Aleena seorang gadis muda yang ceria dan penuh warna. Dia memiliki kepribadian yang positif dan selalu mencoba melihat sisi baik dari setiap situasi. Namun, hidupnya berubah drastis setelah ibunya meninggal. Ayahnya, yang seharusnya menjadi sandaran dan sumber kekuatan, menikah lagi dengan wanita lain, membuat Aleena merasa kehilangan, kesepian, dan tidak dihargai.
Pertemuan dengan Axel membawa perubahan besar dalam hidup Aleena. Axel adalah seorang pria yang tampaknya bisa mengerti dan memahami Aleena, membuatnya merasa nyaman dan bahagia. Namun, di balik hubungan yang semakin dekat, Aleena menemukan kenyataan pahit bahwa Axel sudah menikah. Ini membuat Aleena harus menghadapi konflik batin dan memilih antara mengikuti hatinya atau menghadapi kenyataan yang tidak diinginkan.
Yuk simak kisah mereka....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScorpioGirls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepanasan
Aleena dan Chika memasuki bar yang sudah familiar bagi mereka. Suasana di dalam cukup ramai, dengan musik yang menggelegar dan suara tawa orang-orang yang sedang bersenang-senang. Mereka berdua langsung menuju ke meja favorit mereka di sudut, tempat yang nyaman untuk mengobrol tanpa gangguan.
Setelah beberapa gelas minuman, mereka semakin bersemangat dan mulai berdansa di lantai dansa, menikmati setiap detik malam yang menyenangkan ini. Musik, tawa, dan kebersamaan membuat mereka lupa sejenak tentang masalah sehari-hari.
Tiba-tiba Axel menarik lengan Aleena dengan keras, membawanya ke ruang privat di bar.
"Apa-apaan ini? Aku sedang bersenang-senang dengan Chika!" kesal Aleena.
Axel menatapnya dengan mata dingin, "Aku tidak suka kamu bergoyang-goyang di sana. Itu membuatku tidak nyaman."
Aleena menggelengkan kepala, "Dasar om cemburuan!" Axel tidak menjawab, tapi terus menarik Aleena lebih dekat. Aleena mencoba melepaskan diri, tapi Axel tidak melepaskannya.
"Kak Axel, apa-apaan ini? Aku bisa sendiri, kok," kata Aleena berusaha melepaskan genggaman tangan Axel.
Axel menatapnya dengan mata tajam, "Aku tidak peduli apa yang kamu inginkan. Aku hanya ingin kamu bersamaku."
"Kak Axel memang aneh" kata Aleena dengan senyum kecil.
Chika dan Marcel yang menyaksikan dari jauh hanya bisa tertawa melihat interaksi antara Aleena dan Axel. Mereka tahu bahwa keduanya memiliki chemistry yang kuat.
Saat mereka duduk, Daniel dan Rey, sahabat Axel, masuk ke ruangan dengan senyum lebar.
"Wah, sepertinya ada yang aku lewatkan," kata Rey sambil mengedipkan mata.
"Sepertinya cinta bersemi setelah malam itu," timpal Daniel dengan nada menggoda.
Aleena mengulurkan tangan, "Halo, Om-om tampan. Kenalkan, Aleena." Rey hendak menerima uluran tangan Aleena, tapi Axel lebih dulu menarik Aleena ke sisinya dengan gerakan cepat dan tegas, membuat seisi ruangan tertawa.
"Sungguh posesif," celetuk Rey sambil tertawa.
Aleena memegangi wajah Axel dan tersenyum manis, "Kak Axel cemburu sama mereka? Kak Axel tenang saja, aku tidak akan berpaling padamu, selama hidupku terjamin." Axel menatapnya dengan intens, mata tajamnya tidak membuat Aleena merasa takut.
Daniel dan Rey saling pandang, "Hmm," deheman Rey.
