Bumi serasa akan runtuh menerpa Kirana ketika dia mengetahui fakta bahwa Bryan, suaminya, ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Maudy.
Tak tebersit sedikitpun dalam benak Kirana kalau sahabatnya itu akan menjadi duri dalam rumah tangganya.
Sepuluh tahun menikah dengan Bryan kini diambang kehancuran. Tidak sudi rasanya Kirana berbagi suami dengan wanita lain apalagi wanita itu adalah sahabatnya sendiri hingga dia memutuskan untuk bercerai.
Lantas, bagaimana Kirana menghadapi hidupnya setelah berpisah dengan Bryan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon REZ Zha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 - Kandas Di Tengah Jalan
Bryan tampak kebingungan, setelah perselingkuhannya terbongkar oleh Kirana. Apalagi Kirana mengancam akan menggugat cerai dirinya.
Bryan kesal dirinya tidak bisa mengejar Kirana, karena ada orang tak dikenal menghalanginya. Entah, Bryan sendiri tidak tahu siapa wanita itu. Dia tidak ingat kalau dia pernah melihat wanita Grace sebelumnya.
Bryan berjalan mondar mandir dengan memijat pelipisnya. Dia berani melakukan perselingkuhan, tapi ia tak siap kalau sampai ketahuan oleh Kirana.
Dia berkali-kali menghubungi nomer Kirana, tapi panggilannya tak tersambung karena Kirana sepertinya memblokir nomernya.
Sementara Maudy hanya duduk di tepi tempat tidur dengan tangan meremas sprei tempat tidurnya. Dia yakin Bryan pasti akan meninggalkannya setelah kejadian ini. Sementara dirinya tidak siap kalau berpisah dengan Bryan.
"Siapa yang kamu ajak bicara itu, Dy?" Bryan teringat rekaman pengakuan Maudy tentang pernikahan siri mereka. Dia seolah menyalahkan Maudy yang menyebabkan hubungan mereka terbongkar.
"Aku ... aku bicara sama tetangga baru di sebelah, Mas." Dengan jujur Maudy mengatakan siapa yang berbicara dengannya. Sama sekali dia tak menyangka kalau dia sedang dijebak oleh Kirana.
"Tetangga sebelah mana?" geram Bryan.
"Sebelah kanan apartemenku," sahut Maudy kembali.
Bryan berhambur keluar menuju apartemen yang dimaksud Maudy. Dia langsung mengetuk pintu kamar yang disewa Rizal.
Tok tok tok
Bryan mengetuk dengan keras pintu apartemen sebelah Maudy. Ya, tentu dia kesal karena merasa dijebak. Dia ingin tahu, siapa saja yang membantu Kirana sampai istrinya itu tahu tentang segala hal termasuk soal kalung yang ia beli untuk Maudy.
Tak juga mendapat respon dari penghuni kamar apartemen itu, Bryan mendorong pintu hingga pintu itu terbuka. Rupanya Rizal sengaja meninggalkan kamar itu tanpa dikunci.
Bryan menerobos masuk ke dalam kamar apartemen itu terlihat rapih dan kosong, sama sekali tak berpenghuni. Bahkan tidak menampakkan bekas ditempati.
"Aaarrgghh!" Bryan kesal karena jebakan untuknya memang sudah dipersiapkan dengan matang.
Sementara setelah dibawa Grace kembali ke hotel, Kirana menumpahkan kekesalannya dengan menangis. Dia rasa wajar dia menangis karena kecewa, karena ia manusia biasa bukan malaikat atau dewa.
"Aku ngerti bagaimana rasanya dikhianati orang yang kita cintai dan kita percaya, Mbak. Aku juga pernah mengalami itu, walau kasusnya beda. Tapi, dia hampir membuat nyawa aku melayang karena ingin lepas dari kesalahan." Grace sedikit menceritakan sedikit masa lalunya pada Kirana, agar Kirana tak merasa sendiri dan terpuruk.
