Pergolakan bathin , antara dendam dan kebenaran seorang anak manusia di masa itu.
Dengan segala kelemahan nya yg membuat diri nya terasa begitu di rendahkan oleh orang sekelilingnya.
Bahkan tanpa kemampuan apa pun , ia amat begitu menderita.
Hingga pada waktu nya , diri nya menemukan keberuntungan yg tidak terhingga,.
Apa yg selanjut nya terjadi ,,..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakaria Faizz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#1 Pendadaran di Pajang.
Sementara itu di Kademangan Prambanan sendiri, nama Danurwedha sebagai seorang bocah remaja yg memiliki kesaktian yg luar biasa pun menjadi pembicaraan di kalangan warga, baik dari seorang anak-anak hingga orang dewasa membicarakan kemampuan bocah yg berambut gimbal ini.
Bahkan Ki Demang dan Ki Jagabaya pun telah bersepakat untuk mendaftarkan nya sebagai seorang prajurit di kotaraja Pajang.
" Kalau menurut ku memang demikian ada nya Ki Demang , salah seorang dari Prambanan ini harus ada yg menjadi prajurit " sebut Ki Jagabaya pada suatu ketika.
" Aku sependapat dengan mu Ki, nak Danur memang harus kita ajukan untuk menjadi seorang prajurit, karena kemampuan nya pun sudah setara dengan seorang prajurit " balas Ki Demang Prambanan yg menanggapi pernyataan bawahan nya ini.
" Bahkan kalau menurut ku, ia lebih hebat dari seorang prajurit, dengan hanya tangan kosong diri nya sanggup mengalahkan macan sebesar itu seorang diri," sahut Ki Jagabaya.
" Bahkan sekelas Ki Surojiwo, pemimpin begal alas mentaok yg bergelar Si alap-alap hitam itu pun harus lari terbirit-birit karena nya " ungkap Ki Demang lagi sambil tersenyum
Dan Ki Jagabaya pun mengangguk kan kepala nya, sependapat dengan perkataan pemimpin nya ini.
Begitu lah, baik Ki Demang mau pun Ki Jagabaya trlah sependapat untuk mengajukan Danurwedha menjadi seorang prajurit.
Waktu terus berlalu keadaan pun semakin berubah, setelah hampir satu tahun sejak kejadian di pos perondan ujung itu terjadi, kini tiba lah saat nya kotaraja Pajang memberikan ontran-ontran mengenai penerimaan untuk masuk menjadi seorang prajurit di Pajang.
Sebab saat itu kotaraja Pajang, utama nya para pejabat tinggi nya banyak melihat daerah bawahan dari kerajaan ini tengah membentuk suatu pasukan.
Adalah mataram lah yg menjadi sasaran utama nya, karena saat itu mataram yg di pimpin oleh Ki Gede Pemanahan atau bergelar Ki Gede Mataram memang banyak menerima kedatangan orang-orang yg berasal dari keprajuritan Pajang sendiri.
Padahal hal tersebut tidak dengan sengaja di lakukan oleh Ki Gede Mataram ini.
Karena menurut nya janji seorang ksatria memang harus di junjung tinggi dan di penuhi.
Mataram saat itu memang telah mengalami kemajuan yg sangat pesat untuk sekelas tanah perdikan.
Karena banyak nya para petinggi maupun prajurit biasa yg telah menyebrang ke mataram, maka Pajang pun kembali melakukan pendadaran guna menerima prajurit yg baru.
Hampir seluruh wilayah di minta untuk mengirimkan putra-putra terbaik nya agar kelak bisa diangkat sebagai seorang prajurit.
Dan demikian pula di kademangan Prambanan.
Ki demang sendiri lah yg menunjuk beberapa orang pemuda yg akan berangkat ke kotaraja Pajang guna melakoni pendadaran.
" Akan tetapi bagi se siapa saja yg berminat untuk menjadi seorang prajurit, dapat melakukan nya dengan datang sendiri ke kotaraja , karena hal ini terbuka untuk umum " sebut Ki Demang menjelaskan.
Maka di sebutkan lah nama-nama yg akan berangkat ke kotaraja Pajang, ada sepuluh orang.
Hingga pada akhir penyebutan nama, nama dari Danurwedha tidak di sebutkan.
Dan bocah remaja itu pun nampak menunduk kan wajah nya.
Sebab ia sudah sangat berharap sekali dapat di berangkatkan sebagai utusan dari kademangan nya ini sebagai seorang calon prajurit.
Ketika nama ke sepuluh orang itu telah di sebutkan dan mereka pun langsung di minta untuk bersiap-siap berangkat.
Adalah Ki Jagabaya lah yg mendekati bocah remaja yg berambut gimbal ini seraya berbisik di telinga.
" Apakah diri mu berminat untuk menjadi seorang prajurit nya ?" tanya Ki Jagabaya dengan sangat pelan sekali.
Tanpa menjawab, bagaikan seorang anak kecil yg akan mendapatkan sebuah mainan dari orang tua nya, kepala Danurwedha pun mengangguk berulang kali tanda ia memang sangat berkeinginan untuk menjadi seorang prajurit.
' Apakah diri mu tahu bahaya nya menjadi seorang prajurit, dan sesungguh nya diri mu itu belum cukup umur untuk menjadi seorang prajurit ?" kata Ki Jagabaya.
Danurwedha pun kembali menunduk kan wajahnya, ada rasa sedih yg terpancar dari aura muka nya ini.
Apakah diri ku ini memang masih sangat kecil, sehingga tidak pantas untuk menjadi seorang prajurit ?, membathin ia di dalam hati nya.
