NovelToon NovelToon
MY BODYGUARD

MY BODYGUARD

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Obsesi / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kehidupan di Kantor / Fantasi Wanita
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ana_nanresje

Hidup di tengah-tengah para Pria yang super Possessive tidak membuat Soraya Aleysia Abigail Jonshon merasa Terkekang Ataupun diatur. Karena hanya dia satu-satunya perempuan yang hidup di keluarga itu, baik Ayah maupun kakak-kakaknya, mereka menjaganya dengan super ketat . Bagi mereka, Raya adalah anugrah Tuhan yang harus benar-benar dijaga, gadis itu peninggalan dari Bunda mereka yang telah lama meninggal setelah melahirkan sosok malaikat di tengah-tengah mereka saat ini.

Raya adalah sosok gadis jelmaan dari bundanya. Parasnya yang cantik dan mempesona persis seperti bundanya saat muda. Maka dari Itu baik Ayah maupun Kakak-kakaknya mereka selalu mengawasi Raya dimanapun Gadis itu berada. Secara tidak langsung mereka menjadi Bodyguard untuk adik mereka sendiri.


Penasaran sama kisahnya? kuylah langsung baca.....!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26_Penenang

Menangis, itulah yang saat ini Raya lakukan. Semua rasa yang menyelimuti hatinya, bercampur aduk menjadi satu ia tumpahkan dengan buliran bening yang terus lolos dari tempatnya. Tidak ada tempat untuk mengadu, tidak ada bahu untuk bersandar dan tidak ada tangan yang menghapuskan Air matanya. Yang bisa Raya lakukan hanyalah menangis dan menangis.

Terisak pilu dan menyayat hati. Baru kali ini Raya bertengkar hebat dengan kedua kakaknya. Dimana, sebelumnya mereka belum pernah berdebat sehebat ini. Kenapa jadi begini?

Raya menarik selimut yang menutupi tubuhnya. Tubuhnya ia sandarkan pada kepala ranjang, kedua tangannya menutup rapat mulutnya berusaha meredam tangisan yang terus menjadi. Kedua kakinya menekuk, menenggelamkan wajahnya yang sudah sangat kacau.

Kak Rey. Kak Randi.

Ada apa dengan kedua kakaknya? Kenapa mereka bisa melakukan ini semua padanya? Seseorang tolong beritahu Raya, kenapa kedua kakaknya seperti ini?

Tidak ada senyuman lagi untuk Raya dari kedua kakaknya. Tidak ada lagi aksi jail yang selalu membuat mereka berdebat berujung gelak tawa. Tidak ada lagi tutur kata yang lembut yang memanjakan indra pendengarannya. Hanya bentakan dan teriakan yang terus Raya dengar akhir-akhir ini. Kenapa? Dan apa masih bisa hidupnya seperti hari-hari kemarin? Raya rindu masa itu. Raya rindu kedua kakaknya yang hangat, Raya rindu kedua kakaknya yang terus tersenyum padanya, Raya rindu semuanya. Raya rindu.

Kedua pria itu berjalan beriringan berjalan melewati setiap lorong sampai berhenti di sebuah ruangan. Tangannya mengetuk pintu yang sudah terbuka lebar, seorang Pria berjalan menghampiri mereka.

" Selamat Siang,"

" Siang Pak." Kedua pria itu yang tak lain adalah Rey dan Randi membalas jabatan dari seorang pria yang berprofesi sebagai Kabag Kemahasiswaan sekaligus Dosen killer di Universitas Garuda, siapa lagi kalau bukan pak Alden. 

" Silahkan duduk," Ucap Pak Alden mempersilahkan.

" Dimana Raya? Apa dia membolos lagi? Saya sudah cek ke kelasnya dan dia tidak ada." Tutur Pak Alden membuat kakak beradik itu saling melirik.

"Ehem," Rey berdehem membuat pak Alden menoleh padanya " Sebelumnya saya minta maaf. Saya Rey dan ini Randi adik saya. Kami disini ingin memberitahukan bahwa adik kami yaitu Raya tidak bisa mengikuti perkuliahan seperti biasanya. Kesehatannya sedikit terganggu, Raya sedang sakit. "

Pak Alden diam sejenak lalu menatap secara bergantian kakak beradik itu " Saya pikir Raya membolos lagi karena kemarin pun dia membolos. Dan alasan saya memanggil pihak keluarga Raya karena ini sebagai peringatan untuk Raya karena sudah membolos Dua kali. Bukan apa, Raya itu mahasiswa pindahan, tapi dia sudah membolos dua kali. Jika saya tidak melakukan panggilan pada pihak keluarga, saya takut Raya akan mengulanginya lagi. Jika sakit atau ada acara lainnya setidaknya konfirmasi ke pihak kampus dan kami pun akan memakluminya!"

" Iya pak. Sebelumnya kami ucapkan terimakasih atas perhatian Bapak pada Raya. Tapi kami tidak berbohong Raya benar benar sakit." Ucap Randi " Dan masalah membolos Kami pas....

