Dipisahkan dengan saudara kembar' selama 8 tahun begitu berat untukku, biasanya kami bersama tapi harus berpisah karena Ibu selingkuh, dia pergi dengan laki-laki kaya dan membawa Nadira saja, sedangkan aku ditinggalkan dengan Ayah begitu saja.
Namun saat kami akan bertemu aku malah mendapatkan sesuatu yang menyakitkan Nadira mati, dia sudah tak bernyawa, aku dituntun oleh sosok yang begitu menyerupai Nadira, awalnya aku kira dia adalah Nadira yang menemuiku tapi ternyata itu hanya arwah yang menunjukan dimana keberadaan Nadira.
Keadaannya begitu mengenaskan darah dimana-mana, aku hancur sangat hancur sekali, akan aku balas orang yang telah melakukan ini pada saudaraku, akan aku habisi orang itu, lihat saja aku tak akan main-main untuk menghabisi siapa saja yang telah melakukan ini pada saudaraku. Belahan jiwaku telah hilang untuk selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternyata selama ini
Nadia yang begitu penasaran kembali ke tempat Nadira dibunuh gudang terbengkalai itu, Nadia berjalan dengan perlahan menatap sekitar yang begitu sepi dan dingin siapa tahu tiba-tiba ada yang datang ke sini untuk membersihkan atau pembunuh itu memang bersarang disana.
Nadia benar-benar buntu, siapa yang telah membunuh saudaranya itu memang sih Nadia sudah curiga ke berapa teman Nadira tapi harus ada bukti juga kan, Nadia tidak bisa gegabah begitu saja.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan, begitu melengking dan beberapa orang yang berlari mengejar orang itu. Nadia segera berlari bersembunyi apa itu Nadira? Apakah sekarang penglihatannya kembali seperti saat di sekolah melihat Nadira di akhir kematiannya, arwah Nadira terus berlari dengan air mata yang berlinang tas yang dia gendong sudah terlempar begitu saja untuk menghadang orang-orang itu agar menjauh.
"Lepaskan aku, aku punya salah apa sama kalian tolong lepasin aku, jangan seperti ini"
Nadira kembali berlari ke lantai 2, orang-orang itu juga ikut mengejar Nadira, Nadia yang penasaran mengikuti dari belakang, Nadia ingin tahu semuanya, meskipun itu rasanya akan sangat sakit, tapi Nadia harus tahu.
"Jangan langsung di bunuh, kita perkosa dulu lah sayang cantik ni perempuan"
"Tolong jangan, tolong" Nadira yang sudah tidak punya cara lagi, akhirnya hanya bisa memohon tubuhnya sudah sangat lemah tak kuat untuk kembali berlari dan menghindar dari mereka semua, tubuhnya sudah sangat rapuh.
"Lepaskan aku, lepaskan aku, kenapa kalian tega salah apa aku pada kalian aku tak punya urusan dengan kalian"
Tapi mereka tidak memperdulikan ucapan Nadira, mereka memakai topeng dan tubuh mereka tinggi besar, siapa mereka begitu menakutkan Nadira tak punya teman seperti mereka.
Mereka bertiga segera mendekati Nadira dan ke 3 orang itu memperkosa Nadira paksa silih berganti, Nadira tidak bisa melawan hanya bisa menangis. Nadia yang menyaksikan saudaranya diperlakukan tidak adil seperti itu marah, kesal kecewa dan sakit hati tidak ada air mata yang keluar hanya kemarahan yang begitu besar melihat tiga pelaku itu memperlakukan Nadira seperti hewan.
"Puas juga nih bener-bener ga salah terima kerjaan ini pakaikan lagi bajunya cepat jangan sampai abis kita pakai dulu" celetuk salah satu laki-laki itu.
Lalu tiba-tiba salah satu orang keluar dari ruangan itu, membawa sebuah balok dan menghantamkannya ke arah Nadira yang masih lemas Nadira hanya bisa kesakitan dengan tubuh yang sudah lemas, mulutnya mengeluarkan darah lalu datang lagi seorang perempuan yang memakai masker dia siapa?
"Lo tuh ga pantas buat hidup lama Nadira, lo itu pantasnya mati aja" perempuan berambut pendek itu berkata demikian dengan begitu kejam.
"Apa salah aku sama kamu sebenarnya, kamu siapa" tanya Nadira dengan lemas.