Aleena menoleh, kemudian memperkenalkan Chika, "Om, kenalkan temanku namanya Chika. Tapi, hati-hati dengan dia. Karna dia kekurangan sesuatu."
"Kekurangan?" ucap Daniel, Rey, dan Marcel bersamaan.
Aleena tersenyum nakal, "Tidak usah seserius itu, dia banyak sekali kekurangannya. Kurang perhatian, kurang pendamping, kurang kasih sayang, yang paling parah, dia kurang waras."
"Al......" tegur Chika.
Aleena kemudian menuang wine dan ingin meminumnya, tapi Axel melarang ya. "Kamu sudah banyak minum."
Aleena merengek, "Aku masih mau, mumpung gratis." Axel tetap tidak mengizinkan, membuat Aleena sedikit kesal dan memandang Axel dengan mata protes.
Kemudian Aleena merebut gelas Daniel yang baru hendak diminum, membuat Daniel terkejut. Dan Aleena lansung meneguknya hingga habis. Lalu menuang kembali wine di gelas.
"Sudah, Al. Kamu sudah terlalu banyak minum," kata Axel mencoba mengambil gelas dari tangan Aleena.
"Sedikit saja, Kak," kata Aleena dengan mata berkilau dan senyum manja, membuat Axel tidak bisa menolaknya.
Setelah beberapa lama, mereka semua keluar dari bar itu, dengan Aleena yang terus bergelut manja di lengan Axel. Para sahabatnya tidak bisa tidak tersenyum melihat adegan itu, karena Axel yang biasanya dingin dan tegas, kini terlihat lembut dan penuh kasih sayang terhadap Aleena.
Daniel dan Rey saling pandang, "Axel sudah menjadi budak cinta," bisik Daniel dengan senyum.
Rey hanya mengangguk setuju, "Aleena memang cukup agresif, tapi Axel sepertinya tidak keberatan."
Chika dan Marcel hanya tertawa melihat interaksi antara Aleena dan Axel, yang memang sangat berbeda dari apa yang mereka lihat sebelumnya. Sepertinya mereka sudah mulai teran-terangan menjalin hubungan.
"Tapi, saat ini, Aleena pasti dalam bahaya," ucap Daniel dengan nada khawatir.
"Semoga saja, urusan mereka cepat selesai, sebelum keadaan menjadi lebih rumit," timpal Rey.
Mereka mengingat bahwa Axel masih berstatus suami orang, dan situasi ini bisa menjadi sangat berisiko bagi semua pihak yang terlibat. Kekhawatiran mereka terhadap Aleena dan konsekuensi dari hubungan yang sedang berkembang antara Aleena dan Axel semakin besar.
Setelah berpamitan pada Axel dan Aleena. Tersisa Daniel dan Rey menawarkan diri untuk mengantar Chika pulang. Namun, Chika tersenyum dan menolak, "Tidak perlu, aku membawa motor dan sudah biasa pulang sendiri," Daniel dan Rey hanya mengangguk mengerti.
"Baiklah, hati-hati di jalan ya," kata Daniel sebelum mereka semua berpisah.
_
_
_
Saat tiba di apartemen, mereka melihat ada mobil Clara sedang terparkir di depan apartemen. Axel pun memerintahkan Marcel untuk putar balik ke rumah Aleena. Setelah beberapa menit berkendara, mereka tiba di rumah Aleena. Axel dan Aleena turun dari mobil dan Marcel meninggalkan mereka dengan sedikit senyum mengerti.
"Kak Axel, di sini tidak ada sofa, Kak Axel mau tidur di mana?" tanya Aleena saat mereka sudah berada dalam rumah.
Axel menatapnya dengan intens, "Di mana pun kamu tertidur, aku akan tidur di sebelahmu," jawabnya dengan suara rendah dan penuh makna.