" Sebelumnya saya pikir Raya adalah anak yang aktif dan rajin. Tapi setelah saya perhatikan sepertinya Adik kalian salah pergaulan." Potong Pak Alden membuat Randi menelan kembali perkataannya.

Randi dan Rey saling melirik terdapat kerutan pada keningnya bingung dengan perkataan Pria yang duduk berseberangan dengannya "  Ketika Raya membolos Shaka pun ikut membolos, dia pria yang sekelas dengan Raya!"

" Shaka?" Pak Alden mengangguk.

" Ya, Shaka. Kalian mengenalnya bukan?"

" Tidak. Kami tidak mengenalnya." Jawab Rey dengan mantap.

" Benarkah? Tapi saya perhatikan mereka sangat dekat. Bahkan yang saya dengar mereka di gosipkan berpacaran. Yah namanya juga gosip saya juga tidak bisa menyimpulkan dari satu pihak saja." Tuturnya semakin membuat Rey dan Randi geram. Mendengar namanya saja sudah membuat mereka naik darah. Lalu bagaimana jika mereka bertemu?

Buliran bening yang sudah mengering kini kembali membasahi pipinya. Matanya sembab, hidungnya pun kembali memerah dan buliran bening yang berkali kali lolos dari tempatnya membuat hati Liam -  sang Ayah seperti teriris. Putrinya hidup menderita.

" Udah jangan nangis lagi. Semuanya akan baik-baik saja." Raya semakin terisak saat sang ayah menyentuh lembut surai nya. Menghapus air matanya dan berusaha menenangkan putri kecilnya. Ini lah yang Raya butuhkan sosok ayah yang selalu ada untuknya.

" Ayah..... kenapa?" Raya menangis pilu. Ayahnya baru saja datang entah habis dari mana. Menjelang subuh Raya terbangun saat merasakan sentuhan lembut di pipinya dan itu Ayahnya.

Dan sampai sekarang, matahari sudah berada di atas kepala sang Ayah masih setia menemaninya " Karena mereka menghawatirkan mu!"

Raya menggelengkan kepala " Mereka udah nggak sayang lagi sama Raya," Sakit. Tentu. Kata kata yang keluar dari mulutnya seketika menusuk hatinya sendiri.

Sang ayah menangkup pipi Raya menatapnya lekat sembari berkata

" Karena mereka sangat sayang sama kamu sehingga mereka bersikap seperti itu!"

" Tapi kenapa?"

" Sudah Ayah katakan semuanya akan baik-baik saja. Rey dan Randi biar ayah yang urus."

" Ayah," Kembali Raya menangis seolah air matanya tak akan pernah habis. Sang ayah mengecup lembut pucuk kepala Raya mengusapnya lembut berusaha menenangkannya.

" Mereka hanya takut. Takut jika adik kesayangannya terluka. Mereka sayang sama kamu, karena itu mereka keras padamu."

" Tapi kenapa, kenapa mereka melarang Raya berteman dengan Shaka? Dia pria baik Ayah dia teman Raya!"

" Iya Ayah tau. Mungkin mereka belum terbiasa melihat kamu seakrab itu dengan pria lain, sehingga mereka selalu beranggapan kalau kamu dalam bahaya jika terus bersama dia."

" Tapi Shaka pria yang baik ayah. Dia lah yang selama ini menjadi teman Raya selain Meli dan Hana."

" Hey tenanglah. Ayah sudah katakan jika ayah percaya sama kamu. Ayah tidak melarang mu dekat dengan siapapun selagi itu membuatmu bahagia dan senang."

" Tapi DuoR?"

" Biar Ayah yang urus kedua kakak mu. Kalau begitu ayah turun dulu mau ambil makanan untukmu."

" Tapi Raya nggak laper,"

" Enggak sayang. Kamu belum makan apa-apa. Jangan membuat Ayah dan kedua kakakmu cemas dengan kesehatan mu!" Raya tidak bisa menolak saat sang ayah sudah keluar dari kamarnya. Jika di pikirkan kembali perkataan sang Ayah, yang di ucapkan ayahnya memang benar. Baru kali ini Raya akrab dengan seorang pria bahkan pria itu sudah mengantarkan dirinya pulang kerumah. Sebelumnya belum satupun pria lain yang mengantarkan Raya pulang.

Shaka. Kenapa kedua kakaknya tidak menyukainya? Kenal saja Belum tapi mereka sudah berpendapat yang tidak tidak mengenai pria itu. Ada masalah apa sebenarnya?

Berkecamuk dengan pikirannya sendiri tiba-tiba lamunannya buyar saat sebuah getaran ponsel yang terapat di nakasnya.

