia sudah biasa melihat perselingkuhan Vanya dan Dion.
Vanya tersenyum senang dengan pujian yang di dapatnya. Dion mencium pelan bahu Vanya, setelah itu Dion pergi dari ruangan itu. Dion juga hadir untuk menyaksikan penampilan Vanya. Para penggemar sudah menunggu dengan tak sabar di luar.
Vanya menarik nafas panjang, lalu tak berselang lama nama nama para model mulai di panggil satu persatu. Kini giliran Vanya yang akan tampil.
Vanya mulai keluar dari balik layar dan berjalan dengan berlenggak lenggok di atas catwalk. Ia menatap dengan tajam ke arah kamera seakan memberikan ekspresi tegas. Pinggulnya yang ramping terlihat membentuk tubuhnya dengan seksi. Seketika para penonton bertepuk tangan dengan meriah. Begitu juga dengan Dion yang menatap dengan bangga ke arah Vanya.
Di saat sudah berada di ujung, Vanya mengangkat tangan kanannya ke atas sambil melambai dengan teratur. Ia melirik ke arah Dion dan mulai tersenyum. Namun senyum itu seketika hilang saat mata Vanya menangkap sosok Gery yang duduk tepat di samping Dion. Meskipun menggunakan topi, Vanya tahu itu Gery karena ada tato naga di lehernya. Vanya dapat melihat senyum miring dari pria itu.
Seketika jantung Vanya berdetak sangat kencang, hingga ia tak bisa mengontrol ekspresinya. " Kenapa dia ada di sini?. Gawat."
Vanya bahkan tak bisa menyeimbangkan langkahnya hingga ia hampir saja terjatuh. Dion terlihat panik dan hendak berdiri namun akhirnya Vanya tak jadi terjatuh dan sudah tak terlihat di balik layar.
Para penonton mulai berbisik, tak biasanya Vanya tampil buruk seperti itu. Dia adalah super model yang tak pernah berbuat kesalahan saat tampil, tapi sekarang dia terlihat ketakutan. Dion mendengar semua bisikan itu. Tanpa dia sadari, orang yang duduk di samping nya lah penyebab semua ini.
Di ruang Back stage Vanya memukul meja rias dengan kasar. Vanya tampak kebingungan sekarang, apalagi Gery duduk sangat dekat dengan Dion. Perasaannya begitu was was. Vanya seketika merasakan sebuah tangan melingkar di pinggang rampingnya. " Dion, aku sangat gugup." lirihnya.
" Oh ya?."
Vanya membulatkan mata saat mendengar suara yang ternyata bukan Dion. Vanya berbalik dengan cepat. " Gery."
" Kamu sangat menggoda Vanya."
" Mau apa kamu ke sini Gery?." tunjuk Vanya ke arah wajah Gery dengan marah.
" Melihatmu."
Vanya menggeleng tak percaya. Ia dengan cepat mengunci pintu ruangan.
" Dengar Gery, jangan macam macam ya. Aku bisa mencelakaimu." ancam Vanya.
"Vanya, Vanya ... Aku bukan anak kecil yang takut dengan ancaman." mata Gery tertuju pada belahan Vanya yang terbuka. Vanya buru buru menutupinya dengan tangan.
" Vanya, jangan membuatku semakin marah."
" Apa yang kamu inginkan gery?. Tanya Vanya.
" Aku menginginkanmu bertanggung jawab atas semuanya." ucap Gery dengan menekan nada bicaranya.
Vanya menggeleng, terdengar suara langkah kaki yang mulai mendekat. Vanya semakin takut karena itu pasti Dion.
" Gery, aku tak bisa." ucap Vanya. Ia perlahan berjalan ke arah pintu dan mulai memutar gagang pintu.
Gery menarik tangan Vanya, di saat yang bersamaan pintu juga terbuka dan memperlihatkan Dion sudah berada di ambang pintu.
Vanya panik namun sesaat kemudian ia berteriak.