Aleena tersenyum manis, merasa Axel sudah pandai menggoda. "Hmm, baiklah,"
Kini mereka sudah berada dalam kamar, Axel duduk di atas kasur, dan Aleena berganti pakaian terlebih dahulu.
"Cukup rapi," gumam Axel.
Kemudian Aleena kembali dengan atasan tanktop dan celana pendek, cukup terkesan seksi. Axel melongo, baru kali ini dia melihat penampilan Aleena yang sedikit terbuka.
"Disini panas, karna tidak ada AC," jelas Aleena seakan tau, apa yang Axel pikirkan.
Kini mereka sudah berbaring bersama dengan Axel memeluk Aleena. Setelah beberapa saat, Axel gelisah, lalu duduk dan membuka bajunya karena kepanasan. Dia yang terbiasa dengan AC, kini ruangan memang cukup panas meskipun ada kipas angin. Tapi, dia masih berkeringat.
"Kak Axel kepanasan?" tanya Aleena sambil mengusap butir keringat di dahi Axel.
Axel mengangguk pelan, "Iya, sedikit," jawabnya sambil menarik napas dalam-dalam. Aleena tersenyum dan terus mengelap keringat di wajah Axel dengan lembut.
"Aku akan mencari air, mungkin itu bisa membantu," kata Aleena sambil bangkit dari tempat tidur dan Axel mengangguk.
Kemudian, Aleena kembali dan mengusap-usap tubuh Axel dengan handuk basah, mencoba meredakan kepanasan yang dirasakan Axel. Axel merasa sedikit lega ketika handuk basah menyentuh kulitnya, dan dia menutup mata, menikmati sensasi dingin yang menyebar di tubuhnya.
"Lebih baik?" tanya Aleena sambil terus mengusap tubuh Axel dengan lembut. Axel mengangguk pelan, merasa sedikit lebih nyaman.
Namun, sentuhan itu membuat Axel merasakan sesuatu yang berbeda. Dia memegangi tangan Aleena agar berhenti bergerak.
"Kenapa?" tanya Aleena.
"Sudah, cukup. Ada sesuatu yang memberontak," ucap Axel sambil menunjuk sesuatu yang menyembul dibalik celananya dengan isyarat mata.
Aleena melihat ke arah yang ditunjuk Axel. "Kak Axel jangan cabul, ya." ujar Aleena lalu terkekeh.
Axel lansung menarik menarik tubuh Aleena mengikis jarak diantara mereka. Aleena menatapnya dengan wajah polos, membuat Axel tidak tahan untuk tidak menerkam bibir merah alami yang ada di hadapannya. Penyatuan bibir mereka cukup panas dan menuntut. Namun, Axel menyudahi sebelum mereka ke tahap lebih lanjut. Dia masih tahu batas. Apalagi statusnya sekarang masih suami orang.
Kemudian Axel pamit ke kamar mandi, dia tambah kepanasan. Sedangkan Aleena hanya menertawakannya.
Setelah kembali dari kamar mandi, tubuh Axel kini terasa segar karena dia habis mandi. Dan Aleena menertawakannya.
"Kak Axel mandi tengah malam, apa tidak kedinginan?"
Axel tersenyum, "Aku tidak tahan dengan kepanasan, jadi aku memutuskan untuk mandi."
Axel dan Aleena kembali berbaring di tempat tidur, merasa lebih nyaman setelah Axel selesai mandi. Aleena memeluk Axel dengan erat.
"Sekarang lebih baik?" tanya Aleena.
"Hmm," gumam Axel.
Mereka berdua kemudian terdiam, menikmati kehangatan dan kenyamanan satu sama lain. Dalam malam yang sunyi, hanya suara napas lembut yang mengisi ruangan. Axel merasa mata mulai berat dan perlahan-lahan terpejam.
Aleena memperhatikan Axel yang mulai tertidur, "Selamat tidur Kak Axel," bisiknya lembut, lalu mengecup kening Axel.
Gaskeun 🔥🔥