"Saya hanya nggak menyangka ini terjadi pada saya, Mbak. Padahal selama ini saya berusaha menjadi istri yang baik dan nggak melawan suami." Kirana menghempas nafas panjang, mencoba melepas beban berat atas perselingkuhan suaminya.
"Mungkin ini jalan terbaik untuk Mbak. Mbak akhirnya tahu kebohongan suami Mbak, jadi Mbak nggak ditipu lebih lama. Percayalah, Mbak, pasti Tuhan sudah mempersiapkan masa depan yang terbaik buat Mbak." Grace menyemangati Kirana. Karena dia sudah mempersiapkan masa depan yang cerah bagi Kirana setelah lepas dari Bryan.
***
Ddrrtt ddrrtt
Kirana meraih ponsel yang ia letakan di bantal dekat ia merebahkan tubuh dengan posisi telungkup. Dia melihat nama Sandra yang melakukan panggilan telepon kepadanya.
Kirana menyeka air matanya sebelum menerima panggilan telepon dari sahabatnya itu.
"Halo?" sapa Kirana dengan suara parau.
"Halo, Na. Gimana? Kamu memergoki mereka? Mas Bryan ada di apartemen Maudy?" Sandra memberondong Kirana dengan pertanyaan. Karena Kirana sempat menceritakan rencana kepergiaannya ke Surabaya pada Sandra.
"Iya, San. Mas Bryan ada di apartemen Maudy," papar Kirana dengan nada lirih.
"Astaga! Tega banget si Maudy nu5uk kamu dari belakang," sesal Sandra dengan nada kecewa. "Na, kamu yang sabar, aku dan Maya akan ada untuk kamu." Sandra dapat mengerti, bagaimana hancurnya hati Kirana. Mungkin jika ada di dekatnya dia akan memeluk Kirana dan rela menjadikan bahunya untuk sandaran menangis bagi Kirana.
"Thanks, San." Kirana tahu ucapan Sandra sangat tulus terhadapnya. Dia juga mengucapkan terima kasih atas dukungan Sandra terhadap masalah yang ia hadapi saat ini.
"Lantas, apa yang akan kamu lakukan sekarang, Na?" tanya Sandra kemudian.
Kirana kembali mengatur nafasnya. Karena kenyataan pahit yang ia terima benar-benar membuat dadanya terasa sesak.
"Besok pagi aku akan kembali ke Jakarta. Aku akan mengajukan gugatan perceraian pada Mas Bryan, San," jawab Kirana.
"Lalu anak-anak gimana? Kamu akan membawa mereka, kan? Kamu akan tinggal di mana, Na? Gimana kalau sementara ini kamu menetap di rumahku sambil menunggu kamu selesai urus perceraian kamu dan kamu dapat rumah untuk tinggal." Sandra bahkan menawarkan rumahnya sebagai tempat Kirana setelah keluar dari rumah yang selama ini ditempati bersama Bryan.
"Nggak, San. Aku nggak enak numpang di rumah kamu." Kirana tentu tak enak menumpang di keluarga Sandra, karena sedekat apa pun hubungannya dengan Sandra, mereka bukanlah keluarga, sehingga Kirana berusaha mencegah hal yang tidak diinginkan.
"Aku sudah bicara dengan tanteku, sementara ini aku akan menetap di rumah tanteku dulu. Setelah itu baru aku akan pikirkan lagi akan tinggal di mana." Untuk saat ini otaknya sedang tidak bisa berpikir secara jernih. Lagi pula ia kemarin sibuk mencari bukti perselingkuhan suaminya sehingga belum sempat mencari tempat tinggal untuknya nanti bersama kedua anaknya.