" Dion, selamatkan aku dia ingin membunuhku." teriak Vanya. Dion dengan cepat menarik Vanya kembali dan menghajar wajah Gery. Gery tak melawan seakan membiarkan semuanya.
Tak lama Dion memanggil penjaga dan Gery dibawa keluar dari gedung itu. Vanya masih menangis dan memeluk Dion dengan erat.
" Tenang sayang, dia sudah pergi." ucap Dion menenangkan Vanya.
Sementara di luar gedung, Gery mengusap darah yang keluar dari bibirnya. " Ternyata dia berselingkuh dengan pria itu." gumamnya.
Saat akan berjalan pulang, ponsel Gery bergetar dan terpampang nomor baru yang menelpon. Gery mengangkatnya dan mendengar perkataan di seberang sana dengan serius.
Tiba tiba saja Gery tersenyum dan memperlihatkan aura jahat di wajahnya. Saat telepon terputus, Gery tertawa kecil sambil membaca pesan yang masuk.
Matanya terbelalak saat mendapati nominal uang yang cukup besar masuk ke dalam rekeningnya. " Kamu akan segera hancur Vanya." gumamnya sebelum melangkah pergi dari tempat itu.
.
.
"Nona, saya baru saja menghubungi Gery, dia menyetujui rencana kita." lapor Clarissa pada Amara yang sedang menikmati makan malamnya.
" Bagus, semuanya berjalan dengan lancar." ucap Amara. Ia kembali menikmati makan malam mewah itu dengan suasana hati bahagia.
" Clarissa, jangan lupa untuk mengundang CEO perusahaan Vaughn Capital." ucap Amara mengingatkan.
" Baik nona, saya sudah mengirimkan undangan."
Amara tersenyum senang. " Oh ya, satu lagi. Alis juga punya rahasia yang mengejutkan bukan?. Dia selalu menuduhku sebagai seorang wanita penghibur. Aku mau dia merasakan hal yang sama!. Undang seluruh keluarga Dion ke acara pelantikan!." Amara menggenggam garpu dengan erat. kekesalan nya membuncah ketika mengingat kejadian itu.
" Baik nona."
" Aku ingin lihat, bagaimana ekspresi wanita tua itu saat tahu anaknya seorang pelacur. Agar mulut sombongnya bisa diam selama lamanya." gelak tawa menghiasi ruang makan itu. Clarissa ingin melarang Amara, namun ia tak ingin merusak suasana hati Amara. Sementara di sisi lain, Amara sedang di perhatikan oleh Leonard dengan senyum tipis yang terukir di bibirnya.
" Aku suka ambisi itu. Kamu luar biasa Amara." gumamnya dalam hati.
Setelah lelah tertawa, Amara akhirnya berhenti dan melanjutkan makan malamnya. Clarissa hanya bisa menggeleng pelan melihat tingkah nona mudanya itu.
" Nona, jangan terlalu banyak minum. Nona tak akan kuat." Clarissa mencoba melarang Amara yang minum terlalu banyak.
" Clarissa, biarkan aku kali ini. Aku janji hanya kali ini." kekehnya yang sudah setengah mabuk.
" Nona, tuan besar akan marah jika tahu aku membiarkanmu minum sampai mabuk begini." Clarissa mulai khawatir.
Amara meletakkan jari telunjuknya pada bibir Clarissa. " Jangan beritahu." ucapnya pelan. Ia kembali meneguk minuman itu hingga membuatnya semakin mabuk. Clarissa tak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan Amara.
Sudah dua botol Amara minum, kini ia terlihat tertidur di sofa tempatnya duduk. Clarissa mencoba mengangkat tubuh Amara namun tenaganya tak cukup kuat. " Nona, anda merepotkan sekali." baru kali ini Clarissa mengeluh.
" Biar aku saja."
Clarissa menoleh ke asal suara, ia terkejut karena yang baru saja berbicara adalah CEO perusahaan Vaughn.
" Tn Leonard."