Dan akhir nya ada rasa kepasrahan yg keluar dari raut wajah nya itu.
" Akan tetapi kami berdua bersama Ki Demang setuju mengusulkan diri mu untuk menjadi seorang prajurit, dan kau esok sudah dapat berangkat ke kotaraja mewakili kademangan Prambanan ini guna dapat menjadi seorang prajurit !" seru Ki Jagabaya lagi.
Pecah lah tangis kebahagiaan dari seorang bocah remaja yg bernama Danurwedha.
Ia sampai bersujud di atas tanah dan mengucapkan rasa terima kasih nya yg tak terhingga bagi Ki Demang juga Ki Jagabaya.
" Aku akan membalas rasa kepercayaan dari Ki Demang dan juga Ki Jagabaya ini, " berkata ia dengan suara yg cukup serak.
Ia memang sangat berharap sekali dapat menjadi seorang prajurit di kotaraja Pajang yg memang banyak dari bocah seusia nya berharap dapat mengabdikan diri di bidang keprajuritan tersebut.
Demikian pula diri nya yg selama ini selalu merasa rendah diri karena keadaan nya yg memang agak lain dari kebanyakan penduduk kademangan.
Ki Demang pun lantas berpesan kepada Danurwedha agar selalu berhati-hati dalam semua tindak tanduk nya, ia memang harus membuktikan bahwa diri nya cukup layak sebagai seorang prajurit bukan akan kembali lagi karena tidak di terima di Pajang.
" Tentu Ki Demang, apa yg telah Ki Demang pesankan itu akan selalu ku ingat !"
Danurwedha berjanji di hadapan kedua orang pemimpin kademangan Prambanan ini.
Ia pun lantas segera kembali ke rumah nya dengan sangat bersuka cita.
Ibu harus tahu akan hal ini, bahwa aku akan berangkat ke kotaraja Pajang guna mencoba keberuntungan ku disana, kata nya dalam hati.
Begitu ia tiba di rumah nya, keadaan rumah itu tampak sangat sepi sekali tidak di lihat nya sang ibu berada di sana.
Tidak biasa nya , ibu , kalau waktu seperti ini belum berada di rumah, padahal ia biasa nya sudah mengemasi singkong yg ia jemur itu, berkata bocah remaja ini di dalam hati nya.
Ia masih melihat jemuran dari sang ibu yg berada di atas atap rumah nya.
Dengan cukup cekatan, ia pun menurunkan nya dan membawa masuk ke dalam.
Cukup lama juga bocah ini menunggu kedatangan ibunda nya itu.
Hampir mentari tenggelam, baru lah Nyi Sumi kembali ke rumah nya.
Perempuan itu melihat putra satu-satu nya tengah duduk dan membersihkan peralatan nya.
" Kamu sudah kembali anak ku ?!" tanya sang ibu kepada Danurwedha.
" Sudah bu!, bahkan sudah cukup lama aku kembali, ibu pergi kemana ?" tanya nya balik kepada sang ibu.
Nyi Sumi menjelaskan kepada anak nya ini mengenai kepergiaan nya tadi.
" Ada seseorang tadi yg ingin bertemu dengan ibu, ia meminta tolong agar membantu nya menanam padi " jawab Nyi Sumi.
" Ooo "
Danurwedha pun tidak melanjutkan pertanyaan nya lagi.
" Lalu bagaimana hasil musyawarah di banjar kademangan tadi, apakah diri mu terpilih menjadi salah seorang calon prajurit di Pajang ?" tanya Nyi Sumi kepada anak nya ini.
" Syukur kepada yg maha kuasa, Wedha terpilih menjadi salah seorang yg akan berangkat ke kotaraja" jawab Danurwedha.
" Hahh !, apakah aku tidak salah dengar anak ku, diri mu akan melakukan pendadaran guna menjadi seorang prajurit di Pajang ?" tanya Nyi Sumi setengah tidak percaya.
Akan tetapi Danurwedha pun kembali menjelaskan nya , bahwa ia adalah orang yg ke sebelas yg akan berangkat ke kotaraja Pajang.
" Ibu setuju bukan, Wedha akan menjadi seorang prajurit ?" tanya nya kepada sang bunda.
Nyi Sumi tidak menjawab, di pandangi nya wajah polos dari sang anak ini lalu kemudian ia pun tersenyum.
" Ibu akan sangat mendukung akan semua cita-cita mu itu, berangkat lah, ibu akan bangga bila kelak diri mu terpilih menjadi seorang prajurit di Pajang " ungkap Nyi Sumi.
Dari jawaban nya ini dapat menenangkan perasaan Danurwedha, bahwa orang tua satu-satu nya ini mengizinkan nya untuk berangkat.
" Lalu kapan diri mu akan berangkat anak ku ?" tanya Nyi Sumi kepada Danurwedha.
," Mungkin esok bu!, wedha akan berangkat bersama dengan yg lain nya " jawab Danurwedha.
" Berhati-hati lah, doa ibu akan selalu menyertai mu anak ku , gapai lah cita-cita mu itu anak ku" kata Nyi Sumi menasehati.
Danurwedha pun mengangguk pelan membalas perkataan dari orang tua satu- satu nya ini.
" Jadi malam ini kau sudah bisa berkemas, bawa lah seperlu nya saja, sebab belum tentu diri mu akan di terima disana " kata Nyi Sumi lagi.
dan pada akhirnya jadi prajurit mataram
nggak sabar juga nunggu kedatangan si alap alap hitam dan ingin tahu bagaimana aksinya