Raya menyipitkan matanya. Ponsel? Bukankah ponselnya sudah hancur? Tangannya terulur mengambil benda pipih berbentuk persegi itu, mirip sangat mirip ponsel yang sedang di pegang Raya sangat mirip dengan ponsel milik Raya yang di banting oleh Rey. Matanya tak sengaja mendapati sebuah catatan kecil yang terselip di bawah Ponsel itu.

Sorry My angel.

Raya mengusap kata yang tertera di atas kertas berwarna kuning itu. Kedua sudut bibirnya tertarik kearah berlawanan. Benar kata ayahnya DuoR tetap dan akan terus menyayangi dan melindunginya.

Raya menggeser tombol hijau pada ponsel barunya, itu bukanlah panggilan biasa melainkan video call.

" Hall....

" Ray, kamu baik-baik aja kan?" Belum sempat Raya menyapa orang yang berada di sebrang sana. Justru lawan bicaranya langsung memotong perkataannya.

" Sha-ka?"

" Kamu habis nangis? Mata kamu sembab, idung kamu juga merah. Kamu baik-baik aja kan Ray?" Tanyanya lagi. Bahkan tidak memberikan kesempatan untuk Raya menjawabnya.

" Aku baik-baik aja kok." Ucap Raya membuat Shaka bernafas lega.

" kenapa nggak masuk kuliah? Aku menunggu kamu sedari pagi. Hana dan Meli juga mencarimu. Dan ya kata mereka dari semalam ponselmu tidak bisa di hubungi. Semuanya baik baik aja kan?"

" Aku... gak enak badan. Dan ya semalam ponsel ku mati. Kamu tenang aja aku baik baik aja!" Jawab Raya seadanya. Bagaimana kakaknya bisa menyuruh Raya untuk tidak berteman dengan Shaka sedangkan Shaka pria yang baik terdapat Raya. Lihatlah, bahkan saat ini pria itu sedang mencemaskannya. Lalu dimana letak bahayanya?

" Kamu tidak pandai berbohong Ray. Katakan yang sejujurnya kamu habis nangis kan? Kenapa?" Shaka tidak bisa percaya begitu saja. Bagaimana gadis itu bisa berkata jika semuanya baik baik saja, sedangkan dengan melihat kondisinya yang sekarang jelas gadis itu tidak dalam keadaan baik.

Raya terdiam. Yang di ucapkan Shaka memang benar dia bukanlah pembohong yang baik. Bagaimana bisa dia berkata baik baik saja sedangkan ia sendiri dapat melihat di pantulan layar Ponselnya, jika penampilannya saat ini sangatlah kacau.

" Ray, ini ada hubungannya dengan ku bukan?" Raya masih terdiam. Dengan melihat wajah Shaka saja rasanya hatinya sedikit  lega dan tenang.

" Maaf!"

Raya menggelengkan kepalanya " Ini bukan salah kamu," Ucap Raya " Aku cuma gak enak badan. Besok aku udah bisa masuk lagi kok."

" Jangan bohong, sudah aku katakan kamu bukan pembohong yang handal. Ini ada sangkut pautnya dengan ku kan?" Tanya Shaka lagi.

" Aku harus berkata apa? Aku memang sedang tidak enak badan Ka, Dan.... dan ini semua tidak ada sangkut pautnya sama kamu!" Raya menengadahkan kepalanya berusaha menghalau air mata yang akan kembali lolos dari tempatnya.

" jangan nangis aku gak suka liatnya!"

" Aku juga gak suka nangis. Walaupun sudah aku tahan Tapi tetap aja keluar. Aku harus gimana?" Tutur Raya yang sudah kembali terisak.

" Nangis aja Ray, nggak apa-apa kok. Nangis sampai kamu lelah dan merasa lebih tenang. Maaf aku nggak bisa menghapus air mata kamu. Maaf aku nggak bisa berada di samping kamu dan maaf aku sudah membuat kamu dalam kondisi seperti ini!"

Raya menghentikan tangisannya. Matanya yang penuh dengan genangan air mata menatap lekat pada pria yang juga sedang menatapnya " Ka, Aku cuma pengen temenan sama kamu. Aku nggak mau jaga jarak sama kamu tapi kenapa, kenapa mereka melarang aku?"

" Sudah jangan pikirkan itu. Besok semuanya akan baik baik aja."

Raya menghapus air mata yang kembali membuat jalur di pipinya. Kedua sudut bibirnya tertarik mengukir senyuman tipis " Kamu mirip sama ayah. Perkataan mu membuat ku tenang. Ka, aku kangen kamu."

" Aku juga." Balasnya membuat Raya terisak haru.

" Puas puasin nangisnya Ray, karena besok sampai seterusnya aku nggak mau liat kamu nangis lagi. Karena bagiku air matamu terlalu berharga." Sambungnya lagi sehingga membuat gadis itu kembali terisak. Bukan sedih tapi haru dan bahagia.

1
Juprianto
Karyanya bagus cm kurang seru dan panjang thooor/Smile/
Juna: makasih udah mau mampir, masih proses menuju konflik nya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!