NovelToon NovelToon
Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Solo Leveling
Popularitas:199
Nilai: 5
Nama Author: Adam Erlangga

Di dunia lama, ia hanyalah pemuda biasa, terlalu lemah untuk melawan takdir, terlalu rapuh untuk bertahan. Namun kematian tidak mengakhiri segalanya.

Ia terbangun di dunia asing yang dipenuhi aroma darah dan jeritan ketakutan. Langitnya diselimuti awan kelabu, tanahnya penuh jejak perburuan. Di sini, manusia bukanlah pemburu, melainkan mangsa.

Di tengah keputusasaan itu, sebuah suara bergema di kepalanya:
—Sistem telah terhubung. Proses Leveling dimulai.

Dengan kekuatan misterius yang mengalir di setiap napasnya, ia mulai menapaki jalan yang hanya memiliki dua ujung, menjadi pahlawan yang membawa harapan, atau monster yang lebih mengerikan dari iblis itu sendiri.

Namun setiap langkahnya membawanya pada rahasia yang terkubur, rahasia tentang dunia ini, rahasia tentang dirinya, dan rahasia tentang mengapa ia yang terpilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 07

Rudy berdiri di tepi bukit, memandang ke arah lembah perang yang terbentang luas di bawah sana. Pemandangan itu seperti mimpi buruk yang menjadi nyata. Ribuan tubuh manusia tergeletak, sebagian hancur tak berbentuk, sebagian hangus terbakar, dan sebagian lagi terpotong oleh cakar Hewan Iblis. Bau darah bercampur bau daging terbakar menusuk hidungnya, membuat perutnya bergejolak.

Di antara kabut asap dan debu yang memenuhi udara, ia juga melihat ribuan orang berlari, dikejar oleh gelombang Hewan Iblis yang tampak seperti ombak hitam yang bergerak cepat.

"Ini… baru pertama kalinya aku melihat orang terbunuh seperti itu," kata Rudy dengan tercengang. Suaranya berat, matanya tak berkedip menatap horor yang terjadi di depannya.

[Apa kau mau membantu mereka Rudy?] suara Emma terdengar di kepalanya, tenang tapi jelas sarat dengan nada peringatan.

“Melihatnya saja aku ingin muntah. Tapi orang-orang di sana… mereka berlari dengan pasrah,” jawab Rudy, nada suaranya mengandung campuran jijik dan iba.

[Jika kau tidak kuat dengan pemandangan itu, kau bisa menyerangnya dari sini.]

“Ah, mungkin sebaiknya seperti itu. Semoga mereka semua selamat,” katanya sambil mengangkat pedangnya.

Pedang itu bergetar, memancarkan kilatan cahaya biru keperakan. TRET… TRET… suara petir keluar dari bilahnya, seperti binatang buas yang tak sabar dilepaskan.

“Aku akan membunuh mereka dalam satu kali serangan,” ucap Rudy, tatapannya berubah dingin.

Tangannya menggenggam erat gagang pedang. Ia menarik napas panjang, lalu berteriak:

“Lord Vermilion!”

Pedang itu dihempaskan, dan dari langit yang cerah tiba-tiba gulungan awan hitam muncul, berputar cepat. Udara bergetar, kilat saling menyambar, dan sesaat kemudian....

Di tengah medan perang.

Seorang prajurit yang tengah berlari terhuyung kehabisan tenaga. “Aku sudah tidak kuat lagi… mungkin sekarang saatnya aku mati,” ucapnya lemah.

Seekor Hewan Iblis raksasa melompat, cakarnya yang sebesar tombak melayang tepat ke arah prajurit itu.

Tiba-tiba...

DROAMMR!

TRET! TRET!

Petir biru menyambar Hewan Iblis itu sebelum sempat menyentuh korbannya. Makhluk itu kejang, tubuhnya hangus, lalu roboh tak bernyawa.

“Hee…?” suara prajurit itu tercekat, matanya membesar tak percaya.

 

BREDOM! DOARRR! DROMRRR!

Langit pecah oleh suara petir yang menghantam dari segala arah. Puluhan ribu kilatan menyambar tanah, menerjang gerombolan Hewan Iblis seperti hujan cahaya maut. Tanah berguncang setiap kali sambaran petir menghantam, dan jeritan Hewan Iblis terdengar dari segala penjuru arah.

“Apa yang terjadi…?” kata Donal, yang menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.

Prajurit-prajurit di sekitarnya juga berhenti, tertegun. Mereka melihat pemandangan yang mustahil, ribuan petir turun bersamaan, membantai Hewan Iblis dalam skala yang tak pernah mereka bayangkan.

 

Di tempat Kapten Kensa.

“Kapten, Kapten! Lihat di sebelah sana!” teriak seorang prajurit menunjuk ke arah kilatan cahaya.

“Apa yang terjadi di sana?” Kensa memberhentikan kudanya, matanya terpaku pada ribuan kilat yang menari di atas langit.

“Apa petir-petir itu menyerang Hewan Iblis?” suaranya datar, tapi nadanya mengandung keterkejutan.

Hanya dalam beberapa menit, puluhan ribu Hewan Iblis di titik itu hangus terbakar. Asap tebal membumbung, menutupi sebagian besar lembah.

“Siapa yang menggunakan skill seperti itu…?” gumam Donal, masih terpaku.

“Tidak bisa dipercaya… mereka semua mati hanya dalam beberapa menit saja,” ujar seorang prajurit lain.