"Ga perlu tahu siapa aku, ga penting"
"Siska kan kamu Siska, Marry, Dinda atau siapa kalian kalian Mira"
"Sebut saja semua perempuan yang berambut pendek yang kamu ketahui, siapa aku ayo tebak siapa aku"
Setelah itu tiba-tiba datang seorang laki-laki juga memakai jaket dan juga bersedekah di hadapan perempuan itu dan memeluknya dari belakang.
Sekarang giliran perempuan itu mengambil baloknya dan memukulkannya ke arah perut Nadira suara teriakan Nadira begitu menggema di ruangan ini, dan terjadilah saat Nadira menelfon Nadia, itu ada semuanya ada di sini tapi Nadia benar-benar tidak bisa menyimpulkan siapa orang yang ada di hadapannya ini, seorang perempuan dan laki-laki serta 3 orang yang sepertinya suruhan mereka.
Nadira sempat mengatakan 4 orang, memang yang Nadia lihat 4 orang itu berperawakan sama dan rambut pendek. Siapa yang menjadi pelakunya dan laki-laki ini siapa?
Semua yang tadi Nadia lihat tiba-tiba hilang digantikan dengan suara tangisan yang begitu memilukan, tiba-tiba bulu kuduknya merinding Nadia mengusap belakang lehernya dan segera keluar dari ruangan itu.
Nadia melihat sosok Nadira yang sedang menangis masih mengenakan gaun merahnya, dia membelakangi Nadia tiba-tiba suaranya terdengar "Aku tidak tahu siapa mereka, aku tidak tahu tidak tahu tidak tahu" teriakan yang begitu melengking membuat telinga Nadia sakit, Nadia segera berlari dari sana meninggalkan gedung tua itu.
Sekarang Nadia harus mencari 4 aki-laki dan juga 1 perempuan, seperti ada teman sekolah Nadira diantara mereka semua, kenapa juga Nadira menyebut Mira bukannya mereka berteman dengan baik ? Nadia sepertinya memang harus mengawasi semua yang telah Nadira sebutkan, pasti salah satu yang Nadira sebutkan adalah pelakunya dan 3 laki-laki adalah suruhan mereka. Sungguh tega mereka semua.
...----------------...
Siska berjoget dengan heboh di klub bersama teman-temannya, siapa lagi kalau bukan Dinda dan juga Merry, di sana juga ada Aldi, Alfi dan juga Fajri yang tak ada hanya Dean saja yang tak mau ikut katanya akan menemui seseorang, mereka berjoget minum-minum mabuk dan Siska yang sudah pusing segera mendekati Aldi memeluknya dan mencium leher Aldi namun dengan cepat Aldi mendorongnya.
"Kakak kenapa, aku sakit tahu" kesal Siska yang kembali manja pada Aldi dan memeluknya kembali.
Alfi memberikan kembali minuman pada Siska, di teguk habis olehnya, Siska sekarang sudah mabuk berat bahkan kedua bola matanya sudah sulit dibuka namun mulutnya sudah meracau kemana mana.
Aldi melemparkan tubuh Siska begitu saja pada Alfi "Bawa dia pergi, nyusahin banget kalau mau pakai terserah deh"
"Kalau terus nyuruh gue pake dia, terus hamil dan minta tanggung jawab lo gimana Aldi, jangan aneh-aneh deh"
"Ya udahlah biarin aja anak orang ini, yang hamil tinggalin aja apa susahnya, gue juga sama dia cuma mau main-main aja nggak pernah serius apalagi bukan gue juga yang pakai tubuh dia, kan lo yang selalu pakai tubuh dia udah bawa dia deh gue capek dengar dia yang terus meracau kayak gitu"
Alfi segera membawa Siska pergi, tentu saja ke mana lagi kalau bukan membuka kamar, Alfi menuruti apa kata Aldi menghabiskan malam bersama Siska tentu saja berhubungan intim apalagi.
Sedangkan Dinda dan juga Merry yang memang tidak terlalu mabuk hanya diam saja, memang sudah biasa Alfi dan juga Siska melakukan itu tapi tanpa sepengetahuan Siska, yang Siska tahu kalau bangun dia telah melakukannya dengan Aldi padahal dengan Alfi dan nanti juga Merry dan Dinda selalu mendengarkan cerita Siska yang katanya sangat menyenangkan melakukan hubungan intim itu bersama Aldi, padahal itu adalah Alfi kalau tahu Siska pasti akan marah sekali, tapi mereka mencoba untuk bungkam saja biarkanlah itu urusan Siska nanti.