Nayura, gadis SMA yang belum pernah mengenal cinta, tiba-tiba terikat janji pernikahan di usia yang penuh gejolak. Gavin juga remaja, sosok laki-laki dingin dan cuek di depan semua orang, namun menyimpan rasa yang tumbuh sejak pandangan pertama. Di balik senja yang merona, ada cinta yang tersembunyi sekaligus posesif—janji yang mengikat hati dan rasa yang sulit diungkapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadin Alina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 : Forgive Me
“Maaf.” Bisik Gavian lembut di telinga Nayura. Suaranya bagai desiran angin lembut yang menyapu dedaunan. Membuat Nayura menahan nafas karenanya. Hangat. Ya, sangat hangat bahkan, tubuh Nayura bergetar pelan.
Gavian merasa bersalah karena dirinya telah melihat tubuh Nayura tanpa ijin gadis tersebut. Walaupun, tidak sengaja tapi, ada yang menyayat hatinya saat melihat Nayura menangis.
Nayura memejamkan matanya kuat. Berusaha untuk tetap tenang di tengah debaran jantung yang menggila. Posisi ini terlalu intim, terlalu asing dan... terlalu baru baginya.
Ingin sekali menjauh dari Gavian namun hatinya tidak tega. Mendengar ucapan Gavian yang begitu tulus membuat Nayura tersentuh.
“Hmm…” Gavian bergeming.
Ia melirik wajah Nayura dari belakang sini yang sayangnya, tidak terlihat sama sekali. Hanya pipinya saja yang terlihat dari samping.
Mendapati Nayura yang diam tanpa merespon membuat Gavian putar otak untuk menenangkannya. Dengan keberanian yang ia punya, ia mencoba memanggilnya dengan pelan.
“Nay...”
Seketika Nayura meremas pergelangan tangan Gavian. Sungguh, ia tak lagi kuasa menahan gejolak yang menghantamnya. Gavian memanggil namanya begitu lembut...berhasil menggemparkan pertahanan Nayura yang tinggal kepingan.
Kenapa suasananya jadi tegang dan sesak, begini?
Nayura menggigit bibir bawahnya untuk menahan isakan tangis. Beberapa saat setelahnya, tubuhnya gerakan cepat dan...
Deg!
Gantian, Gavian yang kini membeku. Nayura memeluk erat tubuhnya. Bahkan, gadis itu menyembunyikan wajahnya di dada bidang Gavian. Untuk sepersekian detik Gavian masih mencerna apa yang terjadi.
Bukannya tidak suka hanya saja...ini terlalu tiba-tiba.
Menit berlalu Gavian mulai menyadari situasi, ia pun mulai bergerak. Pelan tangannya terangkat, mengusap kepala Nayura lembut.
Akhirnya, Nayura menumpahkan tangis yang sedari tadi ia coba tahan. Air mata itu jatuh membasahi kemeja Gavian.
“Lo tahu nggak sih...gue malu banget!” lirih Nayura dengan suara teredam oleh dada Gavian.
Gavian mengangguk, tetap mengusap kepala Nayura dengan sabar.
Tak lama kemudian, Nayura menarik diri. Akan tetapi, Gavian tidak membiarkan pelukan mereka terurai. Nayura mendongak menatap Gavian sejenak. Namun, pandangannya jatuh kepada kemeja Gavian. Bagian dadanya basah dan...terlihat jelas.
Ragu namun pasti tangan Gavian terangkat. Mengusap sisa air mata yang membasahi wajah cantik Nayura. Lihatlah, hidung gadis ini sampai memerah dan wajahnya sebab, namun... Gavian tetap suka.
“Forgive me.” Lirih Gavian, penuh penyesalan.
Ah, sial!
Nayura ingin sekali menggebuki dada bidang Gavian atas kelakuan kurang ajar cowok itu. Namun, entah kenapa...setiap cowok ini berbicara lembut hatinya mudah meleleh.
"Halah, hati nggak bisa di ajak kompromi!" rutuk Nayura dalam hati.
Nayura menatap tajam Gavian, mencoba menampilkan ekspresi galak. Kenyataannya, hatinya memanas mendapati cowok itu membalas tatapannya dengan tulus dan dalam.
“Lo harus tanggung jawab!” sentak Nayura.
cepat Gavian menganggukkan kepalanya. Tentu, ia akan tanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan, dengan senang hati.
“Oke, bahkan gue udah lakuin tanggung jawab itu.”
Dahi Nayura berkerut tipis dengan alis meliuk tampak berpikir maksud ucapan Gavian.
“Gue udah nikahin, lo.” Kata Gavian, menjawab kebingungan yang terpampang jelas di wajah Nayura.
“Bukankah, hal tersebut bagian dari tanggung jawab?” lanjut Gavian membuat Nayura melongos dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Goblok!
Kenapa juga Nayura mintak tanggung jawab? Padahal beberapa jam yang lalu Gavian baru saja officially memikul tanggung jawab tersebut.
“Maksud gue itu...“ Nayura hendak menjelaskan namun…
“Ah, lupakan!” putusnya kemudian, memilih bangkit.
Akan tetapi, Gavian menahan pundaknya, menekannya perlahan membuat Nayura kembali ke posisi semula.
Nayura melotot menatap Gavian dengan nyalang. Gavian tidak takut sama sekali. Yang ada ia gemes melihat Nayura demikian.
“Katakan.” desak Gavian, suaranya dalam dan terdengar tegas.
“Gue bilang lupakan, ya lupakan!” tekan Nayura, membalas tatapan elang cowok itu.
Sudut bibir Gavian naik menciptakan smrik yang membuat suasana di kamar makin panas.
Reflek, Nayura mundur hingga ia tersudut ke tepi ranjang “Lo mau ngapain?” tanyanya panik.
“Katakan.” Ulang Gavian, semakin gencar untuk mendekati Nayura.
Nafas Nayura tercekat. Nayura menahan dada Gavian. Namun, tangannya di tarik oleh Gavian, mengikis jarak di antara mereka. Wajah Gavian begitu dekat, bahkan deru nafasnya terasa menyapu permukaan wajahnya.
“Gue bisa jatuh.” Beritahu Nayura dan Gavian…ia menganggukkan kepala.
“Ya Allah, gue nggak mau di cium dengan situasi seperti sekarang ini!” jerit batin Nayura.
Fyuh!
Diluar prediksi BMKG. Gavian meniup wajah Nayura, membuat Nayura membuka mata kaget.
Deg!
Pandangan mereka bertemu. Jarak mereka begitu dekat. Jika salah satu dari mereka bergerak yakinlah, sesuatu akan...terjadi.
“Katakan.” bisik Gavian dengan suara berat. Setelah beberapa saat saling tatap.
Nayura menelan salivanya dengan susah payah. Keringat mulai membasahi pelipisnya. Ia takut, cemas dan deg-degan yang tak berkesudahan menghadapi situasi saat ini.
Tidak ada pilihan lain, bibir Nayura terbuka membuat Gavian tersenyum di dalam hati.
“Gu-Gue... cu-cuman nggak mau lo---“ Ucap Nayura gugup setengah mati bahkan, lidahnya terasa kelu untuk berbicara.
...----------------...
always always bagus!!
hebat!!! Udah cocok itu open comision
kondangan kita! Semur daging ada gak?
Setiap komentar dan dukungan kalian, sangat berharga bagiku. Membakar semangat untuk terus menulis🔥
Happy reading 🤗