***
Menggunakan pesawat di penerbangan pertama, Kirana kembali ke Jakarta ditemani Grace dan Rizal. Kirana berterima kasih kepada kepada mereka berdua karena membantu membongkar perselingkuhan suaminya. Bahkan, Grace menyuruh anak buah Rizal untuk membantunya mengurus perceraian dengan Bryan. Di tengah-tengah kesedihan dan kekecewaannya, kini dia dipertemukan dengan orang-orang baik yang tulus membantunya. Bahkan Grace sudah seperti sahabat baru baginya.
Seperti tak ada rasa lelah, sesampainya di rumah, Kirana bergegas mengepak pakaian dan barang-barangnya yang akan ia bawa dari rumah itu, termasuk barang-barang milik kedua anaknya. Mumpung Bryan masih di Surabaya dan mungkin akan sampai di rumah dini hari nanti.
"Ibu mau ke mana? Kenapa semua pakaian ibu dan anak-anak dimasukan ke koper, Bu?" tanya Bi Sumi yang terheran melihat Kirana seperti hendak pindahan.
"Saya dan anak-anak akan pindah dari rumah ini, Bi." Kirana berkata yang sebenarnya. Tak ada yang ia tutupi lagi tentang kondisi rumah tangganya bersama Bryan. Sebab, cepat atau lambat orang-orang di rumah itu akan tahu dirinya akan bercerai dengan Bryan.
"Lho, memang mau pindah rumah ya, Bu? Kok, bibi nggak tahu, Bu? Bibi belum sempat beres-beres." Bi Sumi justru mengira mereka semua akan pindah rumah.
"Bukan gitu, Bi. Saya dan anak-anaknya yang akan pindah, bapak tetap di sini," ucap Kirana, "Saya dan bapak akan berpisah, Bi." dengan nada tercekat di tenggorokan Kirana menjelaskan kalau ia akan segera bercerai dengan Bryan.
"Berpisah? Maksud Ibu?" Bi Sumi terkejut mendengar ucapan Kirana. Dia tak ingin menduga-duga meskipun ia punya pikiran ke arah sana.
"Kami akan bercerai, Bi," sambung Kirana.
"Astaghfirullahal adzim!" Bi Sumi sampai terperanjat karena apa yang ada di dalam pikirannya tadi ternyata menjadi kenyataan. "Kok, bisa, Bu? Bapak sama Ibu selama ini baik-baik saja saya lihat." Tentu saja Bi Sumi terheran karena selama ia bekerja bersama Bryan dan Kirana, dilihatnya rumah tangga majikannya itu baik-baik saja bahkan tampak harmonis.
"Bapak sudah menikah siri dengan perempuan lain, Bi." Kirana menyebut alasannya memilih bercerai dari Bryan.
"Ya Allah, Ya Robbi ..." Bi Sumi syok mendengar penuturan Kirana.
"Bibi ingat teman saya yang tinggal di Surabaya? Dia yang jadi istri istri bapak." Kirana menjelaskan.
"Astaghfirullah, kok tega sekali teman Ibu jadi pelakor?" Bi Sumi menggelengkan kepala tak menyangka.
Ya, jangankan Bu Sumi, sampai detik ini, Kirana pun tak menyangka pernikahannya dengan Bryan yang sudah berjalan selama sepuluh tahun, akhirnya kandas di tengah jalan.
*
*
*
bersambung ...
kayanya biarpun Bryan mengemis2 minta balikan
Kirana bakalan ogah2han
selingkuh itu penyakit yah
tat udah di maafkan di kasih kesempatan ke 2 malah di belakang selingkuh lagi,,
ogah lah balikan lagi sama laki² kayak Bryan.jangan jadikan anak² sebagai alasan .mereka akan baik² saja .
ayo na pergi bawa anak2 ke tempat yg gk bryan tau,,,,
Semua sudah jelas Bryan.
Jangan persulit kalau Kirana minta cerai
Ade ga punya otak
udah di kasih istri cantik dan baik masih aja kurang,,
ga tau aja kalo di luaran sana calon janda satu ini udah di gadang2 sama pakdud