Pernikahan sudah di depan mata. Gaun, cincin, dan undangan sudah dipersiapkan. Namun, Carla Aurora malah membatalkan pernikahan secara sepihak. Tanpa alasan yang jelas, dia meninggalkan tunangannya—Esson Barnard.
Setelah lima tahun kehilangan jejak Carla, Esson pun menikah dengan wanita lain. Akan tetapi, tak lama setelah itu dia kembali bertemu Carla dan dihadapkan dengan fakta yang mencengangkan. Fakta yang berhubungan dengan adik kesayangannya—Alvero Barnard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Hati yang Rapuh
Hampir petang Carla baru tiba di area apartemen yang ia tempati. Seperti biasa, dia langsung masuk lift dan menuju lantai apartemennya tanpa banyak interaksi dengan orang yang ia temui.
Carla tak mengenal banyak orang di sana, dan tak ada niatan untuk mengenal lebih dekat pula. Semenjak kejadian lima tahun lalu, Carla lebih suka menyendiri. Termasuk untuk setiap masalah yang ia hadapi, Carla lebih suka menyimpannya seorang diri daripada membaginya dengan orang lain.
Dengan langkah yang tenang dan tatapan setengah lurus ke depan, Carla menuju apartemen tempatnya tinggal saat ini. Semua masih berjalan lancar sampai ia tiba di depan pintu. Hingga akhirnya ketenangan yang ada pecah seketika saat satu suara mengejutkan Carla dari belakang.
"Carla!"
Carla sontak menoleh, dan matanya membulat saat mendapati Esson sudah berdiri di dekatnya. Entah sejak kapan lelaki itu mengikutinya.
Padahal, baru kemarin dia melayangkan protes terkait keamanan apartemen, tetapi sekarang ada kejadian lagi di mana orang bisa masuk sesuka hati.
Ya, Carla belum tahu bahwa apartemen yang ada di sebelahnya sudah disewa oleh seorang Esson Barnard.
"Aku ingin bicara," sambung Esson dengan lirih. Suaranya seakan tertahan di tenggorokan. Tak sanggup rasanya melihat wanita yang ia cintai, ternyata telah dirusak masa depannya oleh adiknya sendiri. Sialnya, kemarin-kemarin ia malah menyalahkan Carla dan bahkan menyebutnya murahan. Ahh!
"Pulanglah, Esson! Di antara kita sudah selesai, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Pergilah, jangan sampai kedatanganmu justru membuat orang lain salah paham."
Carla bicara dengan tegas. Namun, Esson sedikit pun tak mengindahkan. Ia tetap mendekati Carla dan menatapnya dengan pandangan sendu dan penuh sesal.
Carla pun bisa menangkap tatapan Esson yang tak seperti biasa. Karena itu pula ia tak ada pilihan lain, selain menyuruh Esson untuk masuk dan membiarkannya bicara.
"Tapi, aku mau hanya sebentar. Jangan lama-lama, Esson, ingat statusmu sudah menjadi suami orang. Tidak pantas jika terus mengganggu wanita lain di belakang istrimu!" ucap Carla sambil mendaratkan tubuhnya di sofa. Gagal sudah niatnya untuk segera mandi dan beristirahat, karena lagi dan lagi, ia kedatangan tamu yang tak diharapkan.
Tanpa kata, Esson ikut duduk di samping Carla. Tangannya dengan cepat pula menahan lengan Carla ketika wanita itu hendak beringsut dan menjauh darinya.
"Esson—"
"Aku yang bodoh, Carla. Aku tidak mencari tahu apa yang terjadi padamu sejak awal. Padahal alasanmu sudah jelas, kamu ingin kita putus karena aku tidak bisa menjemputmu malam itu. Tapi, aku malah menganggap alasan itu adalah sesuatu yang konyol. Aku tidak bisa memahami bahwa sebenarnya kamu sudah mengisyaratkan hal fatal di balik alasanmu itu," pungkas Esson dengan mata yang berkaca-kaca. Tak mampu lagi dia menahan sesak setelah berhadapan langsung dengan Carla.
Carla pula langsung terdiam. Ia sadar kini Esson sudah mengetahui semuanya. Mendadak detak jantung Carla berpacu dengan cepat, seiring dada yang sesak, serta mata yang ikut memanas.
"Dulu aku hanya fokus mencari keberadaanmu, Carla. Tanpa mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu. Aku yang bodoh, aku yang tidak becus menjadi lelakimu. Aku tidak bisa menjagamu, aku gagal melindungimu, bahkan aku tidak bisa menyediakan bahu di saat kamu sedang hancur dan butuh tempat bersandar. Aku yang tidak berguna, Carla."
Mata Carla tak hanya memanas, tetapi kini juga mulai menitikkan air mata sebagai bukti dari isak tangis yang berusaha ia tahan. Hancur hatinya melihat Esson menundukkan kepala di hadapannya, mengesampingkan harga diri yang selama ini dijunjung tinggi. Bahkan tanpa malu, Esson mengusap bulir bening yang mulai membasah di sudut mata. Lelaki itu menangis. Untuk pertama kalinya Carla melihat Esson jatuh sejauh ini dalam kesedihan.
"Esson ...."
"Kenapa, Carla?" Esson mendongak. Matanya memerah, menatap lekat pada wanita yang sampai saat ini masih memiliki hatinya.
"Kamu tahu aku bodoh, kenapa kamu tidak mengatakannya langsung padaku? Andai aku tahu dari awal, kita tidak akan berpisah, Carla. Kita akan tetap bersama, kita hadapi semuanya berdua. Aku mencintaimu, Carla. Dulu, sekarang, dan nanti aku tetap mencintaimu," lanjut Esson.
Carla menggigit bibirnya kuat-kuat. Ingin hati menjawab dan meluapkan segala hal yang ia rasa, tetapi lidahnya kelu, bibirnya kaku untuk digerakkan.
Lantas sesaat kemudian, Carla merasakan pelukan hangat di tubuhnya. Esson yang memeluk. Dengan erat dan sedikit gemetaran, lengan kekar lelaki itu merangkul tubuhnya.
Detik ini, kata dan kalimat tak cukup lagi untuk menggambarkan apa yang mereka rasakan. Pelukan dan genggaman mungkin juga belum cukup, tetapi setidaknya sedikit memberikan ketenangan pada dua hati yang telah rapuh karena cinta dan luka.
Bersambung...
Carla kenapa? beres2 barang?
Penderitaan Carla sungguh sungguh menyakitkan 🥲🥲🤗🤗
Jadi untuk apa memperdalam kisah yng sdh lewat ikhlas kan aja Son , cerita mu dngn Carla sdh selesai 😠😠🤣