 

Suara derap kuda mendekat. “Letnan, Kapten datang kemari!”

Donal menoleh. “Ah, Kapten?” pikirnya, separuh lega, separuh kaget. Aku pikir dia tidak akan kembali.

Kapten Kensa melompat turun dari kudanya, memandang ke arah ribuan mayat Hewan Iblis yang terbentang. “Mustahil… mereka semua mati,” katanya sambil menghampiri Donal.

“Kapten?” sapa Donal.

“Donal, apa yang sudah terjadi di sini?” tanya Kensa, nada suaranya serius.

“Semua Hewan Iblis di sana tiba-tiba dihantam oleh ribuan petir, Kapten. Aku sendiri tidak tahu siapa yang melakukannya,” jawab Donal.

“Itu seperti skill High Ranker… tingkat Kaisar. Apa Yang Mulia Raja datang kemari?” tanya Kensa dengan gugup.

“Ha? Tidak mungkin, Kapten. Jarak istana kerajaan dari sini sangatlah jauh. Pasti ada seseorang yang sangat kuat di sekitar sini,” jawab Donal.

“Tidak mungkin mereka membasmi Hewan Iblis di sini… siapa mereka sebenarnya?” Kensa memandangi tumpukan mayat hitam yang masih mengepulkan asap.

“Aku sendiri ingin tahu, Kapten, tapi serangan itu menyelamatkan kita semua,” kata Donal.

“Maafkan aku, Donal… aku pergi begitu saja meninggalkan kalian,” ucap Kensa.

“Itu hal yang wajar, Kapten. Semua orang pasti ketakutan bertarung dengan puluhan ribu Hewan Iblis tingkat menengah. Aku sendiri sangat ketakutan,” sahut Donal.

“Baiklah… kita jarah jantung mereka sekarang,” perintah Kensa.

“Laksanakan perintah!” balas Donal.

Prajurit-prajurit pun segera merobek dada Hewan Iblis, mengambil kristal berbentuk koin yang bersinar redup dari jantung mereka.

 

Di tepi bukit

“Huh… syukurlah mereka semua selamat,” kata Rudy, menghela napas panjang.

[Level up]

“Hem… hanya naik satu level, bahkan aku sudah membunuh puluhan ribu Hewan Iblis di sana,” gumam Rudy.

[Hewan Iblis di sana rata-rata memiliki Level 65, Rank B. Wajar jika perolehan EXP tidak terlalu besar.]

“Ah, aku tahu, Emma. Semakin tinggi levelku, semakin sulit menaikkannya. Tapi lebih mudah memburu mereka di luar dungeon daripada di dalam,” kata Rudy.

[Kau tidak bisa menggunakan skill area di dalam dungeon, Rudy. Kau bisa menghancurkan dungeon itu sendiri dan tersesat.]

“Aku tahu itu,” jawabnya, pandangannya tetap fokus pada para prajurit di bawah lembah.

“Apa yang mereka lakukan, Emma? Apa mereka mengambil item dari perut Hewan Iblis itu?” tanyanya.

[Mereka mengambil kristal dari jantung Hewan Iblis.]

“Kristal? Apa itu? Aku belum tahu.”

[Kristal itu berbentuk koin. Dan itu dijadikan alat tukar di dunia ini.]

“Eh? Maksudmu… uang?”

[Benar, Rudy. Manusia di dunia ini tidak memproduksi uang, karena itu bisa dipalsukan. Mereka memakai kristal itu sebagai uang.]

“Berarti koin emas yang aku peroleh saat ini adalah kristal yang berasal dari jantung Hewan Iblis?”

[Benar. Kristal itu adalah inti dari Hewan Iblis, sumber kekuatan alam mereka.]

“Jadi Hewan Iblis menggunakan kristal itu untuk mengisi energi sihir?”

[Benar. Namun ada tiga bentuk dan tiga warna: bronze, silver, dan emas, dengan nilai serta daya serapnya berbeda.]

“Emm… berapa nilai tukar masing-masing koin itu?”

[1 koin perak setara dengan 10 koin bronze, 1 koin emas setara dengan 10 koin perak.]

“Eh? Berapa jumlah yang aku miliki saat ini?”

[Kau memiliki 120 miliar koin emas.]

“HAAA!?” teriak Rudy, terkejut.

[Kau sangat kaya di dunia ini, Rudy.]

“Tidak habis pikir… ternyata aku punya uang sebanyak itu,” ucapnya sambil tersenyum kaget.

[Dengan uangmu itu, kau bisa membangun puluhan kerajaan.]

“Itu… mengejutkanku, Emma.”

“Baiklah, saatnya kita berangkat,” kata Rudy.

[Dekat sini ada kota besar. Mau ke sana?]

“Apa itu benteng dari Kerajaan Alden?”

[Bukan, itu adalah sebuah benteng dari bagian selatan wilayah kerajaan.]

“Hoo… kita periksa ke sana, Emma.” Rudy pun pergi menuju benteng selatan.

 

Di bawah lembah

“Koin dari Hewan Iblis di sini rata-rata emas. Kita akan kaya, Kapten,” kata Donal.

“Tetap saja… itu akan dipakai untuk pajak. Aku akan bicarakan dengan wali kota,” balas Kensa.

“Para bangsawan tidak akan membaginya pada kita, Kapten. Sebaiknya kita simpan saja.”

“Jika prajurit menghamburkan uang itu, mereka akan curiga. Laporkan saja. Aku pastikan kalian mendapat bagian,” ujar Kensa tegas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!